LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS
AIR
ACARA I
PENGENALAN ALAT KUALITAS AIR
Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh, S.Si,
M.Si.

Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet S
NIM : 150722605704
Mata Kuliah : Kualitas
Air
Offering : G
Tanggal
Praktikum : 7 Maret 2017
Asisten Praktikum :
Muhammad Nur Fahmi
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
PROGRAM
STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa
mengetahui alat yang didunakan dalam praktikum kualitas air.
2.Mahasiswa
mampu menggunakan alat praktikum kualitas air.
II.ALAT
dan BAHAN
A.ALAT B.BAHAN
1.Pensil 1.Alat
praktikum kualitas air.
2.Penghapus
3.Penggaris
III.DASAR TEORI
Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat
di bawah permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air
di bumi yang disebut daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada
air di alam yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus
menerus (Kodoatie, 2012).
Pemanfaatan air tanah melalui sumur-sumur akan
mengakibatkan lengkung penurunan muka air tanah (depression cone). Makin
besar laju pengambilan air tanah, makin curam lengkung permukaan air tanah yang
terjadi di sekitar sumur sampai tercapai keseimbangan baru jika terjadi
pengisian dari daerah resapan. Keseimbangan air tanah yang baru ini dapat
terjadi hanya jika laju pengambilan air tanah lebih kecil dari pengisian oleh
air hujan pada daerah resapan. Laju pengambilan air tanah dari sejumlah sumur
apabila jauh lebih besar dari pengisiannya maka lengkung-lengkung penurunan
muka air tanah antara sumur satu dengan lainnya akan menyebabkan terjadinya
penurunan muka air tanah secara permanen (Ashriyati, 2011). Pada daerah pantai
terjadinya penurunan air tanah dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air asin.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
pemanfaatan air tanah
maupun
air permukaan menjadi sesuatu yang sangat penting. Berkaitan dengan hal
tersebut maka agar air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat
mutu yang diinginkan, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemantauan
dan intepretasi data kualitas air. Pemantauan kualitas air mencakup kualitas
fisika, kimia dan biologi. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan mahluk
hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan
dengan beberapa parameter, seperti parameter fisika yaitu suhu, kekeruhan,
padatan terlarut, dan sebagainya, parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut,
BOD, kadar logam, dan sebagainya dan parameter biologi yaitu keberadaan plankton
dan bakteri (Effendi, 2003).
Di
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang
Pengendalian Pencemaran Air, air dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu :
(1)
Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum
dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan
tersebut.
(2)
Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama
dengan kegunaan tersebut.
(3)
Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan atau peruntukan
lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
(4)
Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama
dengan kegunaan tersebut.
Berkenaan
dengan baku mutu air tersebut dapat dikeelompokkan faktorfaktor
yang
mempengaruhi kualitas air tanah menjadi dua yaitu (1) faktor alami,
meliputi
geologi, tanah, vegetasi, dan iklim dan (2) faktor buatan, meliputi limbah
domestik,
pupuk, limbah pertanian, insektisida dan pestisida, dan limbah industri
(Setyawan,
2007)
IV.LANGKAH
KERJA
1.Amati
dan kenali setiap alat ang digunakan dalam praktikum kualitas air.
2.Gambar
setiap sesuai dengan hasil pengamatan.
3.Pahami
fungsi dan cara kerja dari setiap alat
yang digunakan.
V.HASIL
PRAKTIKUM
VI.PEMBAHASAN
Praktikum
kualitas air pertama ini dilakukan pengenalan akan alat yang digunakan guna
mendukung pembelajaran kualitas air. Ada
banyak alat yang digunakan dalam praktikum kualitas air kali ini seperti yang
telah disebutkan pada bahan praktikum.
Alat
alat praktikum kali ini banyak berupa alat yang terbuat dari kaca, seperti
biuret, gelas ukur, tabung eleymier, labu bakar, dan gelas piala. Alat alat ini
memiliki fungsi yang hampir sama antara satu alat dengan alat yang lainnya.
Gelas ukur berfungsi sebagai gelas wadah untuk mengukur jumlah zat atau bahan
kimia, sehingga diharapkan takaran akan zat atau bahan masuk sesuai dengan
ukurannya. Begitu pula dengan gelas piala, sementara labu bakar berfungsi
sebagai wadah atau tempat dimana untuk mereaksikan zat atau bahan tertentu.
Labu bakar lebih dikhususkan untuk wadah dimana zat atau bahan direkasikan
dengan cara dipanaskan.
Sementara
tabung eleymier ataupun gelas reaksi berfungsi sebagai wadah untuk menempatkan
zat atau bahan yang siap direkasikan dan dicampur dengan zat atau bahan
lainnya. Selanjutnya adalah biuret dan statif merupakan alat yang tidak dapat
dipisahkan, statif berfungsi sebagai penyangga dari biuret, biuret sendiri
berfungsi sebagai alat untuk meneteskan zat atau bahan cair yang akan
direkasikan, dan dapat diatur dari tingkat tetesan sesuai dengan kebutuhannya.
Alat
alat selanjutnya berupa alat yang lebih modern dan ditampilkan dalam bentuk
digital. Alat alat tersebut diantara lain adalah, pH meter, water quality
checker, eksekator, conductivity tester, dan spektrofotometrik. Untuk pH meter
berfungsi sebagai alat penilai kadar pH dalam suatu kondisi air, conductivity
tester berfungsi sebagai alat penilai untuk mendeteksi kemampuan zat cair dalam
menyalurkan arus listrik. Water quality meter berfungsi sebagai alat yang
didalamnya mampu mencakup kualitas air dimana didalamnya bisa menilai kondisi
pH dan kemamuan air untuk menyalurkan arus listrik. Spektrofotometrik berfungsi
sebagai alat yang mampu mendeteksi segala unsur yang ada dalam suatu zat atau
bahan tertentu. Sementara eksekator berfungsi sebagai alat yang bisa mewadahi
zat atau bahan untuk menjaga atau mengontrol tingkat kelembaban ataupun kondisi
suatu zat atau bahan tertentu seperti yang diharapkan.
