Thursday, 4 May 2017

GEO INDUSTRI SMT 4

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.
4. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.
Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.
Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.

5. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.

8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.
b. Industri dengan Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.
c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.

9. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.

10. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.
b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.

Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.


BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Industri telah mengalami perkembangan esat baik di kota besar ataupun kecil di seluruh Nusantara. Perkembangan ini telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam sektor perekonomian yang mempengaruhi pendapatan Negara.
            Di Indonesia telah memiliki bermacam industri besar dan kecil. Industri ini mengalami perkembangan pesat setiap tahunnya. Setelah kebijakan pemerintah tidak lagi mengandalkan ekspor migas, industri manufaktur telah memainkan peranan penting di Indonesia. Sektor ndustri manufaktur yang semakin berorientasi ekspor, telah menopag ekonomi Indonesia.
            Industri di Indonesia telah memberikan kontribusi besar yang dampak positifnya bagi perekonomian Negara. Kontribusi ekspor industri ini telah melampaui eskpor sektor pertanian dan migas sejak awal 90an. Dapat dikatakan industri manufaktur telah menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kota Blitar merupakan sebuah Kota yang dikenal dengan Kota Patria. Sebutan ini tidak terlepas dari sejarah Kota Blitar. Kota ini memiliki berbagai potensi yang sangat mempengaruhi dalam perkembangannya, salah satu diantaranya adalah potensi industri.
Dalam upaya membangun iklim yang kondusif dan didukung oleh sistim perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Blitar memilik sektor industri menjadi salah satu primadona dalam mengembangkan ekonomi daerah. Banyak tempat industri yang ada di Kota Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi dan diperkaya guna meningkatkan produktifitas industri Kota Blitar.


Kota Blitar diiringi juga oleh perkembangan yang pesat dalam perdagangan yang mendongkrak jalannya industri yang ada. Di Kota Blitar sendiri, telah banyak industri besar atau kecil yang baik. Namun bila diperhatikan lebih lanjut masih banyak industri yang di dominasi oleh industri berskala kecil atau home industri Apabila dilihat lebih lanjut dalam penyerapan tenaga kerja industri kecilpun tidak dapat diabaikan peranannya.
Hasil dari pengamatan profil dan data industri di Kota Blitar, terdapat industri kecil yang banyak tersebar di 2 kecamatan. Dengan adanya industri ini dapat diketahui bahwa salah satu pendapatan Negara yang besar adalah hasil dari peran berjalannya sektor industri.
Berkaitan dengan industri, Kota Blitar merupakan daerah yang dikenal karena hasil kerajinan masyarakatnya. Salah satunya adalah Kelurahan Sentul, yang masyoritas masyarakatnya berprofesi sebagai perngrajin bubut kayu di Kota Blitar. Sebagai salah satu komoditi hasil dari industri, produk kerajinan sentul seperti papan catur, kendang dan topeng telah banyak di pasarkan untuk masyarakat umum Kota Blitar dan bahwan di ekspor.
Salah satu kerajinan yang diunggulkan adalah kendang sntul, yang merupakan hasil asli dari kerajinan masyarakat yang dibuat oleh masyarakat setempat. Kendang sentul merupakan produk kerjaninan dengan bahan baku dasar kayu mahoni yang dibubut menjadi bentuk kendang ala Afrika. Awalnya kerajinan ini hanya untuk memenuhi permintaan pemerintah untuk memenuhi permintaan wisatawan yang ada. Banyaknya pesanan dari wisatawan akan kendang sentul terus meningkat seiring waktu berjalan.
Disamping itu juga terdapat kekurangan diantaranya, industri masih merupakan home industri, modal dan fasilitas kerja terbatas,lokasi kerajinan terpencar dan lokasi pemasaran masih kurang maksimal.


1.2Rumusan Masalah
1.Apa yang menjadi sektor andalan industri Kota Blitar?
2.Bagaimana perkembangan industri Kota Blitar?
3.Apa yang menjadi potensi industri Kota Blitar lainnya?

1.3Tujuan
1.Mengetahui sektor andalan industri Kota Blitar.                    
2.Mengetahui perkembangan industri Kota Blitar.
3.Mengetahui potensi industri yang ada di Kota Blitar.












BAB II
ISI
Kota Blitar banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau industri dengan bahan baku kayu.  Industri makanan beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing dan pembuatan wajik kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus bagi Kota Blitar terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di petik sendiri dari perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri menjadi keripik, sirup, dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri makanan kedua adalah wajik kletik, Industri makanan ini juga merupakan home industri dengan sistim padat karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh khas yang wajib dibawa apabila mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung ke Kota Blitar namun tidak membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home industri wajik ini cukup dengan dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup membutuhkan waktu 5 menit dengan jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya. Industri makanan wajik ini masih dalam satu kecamatan dengan wisata Makan Bung Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan Wetan.
            Industri lain berupa industri dengan bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul. Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe. Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
            Realitas yang terjadi di Kota Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi, dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini dikarenakan masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang dan pemerintah Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat penghasilan mereka menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu efektivitas yang lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat ini telah banyak hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti pembebasan biaya sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya SMA kembali lagi diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta kebijakan yang tepat telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak begitu banyak polemik yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang terus berkembang dari semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.
            Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri yang melakukan kegiatan berupa pengolahan akan bahan baku dasar kayu sangat dominan. Dalam hal ini berupa pembuatan papan catur, topeng, kendang jimbe dan aneka aksesoris lainnya. Suatu proses awal pemasaran disini dilakukan pada sentra sentra atau kios yang keberadaannya berdekatan dengan lokasi pariwisata, dikarenakan pada mulanya kerajinan ini hanya digunakan sebagai pemenuhan untuk para wisatawan yang datang. Namun seiring berjalannya waktu permintaan akan kerajinan ini terus meningkat sehingga masyarakat pun juga meningkatkan upaya produktifitas mereka guna memenuhi permintaan yang ada di pasar luar. Hasil yang di dapatkan berupa telah adanya upaya ekspor, terutama kendang yang telah menyentuh pasar luar negeri bahkan lintas benua.
            Dilihat dari perkembangan yang sangat signifikan ini namun dalam kondisi realitasnya masih banyak ditemukan kekurangan kekurangan yang sebenarrnya bisa ebih dimaksimalkan lagi adanya. Hal ini seperti industri ini merupakan home industri padat karya yang dilakukan oleh masyarakat setempat sendiri. Dikarenakan merupakan home industri padat karya modal yang bisa digunakan pun terbatas. Selain itu karena ini merupakan industri yang berasal dari masyarakat dan dilakukan oleh masyarakat setempat di Kota Blitar, lokasi industri ini terpencar menyebar di dua kecamatan Kota Blitar, yaitu Kecamatan Sanan Wetan dan Kepanjen Kidul. Kondisi tersebarnya industri ini mengakibatkan sulitnya proses pengumpulan hasil barang industri yang ada.
            Potensi industri yang ada di Kota Blitar tidak hanya berupa hasil kerajinan masyarakat dengan bahan baku dasar berupa kayu, melainkan juga industri makanan. Terdapat dua industri makanan yang cukup mengemuka. Pertama adalah industri wajik kletik dan yang kedua adalah industri makanan dengan bahan dasar belimbing. Industri wajik kletik berada di Kecamatan Sanan Wetan, industri ini mampu melakukan pengolahan dan juga pemasaran secara mandiri. Namun pada industri makanan wajik kletik ini hanya proses dan kegiatan pemasaran yang terlihat.
            Industri makanan yang kedua adalah industri makanan dengan bahan baku dasar berupa buah belimbing. Buah belimbing ini diolah menjadi aneka minuman sirup dan juga selai belimbing. Industri makanan ini berada di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Hal yang sama terjadi indsutri makanan ini merupakan industri padat karya yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Industri ini terdukung dengan tumbuh suburnya tanaman buah belimbing di lokasi tersebut, sehingga dalam pemunuhan akan bahan baku tidak terjadi masalah. Dalam pemrosesannya pun juga masih dilakukan secara manual oleh masyarakat dalam artian masih menggunakan alat bantu seadanya. Modal pada sekor industri ini juga terbilang terbatas karena awal mula dari industri ini berasal di salah salh keuarga dalam satu rumah yang memiliki suatu inovasi baru dalam pengolahan lebih lanjut buah belimbing.
            Realitas ini tidak dapat dipungkiri menjadikan industri menjadi tonggak perkembangan perekonomian masyarakat Kota Blitar dan mampu menyumbangkan peran dalam pertumbuhan tingkat ekonomi Nasional. Melihat dengan kondisi pesatnya perkembangan industri yang ada dan dibandingkan dengan permintaan akan pasaran. Semua industri yang ada di Kota Blitar saat ini masih belum mencapai tahap yang maksimal dan masih dimungkinkan lagi dengan adanya suatu inovasi baru. Seperti halnya industri pembuatan kendang, aksesoris maupun indusri makanan yang ada dikembangkan menjadi pariwisata edukasi, dimana wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung proses pengolahan yang dilakukan., yang sebelumnya merupakan bahan baku dasar dengan nilai barang rendah menjadi barang baru dengan nilai yang lebih tinggi. Adanya inovasi baru berupa mengembangkan industri ditambah wisata edukasi tentu akan meghasilkan sesuatu yang lebih maksimal.
            Pada hal ini tentu peranan dari pemerintah Kota Blitar sangat diperlukan, adanya kontribusi pemerintah yang mampu memberikan modal lebih, dan penataan akan sistim industri yang ada tentu sangat diperlukan oleh masyarakat guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal terlebih lagi telah tercipta kondisi Kota Blitar yang masih memegang erat akan kearifan lokal, ditunjukkan dengan pembangunan pasar pasar tradisional dengan skala besar yang diprioritaskan untuk masyarakat. Adanya larangan dalam pembangunan gedung gedung besar untuk mall tentu bisa menjaga kestabilan industri yang ada di Kota Blitar. Kesinergian dan keselarasan antara masyarakat dengan pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini sehingga Kota Blitar menjadi suatu Kota yang bisa memanfaatkan secara penuh segala SDM dan SDA yang ada guna perkembangan Kota Blitar sendiri.











BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.
3.Keselarasan antara masyarakat dengan pemerintah sangat dibutuhkan.

3.2Saran
1.Perlu dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.
2.Pemanfaatan SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang maksimal.
3.Perlu adanya suatu wadah dalam menampung inovasi elemen masyarakat Kota Blitar dalam mengembangan industri Kota Blitar.

No comments:

Post a Comment