Wednesday, 3 May 2017

KUALITAS AIR SMT 4

LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
ACARA I
PENGENALAN ALAT KUALITAS AIR
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Kualitas Air
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  7 Maret 2017
                        Asisten Praktikum         :  Muhammad Nur Fahmi
                                                              

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mengetahui alat yang didunakan dalam praktikum kualitas air.
2.Mahasiswa mampu menggunakan alat praktikum kualitas air.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                      B.BAHAN
1.Pensil                                                                        1.Alat praktikum kualitas air.
2.Penghapus
3.Penggaris                                                      

III.DASAR TEORI                                                                                         

Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus (Kodoatie, 2012).              

Pemanfaatan air tanah melalui sumur-sumur akan mengakibatkan lengkung penurunan muka air tanah (depression cone). Makin besar laju pengambilan air tanah, makin curam lengkung permukaan air tanah yang terjadi di sekitar sumur sampai tercapai keseimbangan baru jika terjadi pengisian dari daerah resapan. Keseimbangan air tanah yang baru ini dapat terjadi hanya jika laju pengambilan air tanah lebih kecil dari pengisian oleh air hujan pada daerah resapan. Laju pengambilan air tanah dari sejumlah sumur apabila jauh lebih besar dari pengisiannya maka lengkung-lengkung penurunan muka air tanah antara sumur satu dengan lainnya akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah secara permanen (Ashriyati, 2011). Pada daerah pantai terjadinya penurunan air tanah dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air asin.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan air tanah
maupun air permukaan menjadi sesuatu yang sangat penting. Berkaitan dengan hal tersebut maka agar air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemantauan dan intepretasi data kualitas air. Pemantauan kualitas air mencakup kualitas fisika, kimia dan biologi. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, seperti parameter fisika yaitu suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya, parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya dan parameter biologi yaitu keberadaan plankton dan bakteri (Effendi, 2003).

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengendalian Pencemaran Air, air dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu :

(1) Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

(2) Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
(3) Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(4) Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Berkenaan dengan baku mutu air tersebut dapat dikeelompokkan faktorfaktor
yang mempengaruhi kualitas air tanah menjadi dua yaitu (1) faktor alami,
meliputi geologi, tanah, vegetasi, dan iklim dan (2) faktor buatan, meliputi limbah
domestik, pupuk, limbah pertanian, insektisida dan pestisida, dan limbah industri
(Setyawan, 2007)

IV.LANGKAH KERJA
1.Amati dan kenali setiap alat ang digunakan dalam praktikum kualitas air.
2.Gambar setiap sesuai dengan hasil pengamatan.
3.Pahami fungsi dan cara kerja dari setiap alat  yang digunakan.

V.HASIL PRAKTIKUM

VI.PEMBAHASAN
Praktikum kualitas air pertama ini dilakukan pengenalan akan alat yang digunakan guna mendukung pembelajaran kualitas  air. Ada banyak alat yang digunakan dalam praktikum kualitas air kali ini seperti yang telah disebutkan pada bahan praktikum.
Alat alat praktikum kali ini banyak berupa alat yang terbuat dari kaca, seperti biuret, gelas ukur, tabung eleymier, labu bakar, dan gelas piala. Alat alat ini memiliki fungsi yang hampir sama antara satu alat dengan alat yang lainnya. Gelas ukur berfungsi sebagai gelas wadah untuk mengukur jumlah zat atau bahan kimia, sehingga diharapkan takaran akan zat atau bahan masuk sesuai dengan ukurannya. Begitu pula dengan gelas piala, sementara labu bakar berfungsi sebagai wadah atau tempat dimana untuk mereaksikan zat atau bahan tertentu. Labu bakar lebih dikhususkan untuk wadah dimana zat atau bahan direkasikan dengan cara dipanaskan.
Sementara tabung eleymier ataupun gelas reaksi berfungsi sebagai wadah untuk menempatkan zat atau bahan yang siap direkasikan dan dicampur dengan zat atau bahan lainnya. Selanjutnya adalah biuret dan statif merupakan alat yang tidak dapat dipisahkan, statif berfungsi sebagai penyangga dari biuret, biuret sendiri berfungsi sebagai alat untuk meneteskan zat atau bahan cair yang akan direkasikan, dan dapat diatur dari tingkat tetesan sesuai dengan kebutuhannya.
Alat alat selanjutnya berupa alat yang lebih modern dan ditampilkan dalam bentuk digital. Alat alat tersebut diantara lain adalah, pH meter, water quality checker, eksekator, conductivity tester, dan spektrofotometrik. Untuk pH meter berfungsi sebagai alat penilai kadar pH dalam suatu kondisi air, conductivity tester berfungsi sebagai alat penilai untuk mendeteksi kemampuan zat cair dalam menyalurkan arus listrik. Water quality meter berfungsi sebagai alat yang didalamnya mampu mencakup kualitas air dimana didalamnya bisa menilai kondisi pH dan kemamuan air untuk menyalurkan arus listrik. Spektrofotometrik berfungsi sebagai alat yang mampu mendeteksi segala unsur yang ada dalam suatu zat atau bahan tertentu. Sementara eksekator berfungsi sebagai alat yang bisa mewadahi zat atau bahan untuk menjaga atau mengontrol tingkat kelembaban ataupun kondisi suatu zat atau bahan tertentu seperti yang diharapkan.
Alat yang selanjutnya berupa pipet, pipet ini memiliki fungsi ganda salah satu fungsinya mirip dengan fungsi biuret. Dimana mampu meneteskan bahan atau zat cair yang akan digunakan dalam suatu tahap perekasian. Namun pipet juga mampu menyedot atau mengambil sampel bahan atau zat pereksi agar sampel yang terambil sesuai dengan kebutuhan.
Alat alat seperti ini sangat diperlukan dalam penentuan kualitas air, dikarenakan air sendiri merupakan suatu unsur yang sanga mutlak bagi kehidupan segala mahluk hidup. Sehingga dengan adanya naiknya kepadatan penduduk, dimana kebutuhan akan air meningkat namun tidak diimbangi dengan adanya kualitas iar yang baik, maka perlu dilakukan terus adanya evaluasi atau penilaian kualitas air yang baik untuk digunakan sbagai pemenuhan kebutuhan kehidupan.

VII.KESIMPULAN
1.Alat alat yang digunakan banyak alat yang terbuat dari kaca, karena kajian dari ini berupa zat cair ataupun bahan cair yang bisa dilihat apabila menggunakan alat dengan bahan kaca.
2.Alat alat dengan tekhnologi digital dapat memudahkan perkejaan dalam analisis kualitas air.
3.Evaluasi akan kualitas air perlu terus dilakukan, karena iar merupakan suatu unsur yang sangat mutlak bagi segala kehidupan.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Ashriyati, Hidanafie.2011. Kajian Kerentanan pada Wilayah Terintrusi Air laut di DKI Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Departement Geografi FMIPA UI.



LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Kualitas Air
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  13 Maret 2017
                        Asisten Praktikum         :  M Arif                                                             

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mengetahui alat yang didunakan dalam pengambilan sampel air.
2.Mahasiswa mampu mengambil sampel air dengan benar.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                      B.BAHAN
1.Gelas ukur.                                                                1.Sampel air sungai
2.Meteran
3.Corong
4.Gayung         
5.Wadah pendingin
6.Gunting
7.Lakban.        
8.GPS
9.Stopwatch                            

III.DASAR TEORI                                                                                         

Distribusi air secara alamiah/langsung adalah tidak ideal dan efisien. Air yang tersedia di alam melalui siklus hidrologi / hujan tidak selalu mengikuti fase-fase pertumbuhan tanaman. Banjir terjadi pada musim penghujan dan kekeringan pada sumber mata air serta krisis air pada musim kemarau. Air permukaan (water surface) sebagai sumber bencana.
Air permukaan (watersurface) perlu dikelola agar tidak menimbulkan bencana alam tetapi dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Kawasan – kawasan industri baru, berkurangnya areal irigasi, bertambahnya jumlah penduduk, kawasan pemukiman tambah luas, perkerasan jalan dan halaman rumah merupakan sumber konflik kepentingan pemakai air dan aspek hidrologislingkungan yang merugikan.
Kebutuhan air yang terus meningkat, baik kuantitas maupun kualitas. Manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan air setiap saat. Jumlah manusia dan jenis makluk hidup lainnya terus meningkat bersamaan bertambahnya waktu.
Para ahli dan perencana di bidang pengembangan sumber daya air selalu melakukan diskusi, pembahasan lebih mendalam, dan pengembangan suatu cara pengelolaan sumber daya air yang lebih bersifat menyeluruh dan terpadu. Perencanaan dapat mencakup pengaturan penyediaan air. Metode pengelolaan dimaksudkan untuk menyediakan air dengan kuantitas dan kualitas yang memadai pada tempat dan waktu sesuai dengan kebutuhan
Undang Undang Dasar 1945 dan undang-undang no. 7 tentang Sumber Daya Air tahun 2004 mengamanatkan agar air sebagai sumber daya harus benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran bersama. Untuk itu perlu dilakukan usaha pengelolaan sumber daya air secara benar. Pengelolaan harus menyeluruh, menjadi satu kesatuan sistim, dan seimbang dari berbagai aspek-kepentingan.
Tingkat pengelolaan di daerah pengaliran sungai dalam rangka pengelolaan air sangat menentukan kondisi daerah aliran sungai. Pengelolaan air tersebut akan mempengaruhi proses siklus hidrologi dan pola aliran air sepanjang tahun. Upaya pemeliharaan lingkungan juga merupakan usaha pengelolaan sumber daya air.
Tugas perencana pengelolaan sumber daya air adalah mengidentifikasi dan mengembangkan recana-rencana pengelolaan sumber daya air. Hampir semua perencanaan pengelolan sumber daya air memerlukan investasi yang besar. Investasi dalam bidang ini merupakan modal yang tidak dapat dikembalikan dalam jangka waktu yang singkat dan terukur secara mudah. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi cara pengelolaan air permukaan (water surface) berdasarkan lapisan tanah di bawahnya.
Cara pengambilan contoh dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber airnya;
b) bilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
c) ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara, kemudian homogenkan;
d) masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e) lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
f) hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
g) pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan.

IV.LANGKAH KERJA
1.Menentukan lokasi pengambilan sungai.
2.Tentukan titik dimana pengambilan sampel.
3.Ambil sampel air sesuai kebutuhan.
4.Hitung debit aliran dan tentukan kondisi temperatur air.
5.Lakukan pengawetan dengan cara melakban dan dimasukkan dalam wadah pendingin untuk menjaga kondisi air.








V.HASIL PRAKTIKUM
Nomor
Keterangan
Data
1
Lokasi
Sungai FMIPA UM
2
Koordinat
S 07°57,68’ dan E 112°37,12’
3
Debit
10,81 ml/detik
4
Kondisi Sungai
Terdapat sedimen berupa lumbur dan sampah sampah plastik yang tersangkut bebatuan
5
Suhu
20,8
6
Musim
Penghujan
7
Tanggal
14 Maret 2017
8
Evelasi
460m
9
Tinggi Muka Air
23 cm
10
Pengambil Sampel
Agus Sarif Mulyono
11
Waktu
11.20-11.35 WIB


VI.PEMBAHASAN
Praktikum kualitas kedua kali ini merupakan pengenalan dan pelatihan dalam pengambila sampel air yang akan dianalisa. Pengambilan sampel ini dilakukan di setiap titik berbeda antar kelompok. Pengambilan sampel ini di lakukan di Sungai Lembah Mipa, dengan lokasi di belakang lembah Fakultas MIPA.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 14 Maret 2017, pada pukul 11.20. Sebagai akurasi pengambilan sampel, juga ditentukan dengan penentuan posisi atau koordinat GPS. Sebagai langkah lebih lanjut pengambilan sampel harus dilakukan ada titik tengah sungai atau objek yang akan diambil sampelnya. Pengambilan ini juga harus dilakukan dengan botol wadah sampel dicelupkan dibawah permukaan air, dan penutupan wadah sampel juga harus dilakukan dibawah permukaan air. Hal ini dilakukan untuk mencegah sampel air bereaksi dengan udara langsung. Saat sampel telah masuk di wadah botol, botol juga harus dilakban denganw warna gelap guna menahan masuknya cahaya matahari langsung. Selain itu sampel juga dimasukkan pada wadah pendingin guna menjaga kondisi air tetap terjaga dan tidak berubah.
Sampel air ini diambil pada saat musim penghujan berlangsung. Saat pengukuran debit air melalui botol 600ml, dengan diambil sampel 3 kali dan lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi botol sampel. Sampel pertama botol terisi penuh selama 10,81 detik, botol kedua selama 11,70 dan botol ketiga selama 9,94. Setelah dilakukan rerata, untuk mengisi air sebanyak 600ml dibutuhkan waktu selama 10,81 detik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bawah debit aliran sungai pada lembah MIPA sebesar 55,5ml/detik. Suhu air yang ada di aliran sungai lembah MIPA sebesar 20,8.
            Sebagai hasil dari pengamatan kondisi air jernih sedikit tercemar dengan indikasi bau yang kurang sedap. Adanya sedimen yang berada di dasar sungai berupa lumpur, batuan, dan sampah sampah yang tersangkut di bebatuan. Apabila diamati kondisi suangai masih memenuhi standart normal kondisi air sungai, sebagai indikasi masih banyak dijumpai hewan hewan air. Hewan hewan ini diantaranya adalah ikan ikan kecil dan yuyu yang hidup dan berkembang biak di pinggir aliran sungai.
             




VII.KESIMPULAN
1.Titik pengambilan perlu dilakukan dengan pemilihan lokasi yang tepat guna mendapatkan sampel yang maksimal.
2.Pengambilan harus dilakukan ditengah lokasi objek dan berada di bawah permukaan air.
3.Proses pelakbanan dan pendinginan dilakukan untuk menjaga kondisi air.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Anwar Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
ACARA III
UJI FISIK SAMPEL AIR
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Kualitas Air
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  20 Maret 2017
                        Asisten Praktikum         :  M Arif                                                             

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017
ACARA III

I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu menggunakan alat praktikum kualitas air.
2.Mahasiswa mampu melakukan analisa  sampel air dengan alat praktikum.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.pH Meter Digital.                                                                   a.Sampel air lapangan.
b.Kertas Lakmus.
c.Gelas Ukur.

III.DASAR TEORI
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum.

Begitu pula dengan air bersih, air minum dan air hujan, tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda diantara ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga sumber dari air itu sendiri. Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam kehidupan sehari-hari.



Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang diperbolehkan.



Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar internasional yang ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau tidak keruh.
2. Tidak berwarna.
3. Rasanya tawar.
4. Tidak berbau.
5. Temperaturnya normal.
6. Tidak mengandung zat padatan

Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik.

Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.


IV.LANGKAH KERJA
1.Masukkan sampel air kedalam gelas ukur.
2.Untuk uji pH dan Temperature tuang air sebanyak 20ml.
3.Celupkan alat pengukur suhu dan pH digital.
4.Celupkan kertas lakmus kedalam air untuk uji secara manual.


V.HASIL PRAKTIKUM
Nomor
Keterangan
Hasil
1
pH Meter Digital
6,8
2
pH Kertas Lakmus
7,0
3
Suhu
28°
4
DHL
0
5
Suspensi
0









VI.PEMBAHASAN

            Praktikum kualitas air pada acara ketiga kali ini adalah uji fisik dari sampel air yang telah dilakukan pengambilan sampel sebelumnya. Uji fisik pada kali ini diketahui nilai pH, baik melalui uji kertas lakmus maupun ph meter digital. Selain itu juga diketahui juga suhu atau temperature air dengan melihat nilai suhu yang jadi satu pada ph meter digital.
                       
            Setelah dilakukan beberapa uji diatas diketahui nilai ph yang dilakukan dengan uji kertas lakmus ph menunjukan nilai 7, yang dapat diartikan bahwa nilai ph pada sampel air yang telah diambil masih netral. Uji ph menggunakan kertas lakmus ini melihat perubahan warna pada kertas lakmus yang kemudian disesuaikan dengan skala nilai ph pada parameter warna kertas lakmus yang ada.

            Apabila dibandingkan dengan uji kertas lakmus, uji ph yang dilakukan dengan pH meter digital mendapatkan nilai sebesar 6.8. Hal ini tentu cocok dan mendapatkan kesesuaian hasil ph ada sampel air yang telah diambil, yaitu ph air juga netral. Pembeda pada hal ini pengukuran dengan alat pH meter digital didapatkan nilai yang lebih detail dan spesifik apabila dibandingkan dengan uji kertas lakmus. Akurasi dari nilai pH meter digital mencapai ketelitian 0,1.

Selanjutnya adalah uji suspensi pada air, suspensi sendiri merupakan nilai atau jumlah kandungan tersupensi berupa material padat pada suatu takaran air tertentu. Uji ini dilakukan dengan menakarkan sejumlah 300ml air kemudian dituangkan pada gelas ukur yang diatasnya dipasang kertas saring yang berfungsi menyaring material halus dari air. Uji ini perlu dilakukan proses pengovenan guna menghilangkan kandungan air ataupun mengeringkan material, sehingga pada saat penimbangan diperoleh nilai yang akurat. Hasil dari suspensi ini tidak dapat dilihat dikarenakan pada saat setelah pengovenan tidak ada tindak lebih lanjut.

            Langkah berikutnya merupakan uji DHL pada air atau dapat diartikan sebagai uji daya hantar listrik pada sampel. Daya hantar listrik dipengaruhi oleh ion ion yang terkandung dalam air.Dalam praktikum kali ini DHL didapatkan nilai 0, nilai ini dikarenakan alat uji DHL pada praktikum ini tidak mampu berfungsi dengan baik, sehingga uji DHL tidak bisa diperoleh nilai yang sebenarnya.

            Kondisi lingkungan pada pengambilan sampel air yang daerah perairannya masih dijumpai hewan hewan yang masih hidup tumbuh dan berkembang menandakan bahwa perairan ini masih dapat dibilang sehat. Selain hewan hewan air yang hidup juga dijumpai tumbuhan tumbuhan yang hidup dengans ubur di pinggiran aliran sungai. Hal ini tentu cocok apabila dibandingkan dengan nilai pH netral yang diperoleh.


VII.KESIMPULAN
1.Daya hantar listrik dipengaruhi oleh ion ion yang terkandung dalam air.
2.Nilai pH dapat dicocokan untuk melihat kondisi perairan dengan melakukan perbandingan degan melihat kondisi kehidupan yang ada di dalam perairan.


VIII.DAFTAR RUJUKAN
Anwar Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Aggota Kelompok :    1. Agustinus Slamet S
                                    2. Agus Sarif Mulyono (150722600423)
                                    3. Degos Kirono Putro (150722603192)
1.        B. Freshwater / air jernih
pH untuk freshwater bernilai 7 / netral, jika lebih dari 7 maka air bersifat basa dan jika kurang dari 7 bersifat asam. batas pH minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-8,5. Khusus untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH kurang dari 7 akan terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.
Kesadahan Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air. Untuk freshwater atau air jernih tingkat kesadahannya rendah karena kandungan zat lain seperti kalsium, garam atau lainnya rendah bahkan tidak ada. Tingkat kesadahan rendah karena freh water didapatkan dari air tnah maupun sumber yg sifat dari airtanah bersifat netral.
Temperatur, temperatur fresh water  maksimum yang diperbolehkan dalam air jernih sebesar ± 3 oC.
Hantar listrik, daya hantar listik pada freshwater rendah dikarenakan pH yang bersifat netral dan salinitas rendah
Salinitas, kandungan garam pada fresh water sangat rendah pada rentan 0.05-0.5 % karenakan juga asala air jenih dari danau, sungai atau saluran air.
Alkalinitas, alkalinitas pada air tawar berkisar sekitar 40ppm,  Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan  borat (BO33-), fosfat (PO43-),    dan sebagainya.
C.  Polluted Water
1.      Temperature
Faktor yang mempengaruhi temperature adalah musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Pada air limbah (polluted water) Temperatur mempengaruhi badan penerima bila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam airPembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi, sehingga naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :
-          Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.
-         Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
-         Mengganggu kehidupan organisme air.
2.      Daya Hantar Listrik (DHL)
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Pada air limbah (polluted water) Daya Hantar Listik (DHL) dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut. ( Candra,2007). Sehingga jenis limbah  juga menjadi acuan dalam penentuan DHL pada suatu tubuh air yang telah berpolusi.
3.      pH
Tinggi atau rendahnya nilai pH air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO2
b) Konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat
c) Proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
Pada air limbah (polluted water) pH air memiliki variasi yang berbeda dapat bersifat asam dan basa. Sehingga pada kondisi air yang sudah tercemar (polluted water) memiliki nilai pH dibawah 6.5 atau diatas 7.5 artinya pH air tidak netral jika air tersevut sudah menjadi air limbah (polluted water). Contoh limbah yang mempengaruhi pH air yaitu pH air menurun dengan menambahkan limbah padat perkotaan dan pH air berkurang menambahkan sampah kota, karena meningkatkan organik dan bahan asam seperti:asam laktat, asetat asam dan asam amino (Alashty,2011)
4.      Kesadahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadahan adalah sebagai berikut:
-         Kandungan ion kalsium
-         Kandungan ion magnesium
-         Kandungan garam-garam bikarbonat
-         Kandungan garam-garam karbonat
-         Kandungan garam-garam klorida
-         Kandungan garam-garam sulfat
Pada air limbah (polluted water) kesadahan air bergantung pada zat pencemar yang terkandung didalamnya. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air membuih. Contohnya pada penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.
5.      Alkalinitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadahan adalah sebagai berikut:
-         pH air
-         CO2  (CO2 dapat menurunkan pH sehingga berpengaruh terhadap alkalinitas)
-         Aerasi / pengadukan
-         Kesadahan (Ca dan Mg)
-         Tekanan gas / udara dan temperatur
Pada air limbah (polluted water) alkalinitas air memegang peranan penting dalam menetralkan asam, jika air limbah tersebut tercemar oleh zat yang menyebabkan air menjadi asam, alkalinitas air dapat digunakan untuk mengurangi asam oleh zat pencemar. Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air
6.      Salinitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadahan adalah sebagai berikut:
-         Penguapan
Penguapan semakin besar maka salinitas semakin tinggi, kebalikannya makin kecil penguapan maka salinitasnya makin rendah.
-          Curah hujan
Makin banyak curah hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin rendah curah hujan maka salinitasnya makin tinggi.
-         Air sungai
Air sungai yang bermuara kelaut, makin banyak air sungai yang bermuara kelaut maka salinitas air laut tersebut rendah.
-         Arus laut
Laut laut yang dipengaruhi arus panas maka salinitasnya akan naik dan kebalikannya laut-laut yang dipengaruhi oleh arus dingin maka salinitasnya akan turun (rendah).
-         Angin
Kelembaban udara diatasnya, ini berhubungan dengan dan penguapan berhubungan dengan besar kecilnya salinitas air laut.
Pada air limbah (polluted water) salinitas air sangat mempengaruhi kehidupan biota baik biota air tawar, biota pada air laut dan pada air payau yang tidak tahan terhadap perubahan salinitas normal pada masing-masing perairan yang ditunjukkan oleh nilai salinitas seperti  0-5 ppt (air tawar) 6-29 ppt (air payau) dan 30-35 ppt (air laut)


2.      A. Bentuk Lahan Marine, kualitas air pada daerah marine umumnya campuran air laut dan air tanah. Sehingga untuk kandungan kimia Ca nya tergantung daerah marine, jika daerah marine berterumbu karang maka kandungan Ca  nya bisa tinggi karena dari peleburan karang itu sendiri dan sebaliknya. Dan jika daerah marine sekitar rawa maka kandungan Mg  nya rendah kandungan Na dan K pada lahan marine tinggi karena air di lahan marine tercampur dengan air laut sehingga kandungan garam cukup sedang – tinggi. Kandungan Fe pada air didaerah marine dipengaruhi oleh adanya kandungan besi / pasir besi pada pantai dan kandungan batuan sperti batuan basalt di daerah pantai.

B. Bentuk Lahan Fluvial, kualitas air di daerah Fluvial campuran dari air tanah dan air sungai. Kandungan Na dan K pada lahan ini rendah karena jauh dari air laut atau pantai mungkin ada sekitar 0.05 – 0.5 yang berasal dari miikroorganisme. Kandungan Ca pada fluvial sedikit karena sedikit dan hampir tidak adanya susunan batuan kapur. Jika lahan fluvial dekat dengan lahan vulkan, kemungkinan kandungan SO4 berkisar rendah hingga sedang. HCO3 sangat sedikit dan hampir tidak ada.  Kandungan Fe pada lahan ini tergolong sedikit hingga sedang tergantung dari larutan bahan vulkanik. Kandungan Ci nya sedikit hingga tidak rendah.jika jenis tananhnya gambut, maka kandungan Mg nya relatif tinggi.

C. Bentuk lahan struktural, Bentuk lahan geologi berperan pening dalam ilmu hidrologi, karena airtanah menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi, Faktor litologi, struktur geologi dan stratigrafi merupakan informasi penting dalam evaluasi sumberdaya airtanah. Ketiga faktor tersebut akanberpengaruh terhadap keterdapatan dan agihan airtanah. Dari ulasan tersebut dapat diketahui jika kadar elemen kimia air utamanya air tanah akan berkumpul pada bentuk lahan struktural, karena konsentrasi mineral air tanah yang tidak tercemar seperti Na. K, Mg, Ca, Cl, HCO3, SO4, NO3, SiO2, Fe dan PO4 sangat menggambarkan kondisi kadar elemen kimia air pada bentuk lahan struktural. Namun tidak semua bentukan lahan struktural aka memiliki elemen kimia air tanah yang lengkap karena karekteristik air tanah pada suatu wilayah dipengaruhi kuat oleh genesis daerah,lingkungan pengendapan, struktur dan jenis batuan penyusunnya.

D. Bentuk Lahan Denudasional, Pada bentuk lahan denudasional kadar elemen kimia air tanah tidak terlalu mempengaruhi secara dominan karena bentuk lahan denudasional ditentukan oleh proses seperti pelapukan, erosi, gerak massa batuan dsb. Namun bagaimanapun bentuk lahan akan mempengaruhi kondisi air tanah begitu pula pada bentuk lahan denudasional contohnya pada tingkat pelapukan batuan dan aktivitas proses geomorfologi berupa pentorehan,pengangkutan dan pengendapan material, berkaitan dengan pemebntukan zona pelapukan di atas batuan induk, sehingga akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan perkolasi air ke dalam airtanah yang tentunya akan membawa mineral-mineral yang berasal dari batuan. Tingkat pentorehan dan beda tinggi memberikan kesan topografi tertentu (relief) dan topografi berkaitan dengan faktor penerimaan air hujan (recharge area).
c.Sea Water
a.PH
Air laut juga mempunyai pH, yakni ukuran kadar asam atau basa suatu larutan, yang relatif stabil; angka 7 menunjukkan bahwa larutan itu netral. Angka pH air laut berkisar dari 7,4 hingga 8,3, berarti sedikit bersifat basa. Jika pH keluar dari kisaran ini, lautan akan berada dalam keadaan bahaya. Sebenarnya, inilah yang ditakuti para ilmuwan. Kebanyakan karbon dioksida yang dibuang ke atmosfer akhirnya jatuh ke lautan, lalu bereaksi dengan air dan membentuk asam karbonat. Jadi, kegiatan manusia mungkin secara perlahan telah menambah keasaman laut.
b.Kesadahan
Air laut memiliki tingkat kesadahan air dalam tingkat sedang. Hal ini dikarenakan banyaknya mineral yang ada pada air laut. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). Umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3
c.Daya hantar listrik
Air laut memiliki daya hantar listrik yg paling baik karena air laut mengandung garam yang sangat baik dalam menghantarkan listrik, berikutnya adalah air hujan, seperti kita tahu bahwa ketika hujan terkadang terjadi kilat dimana kilat tersebut terjadi karena adanya peristiwa ionisasi elektron di awan sehingga menghasilkan listrik dan timbul kilat, peristiwa ini tentu dapat mempengaruhi air hujan sehingga dapat menghantarkan listrik.

d.Salinitas
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.

e.Temperature
Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.


f.Alkanitas
Kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan acid-neutrlizingcapacitry (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas`juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Alam Ikan 1). 

Sebagai media hidup ikan, kondisi alkanitas air perlu diketahui karena alkanitas merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara.


Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral (bersifat basa) dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis (Alam Ikan 2).

Alkalinitas sering dihubungkan dengan kekerasan air, karena sumber utama alkalinitas biasanya dari batuan karbon (batu kapur) yang sebagian besar terbentuk dari CaCO3, sebaliknya kekurangan karbonat dihubungkan dengan Natrium atau Potasium yang tidak memberi pengaruh kekerasan air lunak (air berkesadahan rendah) biasanya memiliki kadar alkalinitasr yang rendah dan kapasitas penyangga yang rendah pula. Alkalinitas sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya karena alkalinitas tersebut sebagai penyangga ketika terjadi karena perubahan pH yang sangat cepat.

Organisme hidup, khususnya pada organisme perairan hidupnya akan sangat baik bila pH-nya 6 – 9. Alkalinitas diukur dengan menambahkan asam pada air yang diuji tanpa menyebabkan perubahan pH yang berarti. Alkalinitas yang  tinggi pada permukaan air akan menetralkan hujan asam dan limbah lain yang bersifat asam dan mencegah perubahan pH yang cepat yang berbahaya pada perairan tersebut

Mineral yang dihasilkan oleh bentuk lahan
a.Karst
Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3diatas dan dibawah permukaan bumi.

  
Groundwater Quality Assessment in Akoko South East Area of Ondo State, Nigeria
Afuye, G. G., Oloruntade, A. J., Mogaji, K. O.
Department of Agricultural and Bio-Environmental Engineering Technology,
Rufus Giwa Polytechnic, Owo, Ondo State Nigeria
Latar Belakang
Jurnal ini merupakan jurnal yag di buat untuk medapatkan hasil penelitian dari sebelas sumur di wilayah Akoko tenggara, Ondo, Nigeria. Selama penelitian kondisi fisik sumur seperti, diamter sumur, penutup sumur, dan sumber pencemaran sumur juga dilakukan tindakan observasi. Sumber polusi salah satunya adalah septic tank. Hasil sampel diambil pada hari yang sama, kemudian dilakukan uji pengelaban mengenai kondisi air dengan berbagai sumber pencemar yang ada di sekitarnya. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui langkah apa yang bisa dilakukan guna mengurangi dampak dari pencemaran air yang terjadi.
Metode
Langkah awal yang digunakan adalah studi area, dimana disini studi area di gunakan sebagai suatu langkah untuk mengetahui secara detail kondisi lapangan secara tepat. Pengambilan sampel dilakukan pada sumur sumur yang dipilih, dan dimasukkan kedalam botol yang steril. Botol juga di lindungi dengan penutup agar tidak di pengaruhi oleh faktor lain yang bisa merubah kondisi air.
Hasil
Dari hasil observasi sumur berdiameter 70-91 cm. Kedalaman air pada sumur tidak sampai melebihi 5 meter, dengan sumur terdalam mencapai 4,57m. Umur sumur 16-25 tahun. Penutup sumur terbuat dari kayu, seng, dan beton. Pencemaran terjadi akibat polusi aliran. Untuk bahan kimia sumur 1,7 dan 11 kondisi melebihi dari standart yang ditetapkan oleh WHO. Kadar kandungan terlarut melebihi 50gr pada sumur 1,2,6,8, dan sebelas. Kemampuan hantar listrik pada keseluruhan sumur berada di pada angka 155-346 dibawah standart penetapan WHO yakni 400. Keseluruhan sumur mengandung bakteri penyakit, hal ini dikarenakan posisi sumur berada dekat dengan septic tank, kedekatan antara sumur dengan septic tank dikarenakan buruknya penataan ruang kota.

Sebagai tingkat lanjut penelitian, disarankan pada kontruksi sumur dibuat penutup dari beton yang dimungkinkan pengaruh dari luar akan sulit untuk masuk dan mencemari sumur. Kontruksi beton juga dibuat hingga keseluruhan bagian sumur untuk menghindari pearuh yang berasal dari sumber pencemaran yang berasal dari aliran air dalam.














PENCEMARAN AIR TANAH AKIBAT PEMBUANGAN
LIMBAH DOMESTIK DI LINGKUNGAN KUMUH
STUDI KASUS BANJAR UBUNG SARI, KELURAHAN UBUNG
Oleh:
Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana
Latar Belakang
Di daerah Banjar Ubung Sari, pola penyebaran penduduknya tidak merata dan volume penduduk pendatangnya cukup besar. Hal ini mengakibatkan makin berkembangnya permukiman-permukiman yang kurang terencana dengan baik dan kurang terencana sehingga dapat mengakibatkan sistem pembuangan limbah rumah tangga seperti pembuangan limbah kamar mandi/wc dan dapur tidak terkoordinasi dengan baik. Limbah tersebut dapat berakibat pada pencemaran air tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya penyebaran beberapa penyakit menular. Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman tersebut sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air tanah pada daerah permukiman tersebut harus terjamin, agar dapat digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan baku mutu kualitas air.

Metode

Penelitian dilakukan dengan observasi dan studi literatur. Data primer berupa sampel air, kuisioner, uji laboratorium, dan observasi. Data sekunder, studi literatur di dapatkan dari data diantaranya adalah, data jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, monografi area, dan parameter kualitas air. Selanjutnya dilakukan analisis dari data lapangan dengan literatur.

Hasil

Hasil dari penelitian di dapatkan bahwa air sumur pada titik 1,4, dan 5 tercemar, sementara titik 2 dan 3 tidak mengalami pencemaran. Pada kasus ini sumur yang mengalami pencemaran memiliki bau yang tidak sedap, sementara sumur yang tidak tercemar tidak berbau. Adanya bakteri E. Coli dan Coliform juga menandakan bahwa suatu sumur mengalami pencemaran. Kadar amoniak juga dapat menjadi indikasi bahwa suatu sumur tercemar atau tidaknya. Sehingga untuk menghadapi permasalahan ini perlunya pembuatan atau perencanaan tata saluran yang sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Pemeliharaan terhadap saluran pembuangan lebih ditingkatkan guna menghindari terjadinya endapan, penyumbatan penyebaran penyakit, dan pencemaran ekosistem.




LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
ACARA IV
UJI KIMIA SAMPEL AIR
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Kualitas Air
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  8 Mei 2017
                        Asisten Praktikum         :  M. Arif


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan uji kimia pada sampel air.
2.Mahasiswa mampu melakukan analisa faktor pemengaruh pada kondisi air.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                              B.BAHAN
a.Gelas ukur                                                                                         a.Air sampel
b.Eleymier                                                                                            b.Etanol
c.Statif                                                                                                  c.Eta
d.Biuret                                                                                                d.Buffer pH
e.Lakmus                                                                                             e.Kertas saring
f.Oven
g.Timbangan digital
h.Corong

III.DASAR TEORI
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum.


Begitu pula dengan air bersih, air minum dan air hujan, tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda diantara ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga sumber dari air itu sendiri. Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990, yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang diperbolehkan.

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar internasional yang ditetapkan WHO. Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengolahan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau tidak keruh.
2. Tidak berwarna.
3. Rasanya tawar.
4. Tidak berbau.
5. Temperaturnya normal.
6. Tidak mengandung zat padatan



Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik.

Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.

IV.LANGKAH KERJA
1.Lakukan uji pH sampel air menggunakan kertas lakmus.
2.Lakukan uji suspensi pada sampel air 100ml.
3.Lakukan penyaringan air sampel 100ml pada kertas penyaring
4.Oven hasil saringan sampel selama 1jam.
5.Timbang hasil suspensi dengan mempertimbangkan berat kertas penyaring.
6.Ambil air sampel baru sebanyak 50ml.
7.Tambahkan pH buffer 10ml.
8.Masukkan campuran etanol 100ml dan 10ml Eta dalam biuret.
9.Teteskan hingga warna sampel air berubah.

V.HASIL PRAKTIKUM
No
Uji
Hasil
Keterangan
1
pH
7
Netral
2
Suspensi
0,1
Sedikit
3
Kesadahan
9ml
Rendah

VI.PEMBAHASAN
            Laporan kualitas air kali ini dilakukan suatu upaya analisa kondisi kimia dari sampel air yang telah diambil. Adapun uji yang dilakukan berupa uji kondisi pH air dengan kertas lakmus, suspensi dengan melakukan penyaringan guna mendapatkan material pada air, dan kesadahan.
            Uji pertama merupakan uji pH didapatkan hasil 7 yang menandakan kondisi air netral. Hal ini menunjukan bahwa kondisi sampel air yang dialami tidak pada kondisi basa atau asam, sehingga dalam parameter pH kondisi air yang diambil masih memiliki nilai guna untuk dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari hari. Namun dalam hal ini tentu tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi, seperti mencuci masih dapat terpenuhi, namun dalam penggunaan untuk dikonsumsi masih perlu dipertimbangkan atau juga bisa dilakukan suatu pengolahan yang lebih lanjut.
            Adapun suspensi atau material yang ada pada air ini tergolong sedikit, dengan hasil 0,1gram ada 100 ml air sampel. Dari hasil ini tentu bisa menggambarkan bahwa pada sampel air yang diambil tidak pada kondisi relatif tenang sehingga material mengendap dan tidak mempengaruhi tingkat kekeruhan air yang ada. Apabila pun banyak material yang ikut pada air dapat dilakukan suatu proses pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan ini dapat dilakukan dengan pengendapat untuk mengendapkan material yang terangkut pada air.
           
Uji terakhir adalah menguji kondisi kimia air berupa tingkat kesadahan. Tingkat kesadahan pada sampel air ini dihasilkan bahwa nilai kesadahan sampel air tergolong rendah. Kesadahan sendiri merupakan kemampuan air untuk bereaksi dengan suatu zat kimia lain, seperti sabun. Apabila tingkat kesadahan air tinggi, maka sabun akan sulit untuk berbusa. Adanya kondisi dari sampel air dengan kesadahan rendah sangat dimungkinkan air ini masih layak untuk mendukung kebutuhan hidup sehari hari. Selain itu pada kondisi air yang sedemikian rupa berarti pada air tidak banyak mengandung unsur unsur atau zat zat yang mempengaruhi kondisi air.
Sebagai analisa menyeluruh, kondisi air sampel masih layak untuk dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari hari. Namun jangan lupa untuk melakukan suatu pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan ini dilakukan guna untuk kembali menaikkan kondisi air menjadi lebih baik lagi dengan menghilangkan zat zat atau unsur unsur lain yang bisa mempengaruhi kondisi air dan menjadikan air kurang baik untuk dikonsumsi. Karena air memiliki standart baku mutu tersendiri hingga akhirnya dinyatakan layak konsumsi.

VII.KESIMPULAN
1.Uji kimia sangat diperlukan guna mengetahui kondisi air dan bagaimana penanganannya.
2.Pemanfaatan air harus memperhatikan kondisi atau kualitas air.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Anwar Hadi (2005), Prinsip pengelolaan pengambilan sample lingkungan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta