1. Klasifikasi
industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap
industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang
digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri
hasil kehutanan.
b. Industri
nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri
lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
c. Industri fasilitatif
atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual
jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi
industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya
kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri
anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri
kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya:
industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri
sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri
keramik.
d. Industri besar,
yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri
besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test).
Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri
pesawat terbang.
3. Klasifikasi
industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan
produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat
dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri
konveksi, industri makanan dan minuman.
b. Industri
sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri
pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c. Industri tertier,
yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan
berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat.
Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan
industri pariwisata.
4. Klasifikasi
industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan
bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri pertanian,
yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan
pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, industri gula, industri kopi,
industri teh, dan industri makanan.
Industri
pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil
pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan
bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.
Industri jasa, yaitu
industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan meringankan
beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri
perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan
hiburan.
5. Klasifikasi
industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan
suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri
berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah
yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri
berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri
yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di
Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang
(dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan
Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d. Industri
berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri
tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan.
e. Industri
yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri),
yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas.
Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan
pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri
elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
6. Klasifikasi
industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan
proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
b. Industri
hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri
otomotif, dan industri meubeler.
7. Klasifikasi
industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang
dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya.
Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
b. Industri ringan,
yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya:
industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.
8. Klasifikasi
industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan
modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh
dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri).
Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan
minuman.
b. Industri
dengan Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari
penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan
industri pertambangan.
c. Industri dengan
modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari
hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri
transportasi, dan industri kertas.
9. Klasifikasi
industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan
subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rakyat, yaitu
industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler,
industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
Industri negara, yaitu
industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah
BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri
pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.
10.
Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara
pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara
pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri
kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga,
produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala
lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.
b. Industri
menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar,
teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga
kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala
regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan
anak-anak.
c. Industri
besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi
canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan
terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.
Misalnya: industri
barang-barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan
industri persenjataan.
BAB
I
Pendahuluan
Latar
Belakang
Industri
telah mengalami perkembangan esat baik di kota besar ataupun kecil di seluruh
Nusantara. Perkembangan ini telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam sektor perekonomian yang mempengaruhi pendapatan Negara.
Di Indonesia telah memiliki bermacam
industri besar dan kecil. Industri ini mengalami perkembangan pesat setiap
tahunnya. Setelah kebijakan pemerintah tidak lagi mengandalkan ekspor migas,
industri manufaktur telah memainkan peranan penting di Indonesia. Sektor
ndustri manufaktur yang semakin berorientasi ekspor, telah menopag ekonomi
Indonesia.
Industri di Indonesia telah
memberikan kontribusi besar yang dampak positifnya bagi perekonomian Negara.
Kontribusi ekspor industri ini telah melampaui eskpor sektor pertanian dan
migas sejak awal 90an. Dapat dikatakan industri manufaktur telah menopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kota
Blitar merupakan sebuah Kota yang dikenal dengan Kota Patria. Sebutan ini tidak
terlepas dari sejarah Kota Blitar. Kota ini memiliki berbagai potensi yang
sangat mempengaruhi dalam perkembangannya, salah satu diantaranya adalah
potensi industri.
Dalam
upaya membangun iklim yang kondusif dan didukung oleh sistim perdagangan barang
dan jasa unggulan, pemerintah Blitar memilik sektor industri menjadi salah satu
primadona dalam mengembangkan ekonomi daerah. Banyak tempat industri yang ada
di Kota Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi dan diperkaya guna
meningkatkan produktifitas industri Kota Blitar.
Kota
Blitar diiringi juga oleh perkembangan yang pesat dalam perdagangan yang
mendongkrak jalannya industri yang ada. Di Kota Blitar sendiri, telah banyak
industri besar atau kecil yang baik. Namun bila diperhatikan lebih lanjut masih
banyak industri yang di dominasi oleh industri berskala kecil atau home
industri Apabila dilihat lebih lanjut dalam penyerapan tenaga kerja industri
kecilpun tidak dapat diabaikan peranannya.
Hasil
dari pengamatan profil dan data industri di Kota Blitar, terdapat industri
kecil yang banyak tersebar di 2 kecamatan. Dengan adanya industri ini dapat
diketahui bahwa salah satu pendapatan Negara yang besar adalah hasil dari peran
berjalannya sektor industri.
Berkaitan
dengan industri, Kota Blitar merupakan daerah yang dikenal karena hasil
kerajinan masyarakatnya. Salah satunya adalah Kelurahan Sentul, yang masyoritas
masyarakatnya berprofesi sebagai perngrajin bubut kayu di Kota Blitar. Sebagai
salah satu komoditi hasil dari industri, produk kerajinan sentul seperti papan
catur, kendang dan topeng telah banyak di pasarkan untuk masyarakat umum Kota
Blitar dan bahwan di ekspor.
Salah
satu kerajinan yang diunggulkan adalah kendang sntul, yang merupakan hasil asli
dari kerajinan masyarakat yang dibuat oleh masyarakat setempat. Kendang sentul
merupakan produk kerjaninan dengan bahan baku dasar kayu mahoni yang dibubut
menjadi bentuk kendang ala Afrika. Awalnya kerajinan ini hanya untuk memenuhi
permintaan pemerintah untuk memenuhi permintaan wisatawan yang ada. Banyaknya
pesanan dari wisatawan akan kendang sentul terus meningkat seiring waktu
berjalan.
Disamping
itu juga terdapat kekurangan diantaranya, industri masih merupakan home
industri, modal dan fasilitas kerja terbatas,lokasi kerajinan terpencar dan
lokasi pemasaran masih kurang maksimal.
1.2Rumusan
Masalah
1.Apa
yang menjadi sektor andalan industri Kota Blitar?
2.Bagaimana
perkembangan industri Kota Blitar?
3.Apa
yang menjadi potensi industri Kota Blitar lainnya?
1.3Tujuan
1.Mengetahui
sektor andalan industri Kota Blitar.
2.Mengetahui
perkembangan industri Kota Blitar.
3.Mengetahui
potensi industri yang ada di Kota Blitar.
BAB
II
ISI
Kota
Blitar banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau industri
dengan bahan baku kayu. Industri makanan
beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing dan pembuatan wajik
kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus bagi Kota Blitar
terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di petik sendiri dari
perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri menjadi keripik, sirup,
dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri makanan kedua adalah wajik
kletik, Industri makanan ini juga merupakan home industri dengan sistim padat
karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh khas yang wajib dibawa apabila
mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung ke Kota Blitar namun tidak
membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home industri wajik ini cukup dengan
dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup membutuhkan waktu 5 menit dengan
jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya. Industri makanan wajik ini masih dalam
satu kecamatan dengan wisata Makan Bung Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan
Wetan.
Industri lain berupa industri dengan
bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul.
Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa
satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe.
Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu
menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini
sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada
produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
Realitas yang terjadi di Kota
Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan
adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung
didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi,
dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan
penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang
perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios
baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini
dikarenakan masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang
dan pemerintah Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat
penghasilan mereka menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu
efektivitas yang lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat
ini telah banyak hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti
pembebasan biaya sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya
SMA kembali lagi diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta
kebijakan yang tepat telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak
begitu banyak polemik yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang
terus berkembang dari semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor
industri yang melakukan kegiatan berupa pengolahan akan bahan baku dasar kayu
sangat dominan. Dalam hal ini berupa pembuatan papan catur, topeng, kendang
jimbe dan aneka aksesoris lainnya. Suatu proses awal pemasaran disini dilakukan
pada sentra sentra atau kios yang keberadaannya berdekatan dengan lokasi
pariwisata, dikarenakan pada mulanya kerajinan ini hanya digunakan sebagai
pemenuhan untuk para wisatawan yang datang. Namun seiring berjalannya waktu
permintaan akan kerajinan ini terus meningkat sehingga masyarakat pun juga
meningkatkan upaya produktifitas mereka guna memenuhi permintaan yang ada di
pasar luar. Hasil yang di dapatkan berupa telah adanya upaya ekspor, terutama
kendang yang telah menyentuh pasar luar negeri bahkan lintas benua.
Dilihat dari perkembangan yang
sangat signifikan ini namun dalam kondisi realitasnya masih banyak ditemukan
kekurangan kekurangan yang sebenarrnya bisa ebih dimaksimalkan lagi adanya. Hal
ini seperti industri ini merupakan home industri padat karya yang dilakukan
oleh masyarakat setempat sendiri. Dikarenakan merupakan home industri padat
karya modal yang bisa digunakan pun terbatas. Selain itu karena ini merupakan
industri yang berasal dari masyarakat dan dilakukan oleh masyarakat setempat di
Kota Blitar, lokasi industri ini terpencar menyebar di dua kecamatan Kota
Blitar, yaitu Kecamatan Sanan Wetan dan Kepanjen Kidul. Kondisi tersebarnya
industri ini mengakibatkan sulitnya proses pengumpulan hasil barang industri
yang ada.
Potensi industri yang ada di Kota
Blitar tidak hanya berupa hasil kerajinan masyarakat dengan bahan baku dasar
berupa kayu, melainkan juga industri makanan. Terdapat dua industri makanan
yang cukup mengemuka. Pertama adalah industri wajik kletik dan yang kedua
adalah industri makanan dengan bahan dasar belimbing. Industri wajik kletik
berada di Kecamatan Sanan Wetan, industri ini mampu melakukan pengolahan dan
juga pemasaran secara mandiri. Namun pada industri makanan wajik kletik ini
hanya proses dan kegiatan pemasaran yang terlihat.
Industri makanan yang kedua adalah
industri makanan dengan bahan baku dasar berupa buah belimbing. Buah belimbing
ini diolah menjadi aneka minuman sirup dan juga selai belimbing. Industri
makanan ini berada di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Hal yang sama terjadi
indsutri makanan ini merupakan industri padat karya yang dilakukan oleh
masyarakat setempat. Industri ini terdukung dengan tumbuh suburnya tanaman buah
belimbing di lokasi tersebut, sehingga dalam pemunuhan akan bahan baku tidak terjadi
masalah. Dalam pemrosesannya pun juga masih dilakukan secara manual oleh
masyarakat dalam artian masih menggunakan alat bantu seadanya. Modal pada sekor
industri ini juga terbilang terbatas karena awal mula dari industri ini berasal
di salah salh keuarga dalam satu rumah yang memiliki suatu inovasi baru dalam
pengolahan lebih lanjut buah belimbing.
Realitas ini tidak dapat dipungkiri
menjadikan industri menjadi tonggak perkembangan perekonomian masyarakat Kota
Blitar dan mampu menyumbangkan peran dalam pertumbuhan tingkat ekonomi
Nasional. Melihat dengan kondisi pesatnya perkembangan industri yang ada dan
dibandingkan dengan permintaan akan pasaran. Semua industri yang ada di Kota
Blitar saat ini masih belum mencapai tahap yang maksimal dan masih dimungkinkan
lagi dengan adanya suatu inovasi baru. Seperti halnya industri pembuatan
kendang, aksesoris maupun indusri makanan yang ada dikembangkan menjadi
pariwisata edukasi, dimana wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung
proses pengolahan yang dilakukan., yang sebelumnya merupakan bahan baku dasar
dengan nilai barang rendah menjadi barang baru dengan nilai yang lebih tinggi.
Adanya inovasi baru berupa mengembangkan industri ditambah wisata edukasi tentu
akan meghasilkan sesuatu yang lebih maksimal.
Pada hal ini tentu peranan dari
pemerintah Kota Blitar sangat diperlukan, adanya kontribusi pemerintah yang
mampu memberikan modal lebih, dan penataan akan sistim industri yang ada tentu
sangat diperlukan oleh masyarakat guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal
terlebih lagi telah tercipta kondisi Kota Blitar yang masih memegang erat akan
kearifan lokal, ditunjukkan dengan pembangunan pasar pasar tradisional dengan
skala besar yang diprioritaskan untuk masyarakat. Adanya larangan dalam
pembangunan gedung gedung besar untuk mall tentu bisa menjaga kestabilan
industri yang ada di Kota Blitar. Kesinergian dan keselarasan antara masyarakat
dengan pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini sehingga Kota Blitar menjadi
suatu Kota yang bisa memanfaatkan secara penuh segala SDM dan SDA yang ada guna
perkembangan Kota Blitar sendiri.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber
daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber
daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.
3.Keselarasan
antara masyarakat dengan pemerintah sangat dibutuhkan.
3.2Saran
1.Perlu
dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.
2.Pemanfaatan
SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang
maksimal.
3.Perlu
adanya suatu wadah dalam menampung inovasi elemen masyarakat Kota Blitar dalam
mengembangan industri Kota Blitar.