Alat
yang selanjutnya berupa pipet, pipet ini memiliki fungsi ganda salah satu
fungsinya mirip dengan fungsi biuret. Dimana mampu meneteskan bahan atau zat
cair yang akan digunakan dalam suatu tahap perekasian. Namun pipet juga mampu
menyedot atau mengambil sampel bahan atau zat pereksi agar sampel yang terambil
sesuai dengan kebutuhan.
Alat
alat seperti ini sangat diperlukan dalam penentuan kualitas air, dikarenakan
air sendiri merupakan suatu unsur yang sanga mutlak bagi kehidupan segala
mahluk hidup. Sehingga dengan adanya naiknya kepadatan penduduk, dimana
kebutuhan akan air meningkat namun tidak diimbangi dengan adanya kualitas iar
yang baik, maka perlu dilakukan terus adanya evaluasi atau penilaian kualitas
air yang baik untuk digunakan sbagai pemenuhan kebutuhan kehidupan.
VII.KESIMPULAN
1.Alat
alat yang digunakan banyak alat yang terbuat dari kaca, karena kajian dari ini
berupa zat cair ataupun bahan cair yang bisa dilihat apabila menggunakan alat
dengan bahan kaca.
2.Alat
alat dengan tekhnologi digital dapat memudahkan perkejaan dalam analisis
kualitas air.
3.Evaluasi
akan kualitas air perlu terus dilakukan, karena iar merupakan suatu unsur yang
sangat mutlak bagi segala kehidupan.
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar
Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Ashriyati, Hidanafie.2011. Kajian
Kerentanan pada Wilayah Terintrusi Air laut di DKI Jakarta. Tesis. Program
Pasca Sarjana Departement Geografi FMIPA UI.
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS
AIR
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh, S.Si,
M.Si.

Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet S
NIM : 150722605704
Mata Kuliah : Kualitas
Air
Offering : G
Tanggal
Praktikum : 13 Maret 2017
Asisten Praktikum :
M Arif
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
PROGRAM
STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa
mengetahui alat yang didunakan dalam pengambilan sampel air.
2.Mahasiswa
mampu mengambil sampel air dengan benar.
II.ALAT
dan BAHAN
A.ALAT B.BAHAN
1.Gelas
ukur. 1.Sampel air sungai
2.Meteran
3.Corong
4.Gayung
5.Wadah
pendingin
6.Gunting
7.Lakban.
8.GPS
9.Stopwatch
III.DASAR TEORI
Distribusi air secara
alamiah/langsung adalah tidak ideal dan efisien. Air yang tersedia di alam
melalui siklus hidrologi / hujan tidak selalu mengikuti fase-fase pertumbuhan
tanaman. Banjir terjadi pada musim penghujan dan kekeringan pada sumber mata
air serta krisis air pada musim kemarau. Air permukaan (water surface) sebagai
sumber bencana.
Air permukaan
(watersurface) perlu dikelola agar tidak menimbulkan bencana alam tetapi dapat
dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Kawasan – kawasan industri baru,
berkurangnya areal irigasi, bertambahnya jumlah penduduk, kawasan pemukiman
tambah luas, perkerasan jalan dan halaman rumah merupakan sumber konflik
kepentingan pemakai air dan aspek hidrologislingkungan yang merugikan.
Kebutuhan air yang
terus meningkat, baik kuantitas maupun kualitas. Manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan membutuhkan air setiap saat. Jumlah manusia dan jenis makluk
hidup lainnya terus meningkat bersamaan bertambahnya waktu.
Para ahli dan
perencana di bidang pengembangan sumber daya air selalu melakukan diskusi,
pembahasan lebih mendalam, dan pengembangan suatu cara pengelolaan sumber daya
air yang lebih bersifat menyeluruh dan terpadu. Perencanaan dapat mencakup
pengaturan penyediaan air. Metode pengelolaan dimaksudkan untuk menyediakan air
dengan kuantitas dan kualitas yang memadai pada tempat dan waktu sesuai dengan
kebutuhan
Undang Undang Dasar
1945 dan undang-undang no. 7 tentang Sumber Daya Air tahun 2004 mengamanatkan
agar air sebagai sumber daya harus benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran
bersama. Untuk itu perlu dilakukan usaha pengelolaan sumber daya air secara
benar. Pengelolaan harus menyeluruh, menjadi satu kesatuan sistim, dan seimbang
dari berbagai aspek-kepentingan.
Tingkat pengelolaan
di daerah pengaliran sungai dalam rangka pengelolaan air sangat menentukan
kondisi daerah aliran sungai. Pengelolaan air tersebut akan mempengaruhi proses
siklus hidrologi dan pola aliran air sepanjang tahun. Upaya pemeliharaan
lingkungan juga merupakan usaha pengelolaan sumber daya air.
Tugas perencana
pengelolaan sumber daya air adalah mengidentifikasi dan mengembangkan
recana-rencana pengelolaan sumber daya air. Hampir semua perencanaan pengelolan
sumber daya air memerlukan investasi yang besar. Investasi dalam bidang ini
merupakan modal yang tidak dapat dikembalikan dalam jangka waktu yang singkat
dan terukur secara mudah. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi cara
pengelolaan air permukaan (water surface) berdasarkan lapisan tanah di
bawahnya.
Cara
pengambilan contoh dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a)
siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber airnya;
b)
bilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga)
kali;
c)
ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung
sementara, kemudian homogenkan;
d)
masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e)
lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar
listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak
dapat diawetkan;
f)
hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
g)
pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan
pengawetan.
IV.LANGKAH
KERJA
1.Menentukan
lokasi pengambilan sungai.
2.Tentukan
titik dimana pengambilan sampel.
3.Ambil
sampel air sesuai kebutuhan.
4.Hitung
debit aliran dan tentukan kondisi temperatur air.
5.Lakukan
pengawetan dengan cara melakban dan dimasukkan dalam wadah pendingin untuk
menjaga kondisi air.
V.HASIL
PRAKTIKUM
Nomor
|
Keterangan
|
Data
|
|
1
|
Lokasi
|
Sungai FMIPA UM
|
|
2
|
Koordinat
|
S 07°57,68’ dan E 112°37,12’
|
|
3
|
Debit
|
10,81 ml/detik
|
|
4
|
Kondisi Sungai
|
Terdapat sedimen berupa lumbur dan
sampah sampah plastik yang tersangkut bebatuan
|
|
5
|
Suhu
|
20,8
|
|
6
|
Musim
|
Penghujan
|
|
7
|
Tanggal
|
14 Maret 2017
|
|
8
|
Evelasi
|
460m
|
|
9
|
Tinggi Muka Air
|
23 cm
|
|
10
|
Pengambil Sampel
|
Agus Sarif Mulyono
|
|
11
|
Waktu
|
11.20-11.35 WIB
|
|
VI.PEMBAHASAN
Praktikum
kualitas kedua kali ini merupakan pengenalan dan pelatihan dalam pengambila
sampel air yang akan dianalisa. Pengambilan sampel ini dilakukan di setiap
titik berbeda antar kelompok. Pengambilan sampel ini di lakukan di Sungai
Lembah Mipa, dengan lokasi di belakang lembah Fakultas MIPA.
Pengambilan
sampel dilakukan pada tanggal 14 Maret 2017, pada pukul 11.20. Sebagai akurasi
pengambilan sampel, juga ditentukan dengan penentuan posisi atau koordinat GPS.
Sebagai langkah lebih lanjut pengambilan sampel harus dilakukan ada titik
tengah sungai atau objek yang akan diambil sampelnya. Pengambilan ini juga
harus dilakukan dengan botol wadah sampel dicelupkan dibawah permukaan air, dan
penutupan wadah sampel juga harus dilakukan dibawah permukaan air. Hal ini
dilakukan untuk mencegah sampel air bereaksi dengan udara langsung. Saat sampel
telah masuk di wadah botol, botol juga harus dilakban denganw warna gelap guna
menahan masuknya cahaya matahari langsung. Selain itu sampel juga dimasukkan
pada wadah pendingin guna menjaga kondisi air tetap terjaga dan tidak berubah.
Sampel
air ini diambil pada saat musim penghujan berlangsung. Saat pengukuran debit
air melalui botol 600ml, dengan diambil sampel 3 kali dan lama waktu yang
dibutuhkan untuk memenuhi botol sampel. Sampel pertama botol terisi penuh
selama 10,81 detik, botol kedua selama 11,70 dan botol ketiga selama 9,94.
Setelah dilakukan rerata, untuk mengisi air sebanyak 600ml dibutuhkan waktu
selama 10,81 detik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bawah debit aliran sungai
pada lembah MIPA sebesar 55,5ml/detik. Suhu air yang ada di aliran sungai
lembah MIPA sebesar 20,8.
Sebagai hasil dari pengamatan
kondisi air jernih sedikit tercemar dengan indikasi bau yang kurang sedap.
Adanya sedimen yang berada di dasar sungai berupa lumpur, batuan, dan sampah
sampah yang tersangkut di bebatuan. Apabila diamati kondisi suangai masih
memenuhi standart normal kondisi air sungai, sebagai indikasi masih banyak
dijumpai hewan hewan air. Hewan hewan ini diantaranya adalah ikan ikan kecil
dan yuyu yang hidup dan berkembang biak di pinggir aliran sungai.
VII.KESIMPULAN
1.Titik
pengambilan perlu dilakukan dengan pemilihan lokasi yang tepat guna mendapatkan
sampel yang maksimal.
2.Pengambilan
harus dilakukan ditengah lokasi objek dan berada di bawah permukaan air.
3.Proses
pelakbanan dan pendinginan dilakukan untuk menjaga kondisi air.
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
Anwar
Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS
AIR
ACARA III
UJI FISIK SAMPEL AIR
Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh, S.Si,
M.Si.

Oleh:
Nama
mahasiswa : Agustinus Slamet S
NIM : 150722605704
Mata
Kuliah : Kualitas Air
Offering : G
Tanggal
Praktikum : 20 Maret 2017
Asisten Praktikum :
M Arif
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017
ACARA
III
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu
menggunakan alat praktikum kualitas air.
2.Mahasiswa mampu
melakukan analisa sampel air dengan alat
praktikum.
II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT B.BAHAN
a.pH Meter Digital. a.Sampel
air lapangan.
b.Kertas Lakmus.
c.Gelas Ukur.
III.DASAR TEORI
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu.
Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain,
sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum.
Begitu pula dengan air bersih, air minum dan air
hujan, tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda diantara
ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga sumber
dari air itu sendiri. Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990,
yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar
kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang diperbolehkan.
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan
rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan
standar internasional yang ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air tersebut
bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan
air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat
dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas
air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara
fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Persyaratan
Fisik
Air yang
berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau
tidak keruh.
2. Tidak
berwarna.
3.
Rasanya tawar.
4. Tidak berbau.
5. Temperaturnya
normal.
6.
Tidak mengandung zat padatan
Persyaratan
Kimia
Kualitas air
tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
1. pH normal.
2. Tidak
mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak
mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan
rendah.
5.
Tidak mengandung bahan organik.
Persyaratan
Mikrobiologis
Persyaratan
mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut
:
1. Tidak
mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi,
vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui
air (transmitted by water).
2. Tidak
mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton
coliform, cladocera, dan lain-lain.
IV.LANGKAH KERJA
1.Masukkan
sampel air kedalam gelas ukur.
2.Untuk uji pH
dan Temperature tuang air sebanyak 20ml.
3.Celupkan alat
pengukur suhu dan pH digital.
4.Celupkan
kertas lakmus kedalam air untuk uji secara manual.
V.HASIL
PRAKTIKUM
Nomor
|
Keterangan
|
Hasil
|
1
|
pH
Meter Digital
|
6,8
|
2
|
pH
Kertas Lakmus
|
7,0
|
3
|
Suhu
|
28°
|
4
|
DHL
|
0
|
5
|
Suspensi
|
0
|
VI.PEMBAHASAN
Praktikum kualitas air pada acara
ketiga kali ini adalah uji fisik dari sampel air yang telah dilakukan
pengambilan sampel sebelumnya. Uji fisik pada kali ini diketahui nilai pH, baik
melalui uji kertas lakmus maupun ph meter digital. Selain itu juga diketahui
juga suhu atau temperature air dengan melihat nilai suhu yang jadi satu pada ph
meter digital.
Setelah dilakukan beberapa uji
diatas diketahui nilai ph yang dilakukan dengan uji kertas lakmus ph menunjukan
nilai 7, yang dapat diartikan bahwa nilai ph pada sampel air yang telah diambil
masih netral. Uji ph menggunakan kertas lakmus ini melihat perubahan warna pada
kertas lakmus yang kemudian disesuaikan dengan skala nilai ph pada parameter
warna kertas lakmus yang ada.
Apabila dibandingkan dengan uji
kertas lakmus, uji ph yang dilakukan dengan pH meter digital mendapatkan nilai
sebesar 6.8. Hal ini tentu cocok dan mendapatkan kesesuaian hasil ph ada sampel
air yang telah diambil, yaitu ph air juga netral. Pembeda pada hal ini
pengukuran dengan alat pH meter digital didapatkan nilai yang lebih detail dan
spesifik apabila dibandingkan dengan uji kertas lakmus. Akurasi dari nilai pH
meter digital mencapai ketelitian 0,1.
Selanjutnya adalah uji suspensi pada air, suspensi
sendiri merupakan nilai atau jumlah kandungan tersupensi berupa material padat
pada suatu takaran air tertentu. Uji ini dilakukan dengan menakarkan sejumlah
300ml air kemudian dituangkan pada gelas ukur yang diatasnya dipasang kertas
saring yang berfungsi menyaring material halus dari air. Uji ini perlu
dilakukan proses pengovenan guna menghilangkan kandungan air ataupun
mengeringkan material, sehingga pada saat penimbangan diperoleh nilai yang
akurat. Hasil dari suspensi ini tidak dapat dilihat dikarenakan pada saat
setelah pengovenan tidak ada tindak lebih lanjut.
Langkah berikutnya merupakan uji DHL
pada air atau dapat diartikan sebagai uji daya hantar listrik pada sampel. Daya
hantar listrik dipengaruhi oleh ion ion yang terkandung dalam air.Dalam
praktikum kali ini DHL didapatkan nilai 0, nilai ini dikarenakan alat uji DHL
pada praktikum ini tidak mampu berfungsi dengan baik, sehingga uji DHL tidak
bisa diperoleh nilai yang sebenarnya.
Kondisi lingkungan pada pengambilan
sampel air yang daerah perairannya masih dijumpai hewan hewan yang masih hidup
tumbuh dan berkembang menandakan bahwa perairan ini masih dapat dibilang sehat.
Selain hewan hewan air yang hidup juga dijumpai tumbuhan tumbuhan yang hidup
dengans ubur di pinggiran aliran sungai. Hal ini tentu cocok apabila
dibandingkan dengan nilai pH netral yang diperoleh.
VII.KESIMPULAN
1.Daya
hantar listrik dipengaruhi oleh ion ion yang terkandung dalam air.
2.Nilai
pH dapat dicocokan untuk melihat kondisi perairan dengan melakukan perbandingan
degan melihat kondisi kehidupan yang ada di dalam perairan.
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
Anwar
Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Aggota Kelompok : 1. Agustinus
Slamet S
2.
Agus Sarif Mulyono (150722600423)
3.
Degos Kirono Putro (150722603192)
1.
B. Freshwater / air jernih
pH
untuk freshwater bernilai 7 / netral, jika lebih dari 7 maka air bersifat basa
dan jika kurang dari 7 bersifat asam. batas pH minimum dan maksimum air layak
minum berkisar 6,5-8,5. Khusus untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5,5.
Tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH
kurang dari 7 akan terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.
Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air. Untuk freshwater atau air jernih tingkat kesadahannya rendah
karena kandungan zat lain seperti kalsium, garam atau lainnya rendah bahkan
tidak ada. Tingkat kesadahan rendah karena freh water didapatkan dari air tnah
maupun sumber yg sifat dari airtanah bersifat netral.
Temperatur,
temperatur fresh water maksimum yang diperbolehkan dalam air jernih
sebesar ± 3 oC.
Hantar listrik,
daya hantar listik pada freshwater rendah dikarenakan pH yang bersifat netral
dan salinitas rendah
Salinitas,
kandungan garam pada fresh water sangat rendah pada rentan 0.05-0.5 % karenakan
juga asala air jenih dari danau, sungai atau saluran air.
Alkalinitas,
alkalinitas pada air tawar berkisar sekitar 40ppm, Alkalinitas
dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-)
dan borat (BO33-), fosfat (PO43-),
dan sebagainya.
C. Polluted Water
1.
Temperature
Faktor yang
mempengaruhi temperature adalah musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan,
aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan
biologi badan air.
Pada
air limbah (polluted water) Temperatur mempengaruhi badan penerima bila
terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur
air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam
airPembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik
jauh lebih besar pada suhu yang tinggi, sehingga naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :
-
Menurunnya jumlah
oksigen terlarut dalam air.
-
Meningkatkan kecepatan
reaksi kimia.
-
Mengganggu kehidupan
organisme air.
2.
Daya Hantar Listrik (DHL)
Besarnya
nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relatifnya.
Pada
air limbah (polluted water) Daya Hantar Listik (DHL) dalam mengalirkan arus listrik bergantung
pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut. (
Candra,2007). Sehingga jenis limbah juga
menjadi acuan dalam penentuan DHL pada suatu tubuh air yang telah berpolusi.
3.
pH
Tinggi atau
rendahnya nilai pH air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO2
b) Konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat
c) Proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
a) Konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO2
b) Konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat
c) Proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
Pada
air limbah (polluted water) pH air memiliki variasi yang berbeda dapat bersifat
asam dan basa. Sehingga pada kondisi air yang sudah tercemar (polluted water)
memiliki nilai pH dibawah 6.5 atau diatas 7.5 artinya pH air tidak netral jika
air tersevut sudah menjadi air limbah (polluted water). Contoh limbah yang
mempengaruhi pH air yaitu pH air menurun dengan
menambahkan limbah padat perkotaan dan pH air
berkurang menambahkan sampah kota, karena meningkatkan organik dan
bahan asam seperti:asam laktat, asetat asam
dan asam amino (Alashty,2011)
4.
Kesadahan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesadahan adalah sebagai berikut:
-
Kandungan ion kalsium
-
Kandungan ion
magnesium
-
Kandungan
garam-garam bikarbonat
-
Kandungan
garam-garam karbonat
-
Kandungan garam-garam
klorida
-
Kandungan garam-garam
sulfat
Pada air limbah (polluted
water) kesadahan air bergantung pada zat pencemar yang terkandung didalamnya.
Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air membuih. Contohnya pada
penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan
rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya
kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.
5.
Alkalinitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadahan adalah sebagai berikut:
-
pH air
-
CO2 (CO2 dapat
menurunkan pH sehingga berpengaruh terhadap alkalinitas)
-
Aerasi / pengadukan
-
Kesadahan (Ca dan Mg)
-
Tekanan gas / udara dan
temperatur
Pada air limbah (polluted water) alkalinitas air memegang
peranan penting dalam menetralkan asam, jika air limbah tersebut tercemar oleh
zat yang menyebabkan air menjadi asam, alkalinitas air dapat digunakan untuk
mengurangi asam oleh zat pencemar. Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan
senyawa karbonat, bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium
dalam air
6. Salinitas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesadahan adalah sebagai berikut:
-
Penguapan
Penguapan semakin
besar maka salinitas semakin tinggi, kebalikannya makin kecil penguapan maka
salinitasnya makin rendah.
-
Curah hujan
Makin banyak curah
hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin rendah curah hujan maka
salinitasnya makin tinggi.
-
Air sungai
Air sungai yang
bermuara kelaut, makin banyak air sungai yang bermuara kelaut maka salinitas
air laut tersebut rendah.
-
Arus laut
Laut laut yang
dipengaruhi arus panas maka salinitasnya akan naik dan kebalikannya laut-laut
yang dipengaruhi oleh arus dingin maka salinitasnya akan turun (rendah).
-
Angin
Kelembaban udara
diatasnya, ini berhubungan dengan dan penguapan berhubungan dengan besar
kecilnya salinitas air laut.
Pada air limbah (polluted water)
salinitas air sangat mempengaruhi kehidupan biota baik biota air tawar, biota
pada air laut dan pada air payau yang tidak tahan terhadap perubahan salinitas
normal pada masing-masing perairan yang ditunjukkan oleh nilai salinitas
seperti 0-5 ppt (air tawar) 6-29 ppt
(air payau) dan 30-35 ppt (air laut)
2. A.
Bentuk Lahan Marine,
kualitas air pada daerah marine umumnya campuran air laut dan air tanah.
Sehingga untuk kandungan kimia Ca nya tergantung daerah marine, jika daerah
marine berterumbu karang maka kandungan Ca
nya bisa tinggi karena dari peleburan karang itu sendiri dan sebaliknya.
Dan jika daerah marine sekitar rawa maka kandungan Mg nya rendah kandungan Na dan K pada lahan
marine tinggi karena air di lahan marine tercampur dengan air laut sehingga
kandungan garam cukup sedang – tinggi. Kandungan Fe pada air didaerah marine
dipengaruhi oleh adanya kandungan besi / pasir besi pada pantai dan kandungan
batuan sperti batuan basalt di daerah pantai.
B. Bentuk Lahan Fluvial,
kualitas air di daerah Fluvial campuran dari air tanah dan air sungai.
Kandungan Na dan K pada lahan ini rendah karena jauh dari air laut atau pantai
mungkin ada sekitar 0.05 – 0.5 yang berasal dari miikroorganisme. Kandungan Ca
pada fluvial sedikit karena sedikit dan hampir tidak adanya susunan batuan
kapur. Jika lahan fluvial dekat dengan lahan vulkan, kemungkinan kandungan SO4
berkisar rendah hingga sedang. HCO3 sangat sedikit dan hampir tidak
ada. Kandungan Fe pada lahan ini
tergolong sedikit hingga sedang tergantung dari larutan bahan vulkanik.
Kandungan Ci nya sedikit hingga tidak rendah.jika jenis tananhnya gambut, maka
kandungan Mg nya relatif tinggi.
C.
Bentuk lahan struktural, Bentuk lahan geologi berperan
pening dalam ilmu hidrologi, karena airtanah menempati rongga-rongga dalam lapisan
geologi, Faktor litologi, struktur geologi dan stratigrafi merupakan informasi
penting dalam evaluasi sumberdaya airtanah. Ketiga faktor tersebut
akanberpengaruh terhadap keterdapatan dan agihan airtanah. Dari ulasan tersebut
dapat diketahui jika kadar elemen kimia air utamanya air tanah akan berkumpul
pada bentuk lahan struktural, karena konsentrasi mineral air tanah yang tidak
tercemar seperti Na. K, Mg, Ca, Cl, HCO3, SO4, NO3, SiO2, Fe dan PO4 sangat
menggambarkan kondisi kadar elemen kimia air pada bentuk lahan struktural.
Namun tidak semua bentukan lahan struktural aka memiliki elemen kimia air tanah
yang lengkap karena karekteristik air tanah pada suatu wilayah dipengaruhi kuat
oleh genesis daerah,lingkungan pengendapan, struktur dan jenis batuan
penyusunnya.
D. Bentuk
Lahan Denudasional, Pada
bentuk lahan denudasional kadar elemen kimia air tanah tidak terlalu
mempengaruhi secara dominan karena bentuk lahan denudasional ditentukan oleh
proses seperti pelapukan, erosi, gerak massa batuan dsb. Namun
bagaimanapun bentuk lahan akan mempengaruhi kondisi air tanah begitu pula pada
bentuk lahan denudasional contohnya pada tingkat pelapukan batuan
dan aktivitas proses geomorfologi berupa pentorehan,pengangkutan dan
pengendapan material, berkaitan dengan pemebntukan zona pelapukan di atas
batuan induk, sehingga akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan perkolasi air
ke dalam airtanah yang tentunya akan membawa mineral-mineral yang berasal dari
batuan. Tingkat pentorehan dan beda tinggi memberikan kesan topografi tertentu
(relief) dan topografi berkaitan dengan faktor penerimaan air hujan (recharge
area).
c.Sea Water
a.PH
Air laut juga mempunyai pH,
yakni ukuran kadar asam atau basa suatu larutan, yang relatif stabil; angka 7
menunjukkan bahwa larutan itu netral. Angka pH air laut berkisar dari 7,4 hingga 8,3,
berarti sedikit bersifat basa. Jika pH keluar dari kisaran ini, lautan akan
berada dalam keadaan bahaya. Sebenarnya, inilah yang ditakuti para ilmuwan.
Kebanyakan karbon dioksida yang dibuang ke atmosfer akhirnya jatuh ke lautan,
lalu bereaksi dengan air dan membentuk asam karbonat. Jadi, kegiatan manusia
mungkin secara perlahan telah menambah keasaman laut.
b.Kesadahan
Air laut memiliki tingkat
kesadahan air dalam tingkat sedang. Hal ini dikarenakan banyaknya mineral yang
ada pada air laut. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam
1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun
tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). Umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana
untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan
dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3
c.Daya hantar listrik
Air laut memiliki daya
hantar listrik yg paling baik karena air laut mengandung garam yang sangat baik
dalam menghantarkan listrik, berikutnya adalah air hujan, seperti kita tahu
bahwa ketika hujan terkadang terjadi kilat dimana kilat tersebut terjadi karena
adanya peristiwa ionisasi elektron di awan sehingga menghasilkan listrik dan
timbul kilat, peristiwa ini tentu dapat mempengaruhi air hujan sehingga dapat
menghantarkan listrik.
d.Salinitas
Air laut mengandung 3,5%
garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak
terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:
densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh
salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%),
magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)
teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga
sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas
vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di
laut dalam.
Secara ideal, salinitas
merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air
laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh
karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang
terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun
1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses
kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
e.Temperature
Temperatur air laut di
permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis
dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga
temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.
Tekanan di dalam laut akan
bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari
satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan
(kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara
adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan
bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara
adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang
terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita
cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk
itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan
dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus
dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial,
yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level
tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan
referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur
pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran
dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah
yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih
dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan
selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.
f.Alkanitas
Kapasitas
air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan
acid-neutrlizingcapacitry (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat
menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas`juga diartikan sebagai kapasitas
penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Alam Ikan 1).
Sebagai
media hidup ikan, kondisi alkanitas air perlu diketahui karena alkanitas
merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui
kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan kadang mengalami fluktuasi atau
perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi
kehidupan ikan yang dipelihara.
Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral (bersifat basa) dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis (Alam Ikan 2).
Alkalinitas
sering dihubungkan dengan kekerasan air, karena sumber utama alkalinitas
biasanya dari batuan karbon (batu kapur) yang sebagian besar terbentuk dari
CaCO3, sebaliknya kekurangan karbonat dihubungkan dengan Natrium atau Potasium
yang tidak memberi pengaruh kekerasan air lunak (air berkesadahan rendah)
biasanya memiliki kadar alkalinitasr yang rendah dan kapasitas penyangga yang
rendah pula. Alkalinitas sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya
karena alkalinitas tersebut sebagai penyangga ketika terjadi karena perubahan
pH yang sangat cepat.
Organisme hidup, khususnya pada organisme perairan hidupnya akan sangat baik bila pH-nya 6 – 9. Alkalinitas diukur dengan menambahkan asam pada air yang diuji tanpa menyebabkan perubahan pH yang berarti. Alkalinitas yang tinggi pada permukaan air akan menetralkan hujan asam dan limbah lain yang bersifat asam dan mencegah perubahan pH yang cepat yang berbahaya pada perairan tersebut
Organisme hidup, khususnya pada organisme perairan hidupnya akan sangat baik bila pH-nya 6 – 9. Alkalinitas diukur dengan menambahkan asam pada air yang diuji tanpa menyebabkan perubahan pH yang berarti. Alkalinitas yang tinggi pada permukaan air akan menetralkan hujan asam dan limbah lain yang bersifat asam dan mencegah perubahan pH yang cepat yang berbahaya pada perairan tersebut
Mineral
yang dihasilkan oleh bentuk lahan
a.Karst
Topografi karst adalah bentukan
rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses
pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3diatas dan dibawah permukaan
bumi.
Groundwater Quality Assessment in Akoko South
East Area of Ondo State, Nigeria
Afuye, G. G., Oloruntade, A. J., Mogaji, K.
O.
Department
of Agricultural and Bio-Environmental Engineering Technology,
Rufus
Giwa Polytechnic, Owo, Ondo State Nigeria
Latar
Belakang
Jurnal
ini merupakan jurnal yag di buat untuk medapatkan hasil penelitian dari sebelas
sumur di wilayah Akoko tenggara, Ondo, Nigeria. Selama penelitian kondisi fisik
sumur seperti, diamter sumur, penutup sumur, dan sumber pencemaran sumur juga
dilakukan tindakan observasi. Sumber polusi salah satunya adalah septic tank.
Hasil sampel diambil pada hari yang sama, kemudian dilakukan uji pengelaban
mengenai kondisi air dengan berbagai sumber pencemar yang ada di sekitarnya.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui langkah apa yang bisa dilakukan guna
mengurangi dampak dari pencemaran air yang terjadi.
Metode
Langkah
awal yang digunakan adalah studi area, dimana disini studi area di gunakan
sebagai suatu langkah untuk mengetahui secara detail kondisi lapangan secara
tepat. Pengambilan sampel dilakukan pada sumur sumur yang dipilih, dan
dimasukkan kedalam botol yang steril. Botol juga di lindungi dengan penutup
agar tidak di pengaruhi oleh faktor lain yang bisa merubah kondisi air.
Hasil
Dari
hasil observasi sumur berdiameter 70-91 cm. Kedalaman air pada sumur tidak
sampai melebihi 5 meter, dengan sumur terdalam mencapai 4,57m. Umur sumur 16-25
tahun. Penutup sumur terbuat dari kayu, seng, dan beton. Pencemaran terjadi
akibat polusi aliran. Untuk bahan kimia sumur 1,7 dan 11 kondisi melebihi dari
standart yang ditetapkan oleh WHO. Kadar kandungan terlarut melebihi 50gr pada
sumur 1,2,6,8, dan sebelas. Kemampuan hantar listrik pada keseluruhan sumur
berada di pada angka 155-346 dibawah standart penetapan WHO yakni 400.
Keseluruhan sumur mengandung bakteri penyakit, hal ini dikarenakan posisi sumur
berada dekat dengan septic tank, kedekatan antara sumur dengan septic tank
dikarenakan buruknya penataan ruang kota.
Sebagai
tingkat lanjut penelitian, disarankan pada kontruksi sumur dibuat penutup dari
beton yang dimungkinkan pengaruh dari luar akan sulit untuk masuk dan mencemari
sumur. Kontruksi beton juga dibuat hingga keseluruhan bagian sumur untuk
menghindari pearuh yang berasal dari sumber pencemaran yang berasal dari aliran
air dalam.
PENCEMARAN AIR TANAH AKIBAT PEMBUANGAN
LIMBAH DOMESTIK DI LINGKUNGAN KUMUH
STUDI KASUS BANJAR UBUNG SARI, KELURAHAN UBUNG
Oleh:
Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha
Dosen
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana
Latar
Belakang
Di daerah Banjar Ubung
Sari, pola penyebaran penduduknya tidak merata dan volume penduduk pendatangnya
cukup besar. Hal ini mengakibatkan makin berkembangnya permukiman-permukiman
yang kurang terencana dengan baik dan kurang terencana sehingga dapat
mengakibatkan sistem pembuangan limbah rumah tangga seperti pembuangan limbah
kamar mandi/wc dan dapur tidak terkoordinasi dengan baik. Limbah tersebut dapat
berakibat pada pencemaran air tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyebaran beberapa penyakit menular. Oleh karena itu dalam
pembuangan limbah domestik di daerah permukiman tersebut sebaiknya dilakukan
pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat menampung dan
mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat mencegah
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat
diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kualitas dan
kuantitas air tanah pada daerah permukiman tersebut harus terjamin, agar dapat
digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan
baku mutu kualitas air.
Metode
Penelitian dilakukan
dengan observasi dan studi literatur. Data primer berupa sampel air, kuisioner,
uji laboratorium, dan observasi. Data sekunder, studi literatur di dapatkan
dari data diantaranya adalah, data jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk,
monografi area, dan parameter kualitas air. Selanjutnya dilakukan analisis dari
data lapangan dengan literatur.
Hasil
Hasil dari penelitian di
dapatkan bahwa air sumur pada titik 1,4, dan 5 tercemar, sementara titik 2 dan
3 tidak mengalami pencemaran. Pada kasus ini sumur yang mengalami pencemaran
memiliki bau yang tidak sedap, sementara sumur yang tidak tercemar tidak berbau.
Adanya bakteri E. Coli dan Coliform juga menandakan bahwa suatu sumur mengalami
pencemaran. Kadar amoniak juga dapat menjadi indikasi bahwa suatu sumur
tercemar atau tidaknya. Sehingga untuk menghadapi permasalahan ini perlunya
pembuatan atau perencanaan tata saluran yang sesuai dengan hasil analisis yang
telah dilakukan. Pemeliharaan terhadap saluran pembuangan lebih ditingkatkan
guna menghindari terjadinya endapan, penyumbatan penyebaran penyakit, dan
pencemaran ekosistem.

LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS
AIR
ACARA IV
UJI KIMIA SAMPEL AIR
Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh, S.Si,
M.Si.

Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet S
NIM : 150722605704
Mata Kuliah : Kualitas
Air
Offering : G
Tanggal
Praktikum : 8 Mei 2017
Asisten Praktikum :
M. Arif
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
PROGRAM
STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu
melakukan uji kimia pada sampel air.
2.Mahasiswa mampu
melakukan analisa faktor pemengaruh pada kondisi air.
II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT B.BAHAN
a.Gelas ukur a.Air sampel
b.Eleymier b.Etanol
c.Statif c.Eta
d.Biuret d.Buffer pH
e.Lakmus e.Kertas saring
f.Oven
g.Timbangan digital
h.Corong
III.DASAR TEORI
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu.
Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain,
sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum.
Begitu pula dengan air bersih, air minum dan air
hujan, tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda diantara
ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga sumber
dari air itu sendiri. Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990,
yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar
kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang
diperbolehkan.
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan
rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan
dengan standar internasional yang ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air
tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau kegiatan usaha
mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya
standarisasi tersebut dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk
keperluan rumah tangga. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya
memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Persyaratan
Fisik
Air yang
berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau
tidak keruh.
2. Tidak
berwarna.
3.
Rasanya tawar.
4. Tidak berbau.
5. Temperaturnya
normal.
6.
Tidak mengandung zat padatan
Persyaratan
Kimia
Kualitas air
tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
1. pH normal.
2. Tidak
mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak
mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5.
Tidak mengandung bahan organik.
Persyaratan
Mikrobiologis
Persyaratan
mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut
:
1. Tidak
mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi,
vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui
air (transmitted by water).
2. Tidak
mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton
coliform, cladocera, dan lain-lain.
IV.LANGKAH KERJA
1.Lakukan uji pH sampel
air menggunakan kertas lakmus.
2.Lakukan uji suspensi
pada sampel air 100ml.
3.Lakukan penyaringan
air sampel 100ml pada kertas penyaring
4.Oven hasil saringan
sampel selama 1jam.
5.Timbang hasil
suspensi dengan mempertimbangkan berat kertas penyaring.
6.Ambil air sampel baru
sebanyak 50ml.
7.Tambahkan pH buffer
10ml.
8.Masukkan campuran
etanol 100ml dan 10ml Eta dalam biuret.
9.Teteskan hingga warna
sampel air berubah.
V.HASIL PRAKTIKUM
No
|
Uji
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
pH
|
7
|
Netral
|
2
|
Suspensi
|
0,1
|
Sedikit
|
3
|
Kesadahan
|
9ml
|
Rendah
|
VI.PEMBAHASAN
Laporan kualitas air kali ini
dilakukan suatu upaya analisa kondisi kimia dari sampel air yang telah diambil.
Adapun uji yang dilakukan berupa uji kondisi pH air dengan kertas lakmus,
suspensi dengan melakukan penyaringan guna mendapatkan material pada air, dan
kesadahan.
Uji pertama merupakan uji pH
didapatkan hasil 7 yang menandakan kondisi air netral. Hal ini menunjukan bahwa
kondisi sampel air yang dialami tidak pada kondisi basa atau asam, sehingga
dalam parameter pH kondisi air yang diambil masih memiliki nilai guna untuk
dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari hari. Namun dalam hal ini tentu
tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi, seperti mencuci masih dapat terpenuhi,
namun dalam penggunaan untuk dikonsumsi masih perlu dipertimbangkan atau juga
bisa dilakukan suatu pengolahan yang lebih lanjut.
Adapun suspensi atau material yang
ada pada air ini tergolong sedikit, dengan hasil 0,1gram ada 100 ml air sampel.
Dari hasil ini tentu bisa menggambarkan bahwa pada sampel air yang diambil tidak
pada kondisi relatif tenang sehingga material mengendap dan tidak mempengaruhi
tingkat kekeruhan air yang ada. Apabila pun banyak material yang ikut pada air
dapat dilakukan suatu proses pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan ini
dapat dilakukan dengan pengendapat untuk mengendapkan material yang terangkut
pada air.
Uji
terakhir adalah menguji kondisi kimia air berupa tingkat kesadahan. Tingkat kesadahan
pada sampel air ini dihasilkan bahwa nilai kesadahan sampel air tergolong
rendah. Kesadahan sendiri merupakan kemampuan air untuk bereaksi dengan suatu
zat kimia lain, seperti sabun. Apabila tingkat kesadahan air tinggi, maka sabun
akan sulit untuk berbusa. Adanya kondisi dari sampel air dengan kesadahan
rendah sangat dimungkinkan air ini masih layak untuk mendukung kebutuhan hidup
sehari hari. Selain itu pada kondisi air yang sedemikian rupa berarti pada air
tidak banyak mengandung unsur unsur atau zat zat yang mempengaruhi kondisi air.
Sebagai
analisa menyeluruh, kondisi air sampel masih layak untuk dimanfaatkan sebagai
pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari hari. Namun jangan lupa untuk melakukan
suatu pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan ini dilakukan guna untuk kembali
menaikkan kondisi air menjadi lebih baik lagi dengan menghilangkan zat zat atau
unsur unsur lain yang bisa mempengaruhi kondisi air dan menjadikan air kurang
baik untuk dikonsumsi. Karena air memiliki standart baku mutu tersendiri hingga
akhirnya dinyatakan layak konsumsi.
VII.KESIMPULAN
1.Uji kimia sangat diperlukan guna mengetahui
kondisi air dan bagaimana penanganannya.
2.Pemanfaatan air harus memperhatikan kondisi atau
kualitas air.
VIII.DAFTAR RUJUKAN
Anwar
Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta