ACARA
4
Instalasi
dan Pengenalan Software Pengolah Citra Digital ENVI 4.5
I.
TUJUAN
-
Mahasiswa mampu melakukan instalasi
software ENVI 4.5
-
Mahasiswa memahami dan
mampu menjelaskan tools-tools yang terdapat pada software ENVI 4.5
II.
ALAT
& BAHAN
a. Software
ENVI 4.5
b. Notebook/Komputer
III.
DASAR
TEORI
ENVI
(The Environment For Visualizing Images) merupakan suatu sistem pengolahan
citra digital penginderaan jauh yang revolusioner dibuat oleh Research System,
Inc (RSI). Kegunaan lain ENVI dirancang
untuk berbagai kebutuhan spesifik yang menggunakan data penginderaan jauh dari
satelit dan pesawat terbang. ENVI menyediakan data visualisasi yang menyuluruh
dan analisa untuk citra dalam berbagai ukuran dan tipe, semuanya dalam suatu
lingkungan yang mudah dioperasikan dan inovatif untuk digunakan.
ENVI
Pengolah Data Penginderaan JauhENVI menggunakan a Graphical User Interface
(GUI). Format data raster dan Ascii (text) sebagai header file. Data raster
disimpan sebagai ‘binary stream of bytes’ berupa format Band Sequential (BSQ),
Band Interleaved by Pixel (BIP) dan Band Interleaved by Line (BIL). ENVI juga
mendukung berbagai tipe format lainnya seperti : byte, interger, long interger,
floating-point, double-precision, complex,dan double-precision complex. (Abu
Bakar, 2011)
Beberapa
keuntungan dari penggunaan ENVI
Satu
dari kekuatan ENVI adalah pendekataan yang unik dalam pengolahan citra, mengkombinasikan teknik file-based dan band-based dengan
fungsi yang interaktif. Ketika file data input dibuka, band (saluran) dari citra
disimpan dalam sebuah daftar, dimana
semua saluran bisa diakses oleh semua fungsi system. Jika multiple files dibuka, saluran dalam tipe data yang
terpisah dapat diproses sebagai sebuah grup. ENVI menampilkan
saluran tersebut dalam 8 atau 24 bit. Grup tampilan ENVI terdiri dari Image
window, Zoom window, dan Scroll window,
semuanya bisa diubah ukurannya. ENVI menyediakan penggunanya dengan
banyak kemampuan analisis yang
interaktif dan unik, diakses dalam window tersebut. Kemampuan multiple
dynamic overlay ENVI, memberikan kemudahan membandingkan citra
dalam multiple displays.
Ekstraksi real-time dan spatial/spectral
profiling dari multiband dan data hyperspectral memberikan
pengguna cara baru dalam melihat data dengan dimensi tinggi. ENVI juga menyediakan tools interaktif untuk melihat dan
menganalisis data vektor dan atribut Sistem Informasi Geografis (SIG). Kemampuan standar seperti perentangan
kontras dan scatter plots dua dimensi adalah
beberapa dari fungsi interaktif yang tersedia untuk pengguna ENVI.
(Anonim,2016)
Tabel 3.1Spesifikasi ENVI
No
|
Spesifikasi
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Nama Software
|
ENVI
(The Enviroment for Visualizing Images)
|
Merupakansalahsatu software pengolahancitra digital yang dibuatoleh
RSI
|
2
|
Versi/Release
|
5.1
|
Versi yang terbaruadalahversi 5.1
|
3
|
Diluncurkantahun
|
2005
|
Tahun diluncurkannya software ENVI Versi 4.0.2
|
4
|
Vendor/Pembuat
|
Research System, Inc(RSI)
|
Perusahaan pembuat software Image
Processing berasal dari Amerika
Serikat.
|
5
|
Minimum Hardware
- Processor
- RAM
- VGA
Card
- Free
space
|
Pentium x86
64 MB
32 bit
400
MB harddisk
|
Software inimenggunakanspesifikasi hardware yang
cukupbesarkarena data yang dapatdiolahmerupakan data yang kompleksbaik data
raster maupun vector. Semakin tinggi kapasitas hardware yang ada maka akan
lebih mempercepat dalam proses pada saat analisis.
|
6
|
Operating System
|
Windows 98, NT 4.0, 2000, XP, Linux
|
Software inidapatberoperasi di berbagaimacamsistem windows
minimal windows 98.
|
7
|
Kategori Software
|
GIS
- Viewer
IP
- Profesional
|
Software GIS ini termasuk viewer karena kurang memiliki
fasilitas lengkap dalam pengolahan data SIG..
Image processing software ini termasuk profesional
dengan fasilitas pengolahan data digital yang lengkap.
|
8
|
Struktur Data/File
|
Raster danvektor
|
Mampumenampilkan data baikdari format raster maupunvektor.
Sangatbanyakmendukung format data raster seperti *.tiff dll. Format data
vektor yang didukungantara lain format data ArcView yaitu *.shp.
|
9
|
Format Data/File
|
*.evf
*.hdr
|
*.evf merupakan format data vektor asli yang ada pada
ENVI.
*.hdr (header) merupakan jenis
format data untuk membuka data raster.
|
10
|
Fasilitaspada Software Inti (core)
· Input
+ editing
· Processing
· Output
(layout)
|
Citra dengan format data baik raster maupun vektor
Koreksi geometrik dan radiometrik, transformasi,
pemfilteran, perhitungan statistik, klasifikasi supervised dan unsupervised
Print, export file, layout
|
Input data yang ada yaitu dapat menggunakan citra baik
berupa data raster maupun data vektor.
Proses dalam ENVI menggunakan formula-formula tertentu
sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.
Output dapat berupa print citra, layout dan eksport
file.
|
11
|
Fasilitas paket program yang terintegrasi dengan
software inti
|
IDL 6.2
|
Merupakan bahasa pemrograman yang
digunakan untuk membuat suatu project pada ENVI.
|
12
|
Format I/O data
|
¨ Input :
Data raster baik format data aslidarisatelit, software IP,
software GIS serta software grafislainnya. Data vektor dapat berupa *.evf,
*.shp, *.mif, *.dgn, *.dxf, *e00, *.ddf dan *dlg.
¨ Output:
*.ENVI standar
*.ENVI meta
*.ERDAS IMAGINE
*.PCI
*.ArcView raster
*.ASCII
*.ER Mapper
*.JPEG2000
*.NITF
*.TIFF/GeoTIFF
*.ESRI GRID
|
Format input data yang mendukung software ENVI sangat
banyak berupa format raster dan format vektor.
Format output data didukung beberapa software IP maupun
GIS lainnya seperti ERDAS, PCI, ArcView, dan ER Mapper.
|
13
|
Fasilitaskhusus/fasilitaslainnya
|
Radar tools
Analisishiperspektral
|
Tools standard dan advanced untuk analisa deteksi citra
radar
Analisis dengan meng gunakan beberapa bahkan puluhan
saluran.
|
IV.
LANGKAH KERJA
ProsedurInstalasi
Software ENVI 4.5
a. Dobel
klik setup Envi45

b. Setelah
kotak dialog ENVI 4.5-Installl Shield Wizard muncul, kliktombol Next

c. Pada
jendela License Agreement, klik Yes.

d. Selanjutnya,
pilih direktori penyimpanan software pada kolom Destination Folder dengan
menekan tombol Browse… Jika sudah klik tombol Next

e. Pada
bagian Select Features centang semua pilihan, kemudian klik Next

f.
Di bagian File Type
Association langsung klik Next

g. Pada
jendela Start Copying Files langsung klik Next

h. Tunggu
hingga proses instalasi selesai

i.
Ketika muncul pilihan
untuk proses lisensi, klik No


j.
Klik Finish untuk
menyelesaikan proses instalasi.

k. Selanjutnya
copy file “license.dat” kedirektori ITT > License pada drive C

l.
Jika sudah buka
software ENVI 4.5

m. Identifikasi
dan jelaskan fungsi beberapa tools yang terdapat pada software ENVI 4.5
V.
Hasil
Praktikum
a. Identifikasi
menu pada ENVI 4.5
No.
|
Menu
|
Fungsi
|
Tools
|
Keterangan
|
1
|
Basic Tools
|
Untuk mengakses berbagai fitur dasar ENVI
|
Layer Stacking
|
Untuk menggabungkan citra
menjadi satu file utuh.
|
Stretch Data
|
Untuk menarik/mengembangkan ukuran
data.
|
|||
Rotate/Flip Data
|
Untuk memutar atau membalik posisi
citra.
|
|||
Convert Data
|
Untuk mengubah ekstensi file menjadi
.BSQ, .BIL, .BIP
|
|||
Resize Data (Spatial/Spectral)
|
Untuk mengubah ukuran data dalam bentuk
spectral ataupun dalam bentuk spasial.
|
|||
2
|
Classification
|
Untuk
mengakses fungsi klasifikasi ENVI
|
Supervised
|
|
Unsupervised
|
||||
Decision Tree
|
||||
Endember Collection
|
||||
Create Class Image from ROIs
|
||||
3
|
Transform
|
Untuk
mengakses fungsi transformasi (perubahan bentuk)
|
Image Sharpening
|
Untuk mempertajam gambar pada citra.
|
Band Ratios
|
||||
Color Transform
|
Untuk merubah warna citra berdasarkan
band yang tersedia.
|
|||
Principal Components
|
||||
Photographic Stretch
|
||||
4
|
Spectral
|
Untuk
mengakses tool khusus untuk meneliti citra multispectral dan hyperspectral
dan tipe data spektral lain
|
SPEAR Tools
|
|
Spectral Libraries
|
||||
Spectral Slices
|
||||
Vegetation Analysis
|
||||
Mapping Methods
|
b.
Kelebihan dan
kekurangan ENVI 4.5
1.
Kelebihan :
-
Apiksi ini dapat
dijalankan di berbagai sistem windows (minimum windows 98).
-
Sistem pengelola
datanya termasuk engkap.
-
Mampu menampilkan
data dariformat raster mauun vector.
-
Proses pengolahan
ENVI menggunakan formula-formula tertentu sehingga menghasilkan data yang
akurat.
-
Memiliki kemampan
analisis hperspektral denga menggunakan banyak saluran.
2. Kekurangan :
-
Software ini menggunakan spesifikasi hardwareyang cukup besar karena data yang
dapat diola merupakan data yang kompleks, baik data raster maupun vector.
VI.
Pembahasan
Dalam praktkum kali ini yaitu pengenalan aplikai ENVI
4.5. Dar praktikum kali ini didapati beberapa menu
yang terdapat dalam aplikasi ENVI 4.5 yaitu
:
a. Basic
Tool : Tool ini berfungsi sebagai
menu dasar software ENVI 4.5, yang berisi menu-menu untuk mengedit data citra
seperti memperbesar, merubah ekstensi, merubah ukuran, hingga penggabungan
citra (layering).
b. Clasification : Berfungsi sebagai menu pengelompokan
data citra seperti membuat percabangan, pengelompokan berdasarkan class, dan juga mengumpulkan data
menjadi suatu klasifikasi tertentu.
c. Transform
: Merupakan menu untuk mengubah
bentuk (transformation) suatu citra
menjadi citra dengan rona, warna, tekstur, ketajaman yang berbeda dengan citra
aslinya.
d. Spectral
: Digunakan untuk mengakses
file citra dengan spectral yang lebih dari satu (multispectral).
VII.
Kesimpulan
a. Dalam instalasi ENVI 4.5
dilakukan dengan cara mengeklik
pada installer
ENVI
à
klik next à klik yes à
klik next à tentukan direktori penyimpanan
file à klik finish à
copy license.dat pada direktori
lisensi untuk melisensi software tersebut.
b. ENVI
4.5 memiliki tool-too yang berfungsi untuk
memudahkan dalam menginterpretasi citra
VIII.
Daftar
Pustaka
Bakar
Abu, 2011, Envi Pengolah Data
Penginderaan Jauh, diakses dari : http://www.citrasatelit.com/envi-pengolah-data-penginderaan-jauh/
LAPORAN PRAKIKUM
PENGINDERAAN JAUH
ACARA V
KOMPOSIT CITRA LANDSAT 7 ETM+
Dosen Pengampu :
Purwanto, S.Pd, M.Si

Oleh:
Nama mahasiswa :
Agustinus
Slamet Subekti
NIM :150722605704
Tanggal : 29
Februari 2016
Asisten : Muhamad Nurdiansa
Fatma Roisatin Nadhiroh
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
PROGRAM
STUDI GEOGRAFI
FEBRUARI 2016
ACARA V
Komposit
Citra Landsat 7 ETM+
I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan komposit citra Landsat 7
ETM+ mengunakan software ENVI 4.5
2.Mahasiswa melakukan komposit citra Landsat 7 ETM+ dan
membandingkan 3 komposit citra untuk menentukan tingkat kemudahan dentifikasi
objek berdasarkan komposit 321, 432 dan 456
II.ALAT dan BAHA
A.ALAT B.BAHAN
a.Laptop a.Citra
Landsat 7 ETM+
b.Software
Envi 4.5
III.DASAR TEORI
Komposit Citra
Komposit citra adalah citra baru
hasil dari penggabungan 3 saluran yang mampu
menampilkan keunggulan dari saluran-saluran
penyusunnya (Sigit,2011). Digunakan komposit citra ini dikarenakan oleh
keterbatasan mata yang kurang mampu dalam membedakan gradasi warna dan lebih
mudah memahami dengan pemberian warna.
Pada citra multispektral yang
terdiri dari banyak saluran, apabila hanya menampilkan satu saluran saja maka
citra yang dihasilkan merupakan gradasi rona. Dan mata manusia hanya bisa
membedakan objek yang menonjol pada suatu saluran, objek yg lain maka kita
sulit untuk mengidentifikasinya. Oleh sebab itu pada citra komposit ini,
hasilnya kita akan lebih mudah mengidentifikasi suatu objek pada citra.
Dasar dari pembuatan komposit citra adalah berdasarkan
:
1.
Tujuan penelitian, yaitu
keunggulan di setiap saluran. Contoh, apabila dalam penelitian, kita lebih
fokus pada objek air, maka saluran yang kita gunakan adalah band 1, band 2 dan
band 3. Selain dari band tersebut air memiliki nilai 0 dalam pemantulannya.
Jadi komposit citra yang bisa dibuat adalah citra komposit 123, sehingga air
akan berwarna merah.
2.
OIF (Optimum Index Factor), yaitu
kemampuan citra untuk menampilkan suatu objek. OIF semakin tinggi maka semakin
banyak objek berbeda yang dapat ditampilkan pada citra komposit tersebut. OIF
ini digunakan apabila kita ingin menonjolkan pengguanaan lahan dari suatu
daerah jika diidentifikasi dari citra.
Komposit citra dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a.
Komposit warna asli yaitu gabungan dari warna
merah-hijau-biru. Citra yang dapat menghasilkan komposit warna asli yaitu
Landsat, ALOS dll.
b.
Komposit warna tidak asli, terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Standar
yaitu gabungan dari infrared dekat-merah-hijau. Dianggap standar karena pada
awalnya penginderaan jauh lebih banyak digunakan dalam bidang kehutanan jadi
komposit warna ini dianggap standar karena citra kompositnya lebih menonjolakan
objek vegetasi
2.
Tidak standar yaitu dapat dilakukan penggabungan
dengan bebas.
IV.LANGKAH KERJA
Komposit
Citra
a). Buka software ENVI 4.5 dan tampilkan citra Landsat 7 ETM+ wilayah Semarang
dari menu File> Open Image File. Pada bagian Available Bands List pilih RGB
Color. Kemudian klik Band 4, 3, 2 dan Load
RGB. Maka akan muncul Display#1 yang
memuat tampilan false color wilayah Semarang.

b). Selanjutnya, amati kenampakan yang ada dan identifikasi perbedaan
kenampakan
untuk beberapa objek.
c). Buat display baru lagi, yakni komposit band 3, 2, 1 dengan mengklik
tombol Display
pada kotak dialog Available Band List > New Display. Klik File > Open
Image File dan pilih RGB Color dengan saluran 3, 2, 1. Klik Load RGB maka akan
muncul
tampilan citra true color.

d) Buat juga display dengan komposit 456 dengan prosedur seperti langkah C
Jika
sudah lakukan proses Link dengan
cara klik menu Tools > Link > link Dislays…

![]() |

e) Setelah semua display terhubung, lakukan identifikasi nilai piksel dari
ketiga
komposit band. Idenifikasi dilakukan dengan mencatat nilai piksel dengan
menggunakan Cursor Location/Value, Nilai piksel yang nampak pada citra memiliki
hubungan dengan saluran band citra.

f) Buat tabel hasil identifikasi nilai piksel komposit 432, 321 dan 456
dengan
menggunakan Microsoft Excel. Masukkan pula gambar objek yang
diidentifikasi, yaitu air, lahan terbuka, tutupan vegetasi rapat, tutupan
vegetasi sedang dan atap bangunan.

g) Untuk memudahkan identifikasi warna dan jenis warna objek yang
terekamoleh band pada komposit citra
yang dibuat, masuk ke situs www.colblindor.com/color‐name‐hue/. Plih menu color tools > color name
and hue. Masukkan nilai piksel dari objek yang diamati, dan input nama yang
tertera pada color name kedalam tabel identifikasi laporan.
V.HASIL PRAKTIKUM
OBYEK
|
PANTULAN PADA RGB DISPLAY
|
Warna Obyek
|
Pengenalan Obyek
|
Warna Citra
|
||
Red Gun
|
Green Gun
|
Blue Gun
|
||||
1 Air
321
|
67
|
145
|
216
|
Color Name : Summer Sky
Hue : Blue
|
Mudah
|
![]() |
432
|
13
|
67
|
145
|
Color Name : Dark Cerulean
Hue : Blue
|
Mudah
|
![]() |
456
|
13
|
9
|
20
|
Color Name : Blackcurrant
Hue : violet
|
Agak Mudah
|
![]() |
2 Lahan Terbuka
321
|
229
|
223
|
210
|
Color Name : Albescent White
Hue : Yellow
|
Mudah
|
![]() |
432
|
119
|
229
|
223
|
Color Name : Turquoise Blue
Hue : Blue
|
Mudah
|
![]() |
456
|
119
|
163
|
155
|
Color Name : Acapulo
Hue : Green
|
Agak Mudah
|
![]() |
3 Vegetasi Kerapatan Rendah
321
|
92
|
125
|
142
|
Color Name : Horizon
Hue : Blue
|
Mudah
|
![]() |
432
|
225
|
92
|
125
|
Color Name : Cranberry
Hue : Red
|
Mudah
|
![]() |
456
|
225
|
137
|
79
|
Color Name : Jaffa
Hue : Orange
|
Mudah
|
![]() |
4 Vegetasi Kerapatan Tinggi
321
|
75
|
105
|
115
|
Color Name : Bismark
Hue : Blue
|
Agak Mudah
|
![]() |
432
|
208
|
75
|
105
|
Color Name : Cabaret
Hue : Red
|
Mudah
|
![]() |
456
|
208
|
125
|
69
|
Color Name : Raw sienna
Hue : Brown
|
Agak Mudah
|
![]() |
5 Atap Bangunan
321
|
225
|
230
|
250
|
Color Name : Lavender
Hue : Violet
|
Mudah
|
![]() |
432
|
98
|
225
|
230
|
Color Name : Turquoise Blue
Hue : Blue
|
Agak Mudah
|
![]() |
456
|
98
|
120
|
221
|
Color Name : Royal Blue
Hue : Blue
|
Agak Mudah
|
![]() |
VI.PEMBAHASAN
321,432,456
Pada
praktikum kali ini praktikan melakukan komposit pada wilayah semarang yang
diperoleh data dari citra landsat 7 Etm+. Pada praktikum kali ini mengamati
daereh berair, lahan terbuka , vegetasi , dan atap bangunan.
Pertama
yaitu objek air, pada saluran 321,432, dan 456 air dapat ditemukan dengan
mudah. Hanya saja terdapat perbedaan tingkat kemampuan mendapatkan suatu data
yang lebih detail. Pada 456 air berwarna hitam (Blackcurrant) secara menyeluruh
sehingga tidak tampak batas batas dari air itu sendiri dan kedalaman dari air
tidak dapat diperkirakan karena tidak terlihat. Namun pada saluran 321(Summer
Sky Hue:Blue) air nampak berwarna biru dengan tingkat gradasi warna biru yang
bervariasi yang menandakan bahwa diwilayah air tersebut terdapat perbedaan
kedalaman pada laut. Sementara saluran 432 memiliki nama objek Dark Curelean
Hue:Blue.
Kedua
lahan terbuka, lahan terbuka pada saluran 321 memiliki nama Albescent White
Hue:Yellow, saluran 432 memiliki nama objek Turquoise Blue Hue:Blue, dan objek
lahan terbuka pada saluran 456 memiliki warna Acapulo Hue:Green. Dalam
pengamatan lahan terbuka dengan membandingkan ketiga saluran diatas lahan
terbuka dapat diamati lebih mudah pada saluran 321 . Dikarenakan ciri ciri
suatu lahan terbuka dapat diamati dengan jelas seperti tidak adanya vegetasi
penutup, maupun tidak adanya bangunan bangunan lain yang dapat ditentukan
apabila terdapat suatu warna yang mengindifikasikan bawha merupakan warna dari
atap bangunan.
Ketiga
adalah lahan dengan vegetasi dan tingkat vegetasinya. Lahan yang memiliki
vegetasi dapat terlihat dengan mudah karena memiliki warna objek hijau yang
jelas pada saluran 321. Namun data lahan dengan hanya berdasarkan wana objek
Horizon Hue:Blue saja tidaklah cukup. Diperlukan data lain yang dapat membantu
untuk melihat bagamaimana kondisi dari vegetasi pada lahan yang ada, dari lahan
yang memiliki kerapatan tinggi maupun lahan dengan kerapatan rendah. Diperlukan
suatu perbandingan antar saluran seperti pada sluran 432 objek dengan vegetasi
rendah berwarna Cranberry Hue:Red dan pada saluran 456 berwarna Jaffa
Hue:Orange. Suatu vegetasi dengan kerapan yang tinggi pada saluran 321 akan
berwarna Bismark Hue:Blue , pada saluran 432 berwarna Cabaret Hue:Red , dan
terakhir pada saluran 456 berwarna Raw Sienna Hue:Brown. Dari ketiga saluran
tadi untuk mendapatkan suatu hasil yang lebih detail dari pengamatan suatu vegetasi
dapat dengan mudah dilakukan menggunakan saluran 432 karena gradasi warna
disini sangat jelas bagaimana batas antara vegetasi, vegetasi yang memiliki
kerapatan tinggi akan memiliki warna objek yang sangat merah, dan lahan dengan
vegetasi rendah akan memiiki warna objek merah muda.
Keempat
atap bangunan dalam melihat citra satelit untuk melihat atap atap bangunan
dapat dilalui dengan mudah menggunakan saluran 321 , disini atap bangunan
memiliki warna objek yang sama atau pada umumnya merupakan warna warna atap
bangunan yang ada . Sehingga atap bangunan dapat lebih tampak dan mudah
ditentukan dengan menggunakan saluran 321. Atap bangunan pada saluran 321
memiliki warna Lavender Hue:Violet, pada saluran 432 memiliki warna Turquoise
Blue Hue:Blue, dan pada saluran ketiga yakni 456 atap rumah memiliki warna
Royal Blue Hue:Blue.
VII.KESIMPULAN
1.Komposit
citra dapat dilakukan dengan berbagai aplikasi pembantu salah satunya merupakan
aplikasi envi 4.5
2.Setiap
saluran pada citra memiiki keunggulan dan kekurangan masing masing dalam
kemampuannya untuk mengidentifikasi objek.
3.Setiap
saluran pada citra memiliki kekhususan dalam mengidentifikasi objek.
4.Kemudahan
dalam mengindentifikasi objek pada citra dapat dilakukan dengan membandingkan
saluran saluran yang ada. (321,432,dan 456)
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
-Purwanto.2016. Panduan Paktikum Penginderaan Jauh.Malang:(Tidak diterbitkan)
-www.colblindor.com/colour-name-hue/
Diakses pada Minggu 6 Maret 2016, pukul
20:03
-Rahman,Abdrur.2011.Modul Ajar Pengolahan Citra Digital dan
Aplikasinya Bekerja Dengan Envi 4.5. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Perikanan. Banjar Baru
LAPORAN
RAKTIKUM
PENGINDERAAN
JAUH
ACARA
VI
KOREKSI
RADIOMETRIK CITRA LANDSAT 7 ETM+
Dosen
Pengampu: Purwanto, S.Pd, M.Si
Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet Subekti
NIM : 150722605704
Offering : G
Hari,Tanggal : Senin, 7 Maret 2016
Asisten : Muhammad Nurdiansa
Fatma Rosiatin Nadhiroh
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Geografi
Program Studi S1
Geografi
2016
I.TUJUAN
-
Mahasiswa melakukan koreksi Radiometrik citra Landsat
7 ETM+ dengan mengidentifikasi nilai minimum dan nilai maksimum piksel citra
II.ALAT dan
BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah
a. Notebook
b. Citra
Landsat 7 ETM+
c. Software
ENVI 4.5
III.DASAR
TEORI
Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik merupakan suatu operasi
pengkondisian supaya citra yang digunakan benar-benar memberikan informasi yang
akurat. Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki kualitas visual citra
dan sekaligus memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai
pantulan atau pancaran spektral objek yang sebenarnya. Pada koreksi ini
diasumsikan bahwa nilai piksel terendah pada suatu liputan seharusnya nol,
sesuai dengan bit coding sensor. Apabila nilai terndah piksel tersebut bukan
nol, maka nilai penambah tersebut dipandang sebagai hamburan atmosfer. Untuk
mengetahui nilai piksel tersebut dapat dicek melalui statistik citra.
Koreksi radiometrik dilakukan dengan cara melakukan pengurangan nilai bias
IV.LANGKAH KERJA
Identifikasi nilai minimum dan maksimum band/saluran
a) Buka Citra Landsat 7ETM+ menggunakan software ENVI
4.5, klik menu File > Open Image File >
pilih citra yang akan di identifikasi
b) Kalkulasikan nilai statistik citra dengan menggunakan
menu bar Basic Tools > Statistic > Compute Statistik
c) Setelah itu, atur kondisi luaran dengan mengikuti
langkah sebagai berikut :
¾
Stats Subset : Full
Scene
¾
Spectral Subset : 6/6 Bands
Kemudian
klik tombol OK
d) Setelah itu tekan check list Text Report, Min/Max/Mean
Plot, Calculate Histogram Statistic, Histogram Plots dan Histogram plots per
window = 1.
e) Kemudian klik tombol Choose untuk melakukan
penyimpanan file stastistik
f) Aktifkan Report for Screen and File, kemudian pilih
lokasi penyimpanan data dengan menekan tombol Choose dan beri nama, contohnya :
smg_minmax.txt
g) Kemudian klik tombol OK maka hasil statistic citra
akan muncul sebagaimana histogramnya dan nilai minimum-maksimum PV.
h) Identifikasi nilai minimum dan maksimum tiap
band/saluran citra.
i) Simpan terlebih
dahulu histogram band/saluran yang belum terkoreksi dengan cara printscreen.
Proses Koreksi Radiometrik
a) Klik menu Basic Tools > Band Math, kemudian akan
muncul kotak dialog Band Math
b) Pada kolom Enter an expression, ketik bias (contoh,
b1-62, b1 merupakan band 1 sedangkan 62 merupakan nilai minimum), kemudian klik
Add to List > klik OK. Selanjutnya akan muncul kotak dialog Variables to Bands Pairing.
c) Masukkan band/saluran yang dikoreksi (ex.band1),
kemudian tentukan tempat penyimpanan dan beri nama, misalnya smg_rx (r adalah
radiometric dan x adalah nomor band/saluran).
d) Lakukan prosedur yang sama terhadap band/saluran yang
lainnya. Meskipun terdapat saluran yang sudah memiliki nilai minimum 0, kita
masih dapat melakukan prosedur diatas untuk membuat file saluran tersendiri.
e) Kemudian cek nilai piksel dan evaluasi antara citra
seelum terkoreksi dengan sesudah dikoreksi radiometrik. Nilai piksel yang sudah
terkoreksi akan memiliki nilai minimum lebih rendah dibandingkan sebelum
terkoreksi (62 menjadi 0).
f) Kalkulasikan statistic citra terkoreksi dan tampilkan
histogramnya. Bandingkan histogram antara sebelum dikoreksi dengan sesudah
koreksi.
V.HASIL PRAKTIKUM
Nilai sebelum koreksi radiometri
Nilai sesudah koreksi radiometri
Nilai rerata :
Kurva nilai rataan koreksi
VI.PEMBAHASAN
Koreksi radiometri
ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya
yang biasanya mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber
kesalahan utama. Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan obyek dipermukaan
bumi yang terekam oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai aslinya, tetapi
menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil karena proses
serapan. Koreksi
radiometrik perlu dilakukan pada data citra dengan berbagai
alasan:
1. Stripping
atau banding seringkali terjadi pada data citra yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan detektor. Striping atau banding merupakan fenomena ketidak
konsistenan perekaman detektor untuk band dan areal perekaman yang sama.
2. Line
dropout kadang terjadi sebagai akibat dari detektor yang gagal berfungsi dengan
tiba-tiba. Jangka waktu kerusakan pada kasus ini biasanya bersifat sementara.
3. Efek
atmosferik merupakan fenomena yang disebabkan oleh debu, kabut, atau asap
seringkali menyebabkan efek bias dan pantul pada detektor, sehingga fenomena
yang berada di bawahnya tidak dapat terekam secara normal.
Dengan kata
lain, koreksi radiometrik dilakukan agar informasi yang terdapat dalam data
citra dapat dengan jelas dibaca dan diinterpretasikan. Kegiatan yang dilakukan
dapat berupa:
v Penggabungan
data (data fusion). Yaitu menggabungkan citra dari sumber yang berbeda pada
area yang sama untuk membantu di dalam interpretasi. Sebagai contoh adalah
menggabungkan data Landsat-TM dengan data SPOT.
v Colodraping.
Yaitu menempelkan satu jenis data citra di atas data yang lainya untuk membuat
suatu kombinasi tampilan sehingga memudahkan untuk menganalisa dua atau lebih
variabel. Sebagai contoh adalah citra vegetasi dari satelit ditempelkan di atas
citra foto udara pada area yang sama.
v Penajaman
kontras. Yaitu memperbaiki tampilan citra dengan memaksimumkan kontras antara
pencahayaan dan penggelapan atau menaikan dan merendahkan harga data suatu
citra.
v Filtering.
Yaitu memperbaiki tampilan citra dengan mentransformasikan nilai-nilai digital
citra, seperti mempertajam batas area yang mempunyai nilai digital yang sama
(enhance edge), menghaluskan citra dari noise (smooth noise), dan lainnya.
v Formula.
Yaitu membuat suatu operasi matematika dan memasukan nilai-nilai digital citra
pada operasi matematika tersebut, misalnya Principal Component Analysis (PCA).
Data nilai
yang belum melewati koreksi dan yang telah dikoreksi tentu memiliki tentu akan
mimiliki perbedaan, seperti adanya perubahan warna kontras di beberapa titik
pada objek. Tentunya dengan hal ini data yang telah melewati proses koreksi
radiometri akan lebih mudah pada saat interpretasi dibandingkan dengan data
yang belum melewati koreksi.
Pola
pantulan vegetasi dari beberapa band dengan panjang gelombang yang berbeda
banyak dikaji oleh para peniliti untuk mengetahui lebih banyak tentang
karakteristik vegetasi yang diturunkan dari citra penginderaan jauh. Hal
tersebut sering disebut sebagai indeks vegetasi yang menggambarkan kombinasi
beberapa band dalam remote sensing yang mempunyai hubungan yang akan
menghasilkan informasi baru.
VII.KESIMPULAN
1.
Dengan melakukan koreksi radiometrik kesalahan
kesalahan dalam perekaman yang diakibatkan oleh kondisi di atmosfer dapat
diperbaiki sehingga dapat menghasilkan dapat yang lebih baik.
VIII.DAFTAR RUJUKAN
Sukartono, Wahyu Supriatna. 2002.
Perbaikan Data Digital Citra Satelit: Buletin
Teknik Pertanian
Purwanto.2015.Panduan Praktikum
Penginderaan Jauh.Malang:Universitas Negeri Malang.
LAPORAN
RAKTIKUM
PENGINDERAAN
JAUH
ACARA
VII
KOREKSI GEOMETRI
Dosen
Pengampu: Purwanto, S.Pd, M.Si

Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet Subekti
NIM : 150722605704
Offering : G
Hari,Tanggal : Senin, 22 Maret 2016
Asisten : Muhammad Nurdiansa
Fatma Rosiatin Nadhiroh
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Geografi
Program Studi S1
Geografi
2016
ACARA VII
KOREKSI GEOMETRIK
I.TUJUAN
-
Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometrik
(image to image) pada citra satelit dengan menggunakan software ENVI 4.5
II. ALAT dan BAHAN
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
a.
Software ENVI 4.5
b.
Citra wilayah Klojen (sumber : Google Earth Pro)
c.
Citra Kampus UM terproyeksi (sumber : Bing)
III. DASAR TEORI
Data hasil rekaman
sensor pada satelit maupun pesawat terbang merupakan representasi dari bentuk
permukaan bumi yang tidak beraturan. Meskipun kelihatannya merupakan daerah
yang datar, tetapi area yang direkam sesungguhnya mengandung kesalahan
(distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh kelengkungan bumi dan atau oleh
sensor itu sendiri.
Rektifikasi adalah
suatu proses melakukan transformasi data dari satu sistem grid menggunakan
suatu transformasi geometric. Rektifikasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi
suatu citra dengan menggunakan formula atau perhitungan untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Rektifikasi citra terbagi atas 2 bagian, yaitu rektifikasi
radiometric dan rektifikasi geometric. Rektifikasi radiometric mengacu pada
tingkat kejelasan citra untuk dapat diinterpretasi dengan mengurangi haze dari
atmosfer. Sedangkan koreksi geometric, merupakan kegiatan meletakan posisi
citra di bumi dengan sistem proyeksi yang telah disepakati, misalnya: lambert,
coniqian, equal-distance, dan berbagai sistem proyeksi lainnya. Pada kegiatan
praktikum ini koreksi difokuskan pada koreksi geometric.
Koreksi geometric
merupakan koreksi citra yang mengacu pada posisi absolut di muka bumi dengan
sistem proyeksi tertentu. Untuk mendapatkan posisi absolut ini dapat mengacu
pada peta dasar yang telah memiliki koordinat. Citra satelit generasi sekarag,
umumnya telah dikoreksi dari vendornya, missal: Landsat 7 ETM+, IKONOS, Quick
Bird, SPOT, ALOS, ASTER dan berbagai jenis citra lainnya.
Tingkat ketelitian
dalam proses koreksi geometric banyak dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu
karakteristik citra, ketelitian dan ketapan dalam penggunaan GPS, pengalaman,
dan factor lainnya. Untuk menghasilkan tingkat ketelitian yang bagus maka perlu
memperhatikan persamaan transformasi yang digunakan untuk melakukan interpolasi
spasial dan banyaknya GCP (Ground Control
Points). Persamaan ini umumnya berupa persamaan polinomial baik orde 1,2
maupun 3.
Ordo I : disebut juga Affine transformation (diperlukan
minimal 3
GCP).
Ordo II : memerlukan minimal 6 GCP
Ordo III : memerlukan minimal 10 GCP
Tingkat ketelitian
koreksi geometric dapat diketahui dengan menghitung kesalahan (RMSE: root mean suared error) dari GCP
yang terpilih. Umumnya tidak boleh lebih besar dari 0,5 piksel.
IV. LANGKAH KERJA
1.
Siapkan data citra Klojen.ecw dan citra UM yang
berformat JPEG
2.
Buka
aplikasi ENVI 4.5 dan buat dua display
3.
Tampilkan
data citra Klojen.ecw yang sudah terkoreksi pada display#1, dan
data JPEG kampus UM pada display#2
4.
Pada
menu utama ENVI 4.5 pilih menu Map > Registration > Select
GCPs : Image to Image

5.
Selanjutnya
masuk pada kotak dialog “Image to Image Registration”.
Selanjutnya pada bagian base image pilih display#1, yakni citra yang sudah
terkoreksi dan display#2 JPEG UM yang akan dikoreksi.

6.
Selanjutnya
muncul kotak dialog “Ground Control Points Selection (GCP)”. Untuk menginput
titik GCP pada citra arahkan “box” pada display#1 dan display#2 pada objek
yang sama. Jika sudah sesuai klik tombol Add Point.

7.
Jumlah
GCP yang dimasukkan minimal 4 titik koordinat untuk mendapatkan nilai RMS-Error
(Root Means Square-Error). Lokasi
yang dimasukkan harus merata di 4 penjuru angin citra dari seluruh liputan. Hal
tersebut untuk memberikan efek perataan pada titik ikat citra. Besarnya nilai
RMS error yang diisyaratkan adalah mendekati 0 (nol), semakin rendah RMS Error
maka tingkat ketelitian akan semakin tinggi/baik. Demikian sebaliknya semakin
besar nilai RMS Error semakin jelek kualitas hasil koreksi geometrik

8.
Jika
sudah 5 titik nilai RMS Error akan muncul, kita dapat menambah titik koordinat
lagi jika nilai errornya masih tinggi. Kita dapat merentangkan titik koordinat
yang telah saudara masukkan dengan klik “Hide List”.

9.
Proses
selanjutnya simpan titik koordinat yang telah kita masukkan dengan cara: Klik
File > Save GCPs w/map cords.... Selanjutnya berikan nama file dan simpan
dalam format *.pts

10. Setelah menyimpan titik GCP-nya, langkah
selanjutnya adalah melakukan eksekusi pada citra yang belum tekoordinat dengan
menggunakan koordinat yang sudah diisikan. Pada jendela/kotak dialog GCP, pilih
menu Option > Warp File....
Selanjutnya pilih file citra yang akan di wrap (eksekusi citra dengan
menggunakan koordinat dari GCP) setelah itu klik OK

11. Setelah selesai citra akan muncul di jendela
Avaiable Band List...., untuk membuka klik Load
V. HASIL PRAKTIKUM


VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum koreksi
geometrik kali ini dapat dilihat bahwa terjadi perubahan bentuk data citra yang
dihasilkan. Pada sebelum koreksi data citra hanya terlihat suatu kenampakan
luas dengan permukaan bumi yang terlihat datar. Namun setelah dikoreksi data
citra terlihat dan nampak adanya elevasi tempat, terlihat adanya lengkungan
bumi pada saat pengambilan data citra.
Nilai RMS error pada praktikum geometrik kali ini kurang dari 1,
sehingga dengan demikian data citra memiliki keakuratan yang masih cukup baik
dan masih dapat digunakan sebagai referensi data.
Kesalahan geometrik internal disebabkan oleh konfigurasi sensornya, akibat pembelokan arah penyinaran menyebabkan distorsi panoramic (look angle), yang terjadi saat cermin scanmelakukan penyiaman (scanning). Besarnya sudut pengamatan (field of view) satelit pada proses penyiaman akan mengakibatkan perubahan luas cakupan objek. Distorsi panoramic sangat besar pengaruhnya pada sensor satelit resolusi rendah seperti rendah NOAA-AVHRR dan MODIS, namun citra resolusi tinggi seperti Landsat, SPOT, IKONOS, Quickbird, dan ALOS bebas dari distorsi panoramic, karena orbitnya yang tinggi dengan medan pandang kecil hampir tidak terjadi pergeseran letak oleh relief pada data satelit tersebut. Distorsi yang disebabkan perubahan atau pembelokan arah penyiaman bersifat sistematik, dapat dikoreksi secara sistematik. Kesalahan geometric menyebabkan perubahan bentuk citra.
Koreksi geometric
dilakukan sesuai dengan jenis atau penyebab kesalahannya, yaitu kesalahan
sistematik dan kesalahan random, dengan sifat distorsi geometric pada citra.
Koreksi geometrik mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1. Melakukan
rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat citra
sesuai dengan koordinat geografis.
2. Meregistrasi
(mencocokan) posisi citra dengan citra lain yang sudah terkoreksi (image to
image rectification) atau mentransformasikan system koordinat citra
multispectral dan multi temporal.
3. Meregistrasi
citra ke peta atau transformasi system koordinat citra ke koordinat peta (image
to map rectification), sehingga menghasilkan citra dengan system proyeksi
tertentu.
Koreksi geometrik
yang biasa dilakukan adalah koreksi geometrik sistematik dan koreksi geometric
presisi. Masing-masing sebagai berikut.
1. Koreksi
geometrik sistematik melakukan koreksi geomertri dengan menggunakan informasi
karakteristik sensor yaitu orientasi internal (internal orientation)
berisi informasi panjang focus system optiknya dan koordinat titik utama (primary
point) dalam bidang citra (image space) sedangkan distorsi lensa dan
difraksi atmosfer dianggap kecil pada sensor inderaja satelit, serta orientasi
eksternal (external orientation) berisi koordinat titik utama pada
bidang bumi (ground space) serta tiga sudut relative antara bidang citra
dan bidang bumi.
2. Koreksi
geometrik presisi pada dasarnya adalah meningkatkan ketelitian geometric dengan
menggunakan titik kendali / control tanah (Ground Control Point biasa
disingkat GCP). GCP dimaksud adalah titik yang diketahui koordinatnya secara
tepat dan dapat terlihat pada citra inderaja satelit seperti perempatan jalan
dan lain-lain.
Koreksi geometrik
citra dapat dilakukan dalam empat tahap yang mencakup sebagai berikut:
1. Memilih
metode setelah mengetahui karakteristik kesalahan geometrik dan tersedianya
data referensi. Pemilihan metode tergantung pada jenis data (resolusi spasial),
dan jenis kesalahan geometric (skew, yaw, roll, pitch) data.
2. Penentuan
parameter yang tidak diketahui didefinisikan dari persamaan matematika antara
system koordinat citra dan system koordinat geografis, untuk menentukan
menggunakan parameter kalibarasi data atau titik control tanah.
3. Cek akurasi
dengan verifikasi atau validasi sesuai dengan criteria, metode, dan data citra,
maka perlu dicari solusinya agar diperoleh tingkat ketelitian yang lebih baik.
Solusinya dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain, atau bila data
referensi yang digunakan tidak akurat atau perlu diganti.
4. Interpolasi
dan resampling untuk mendapatkan citra geocoded presisi
(akurat). Beberapa pilihanGeocoding Type yang sudah tersedia pada
perangkat lunak, seperti Tryangulation, Polynomial,
Orthorectify using ground control poinr, Orthorectify using exterior
orientation, Map to map projection, Point registration, Rotation. Kegunaan
setiap tipe geocoding adalah (a)Tryangulation untuk
koreksi geometric data yang mengalami banyak pergeseran skew dan yawa,atau
data yang tidak sama ukuran pixelnya pada satu set data. (b) Polynomial untuk
koreksi geometrik data citra yang mengalami pergeseran linear, ukuran pixel
sama dalam satu set data resolusi spasial tinggi dan rendah. (c) Orthorectify untuk
mengoreksi citra secara geometris, berdasarkan ketinggian geografisnya. Koreksi
geometrik jika tidak menggunakan Orthorectify,maka puncak gunung
akan bergeser letaknya dari posisi sebenarnya, walaupun sudah dikoreksi secara
geometerik. (d) Rotation untuk koreksi geometrik citra karena
terjadi pergeseran citra yang terputar, baik searah jarum jam maupun
sebaliknya.
Teknik koreksi
geometrik triangulasi dilakukan koreksi secara linear dalam setiap segitiga
yang dibentuk oleh tiga GCP dan daerah yang mempunyai kesalahan geometric besar
diberikan GCP lebih banyak. Persyaratan pengambilan titik di lapangan adalah
(a) teridentifikasi jelas pada citra satelit, (b) wilayah harus terbuka agar
tidak terjadi multipath, (c) permukaan tanah stabil, tidak
pada daerah yang sedang atau akan dibangun, (d) Lokasi pengukuran aman dan
tidak ada gangguan
VII.
KESIMPULAN
Dengan melakukan koreksi geometrik maka akan dapat diketahui bagaimana
kedudukan atau letak suatu objek atau wilayah pada suatu citra dengan citra
lain. Sehingga dapat diketahui bagaimana keakuratan data citra tersebut.
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
Danoedoro Projo. 1996. Pengolahan Citra
Digital. Yogyakarta. Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Petunjuk Praktikum Pemrosesan Citra Digital. 2009.
Prodi Karotgrafi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM.
Purwadhi Sri Hardiyanti, Sanjoto Tjaturahono.
2009. Pengantar
Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Semarang. Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN dan Jurusan Geografi UNS.
LAPORAN
RAKTIKUM
PENGINDERAAN
JAUH
ACARA
VIII
NORMALIZED
DIFFERENCE VEGETATION INDEX (NDVI)
CITRA LANDSAT 7
ETM+
Dosen
Pengampu: Purwanto, S.Pd, M.Si

Oleh:
Nama mahasiswa : Agustinus Slamet Subekti
NIM : 150722605704
Offering : G
Hari,Tanggal : Senin, 28 Maret 2016
Asisten : Muhammad Nurdiansa
Fatma Rosiatin Nadhi
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2016
ACARA VIII
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Citra Landsat 7
ETM+
I.
TUJUAN
-
Mahasiswa
mampu melakukan pengolahan NDVI pada citra Landsat 7 ETM+
II.
ALAT dan BAHAN
Adapun alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a.
Notebook
b.
Software
ENVI 4.5
c.
Citra
Landsat 7 ETM+
d.
Ms.
Word 2007
III.
DASAR TEORI
NDVI
Indeks vegetasi merupakan kombinasi pengukuran
dua atau lebih band spectral dari spectrum gelombang elektromagnetik
yang berbeda untuk menghasilkan informasi tentang tutupan lahan di permukaan
bumi (Campbell, 1996). Indeks vegetasi yang diperoleh dari citra sateli
tmerupakan salah satu sumber informasi penting untuk memonitor kondisi sebuah
vegetasi. Suatu vegetasi dikatakan subur jika klorofil (zat hijau daun) dalam
jumlah besar sehingga aktif berfotosintesis atau dengan kata lain, aktif
menyerap karbon. Fenomena penyerapan cahaya merah oleh klorofil (0,4μm – 0,7 μm) pada vegetasi
dan pemantulan cahaya inframerah dekat oleh jaringan mesofil (0,7 μm – 1,1 μm)
pada daun akan membuat nilai kecerahan yang diterima sensor berbeda (Sudiana
&Diasmara, 2008).
NDVI (Normalized
Difference Vegetation Index) diperkenalkan oleh Rouse et al. (1974) dengan
tujuan memodifikasi indeks Simple Ratio (SR) dimana indeks Simple Ratio
menunjukkan nilai yang terlalu besar untuk daerah dengan densitas vegetasi
tinggi. Indeks ini menggunakan rasio antara band NIR dan RED dengan persamaan
yang dinormalisasi. NDVI merupakan indeks vegetasi yang paling banyak digunakan
karena kemampuannya untuk meminimalisir kesalahan akibat buruknya kondisi
topografi. NDVI juga disukai karena perhitungannya yang sederhana. Skala NDVI
memiliki rentangan antara -1 sampai 1, dimana nilai 1 menunjukkan daerah yang
kaya akan vegetasi, nilai 0 menunjukkan keadaan sangat sedikit vegetasi dan
nilai -1 menunjukkan daerah bukan vegetasi.
Seperti perhitungan pada citra
rasio, pada citra normalisasi juga menggunakan data channel 1 dan channel
2. Channel 1 terdapat dalam bagian dari spektrum dimana
klorofilmenyebabkan adanya penyerapan terhadap radiasi cahaya yang datang
yang dilakukan saat fotosintesis, sedangkan channel 2 terdapat dalam
daerah spektral dimana struktur daun spongy mesophyll menyebabkan adanya
pantulan terhadap radiasi cahaya. Perbedaan respon dari kedua channel
ini dapat diketahui dengan transformasi rasio perbandingan satu channel
dengan channel yang lain.
Perbandingan antara kedua channel
adalah pertimbangan yang digunakan untuk mengurangi variasi yang disebabkan
oleh topografi dari permukaan bumi. Hal ini merupakan kompensasi dari variasi
pancaran sebagai fungsi dari elevasi matahari untuk daerah yang berbeda dalam
sebuah citra satelit. Perbandingan ini tidak menghilangkan efek additive
yang disebabkan oleh atmospheric attenuation, tetapi komponen
dasar untuk NDVI dan vegetasi saling berhubungan. Latar belakang daratan
berfungsi sebagai pemantul sinyal yang terpisah dari vegetasi, dan berinteraksi
dengan vegetasi melalui hamburan yang sangat banyak dari energi radiasi.
Tabel1. Pembagian
obyek berdasarkan nilai NDVI
Daerah Pembagian
|
Nilai NDVI
|
Awan es, awan air, salju
|
< 0
|
Batuan
dan lahan kosong
|
0 – 0.1
|
Padang rumput dan semak belukar
|
0.2 – 0.3
|
Hutan daerah hangat dan hutan
hujan tropis
|
0.4 – 0.8
|

Data dari
bermacam citra satelit yang dapat digunakan dalam formulasi ini, antara lain:
e. Landsat
TM/ETM : band 3 (0.63-0.69 µm) dan band 4 (0.76-0.90 µm)
f.
NOAA AVHRR : band 1 (0.58-0.68 µm)
dan band 2 (0.72-1.0 µm)
g. Terra
MODIS : band 1 (0.62-0.67) dan band 2 (0.841-0.876).
Perhitungan perbandingan sifat respon
obyek terhadap pantulan sinar merah dan NIR dapat menghasilkan nilai dengan
karakteristik khas yang dapat digunakan untuk memperkirakan kerapatan atau
kondisi kanopi/kehijauan tanaman. Tanaman yang sehat berwarna hijau mempunyai
nilai indeks vegetasi tinggi. Hal ini disebabkan oleh hubungan terbalik antara
intensitas sinar yang dipantulkan vegetasi pada spektral sinar merah dan NIR.
IV.
LANGKAH KERJA
Vegetation Index
Proses NDVI
a. Buka file smgpadajendelabaru
b. Pada menu ENVI 4.5 klik Transform > NDVI
(Vegetation Index), pilih file smg
c. Kemudiantentukansaluran NIR dan
Band-R, simpandalambentuk file atau memory

d. Tampilkancitra, danceknilaipikselnyamenggunakan
menu Cursor Location/ Value
Density
Slice of NDVI Image
a. Padajendelacitraklik Overlay
> Density Slice. Enter citra NDVI

b. Buat level brightness menjadi 5. Padajendela
Density Slice klik Option > Set Number of Default Ranges, type 5 klik OK

c.
Kemudianpadakotak dialog Density Slice, klik menu Option > Apply Default
Ranges

d. Klik Edit Range
untukmengubahnilaiintervalnyadanwarnajikamemang
dibutuhkan.
Klik Apply dansimpancitra.
Layout
Citra Hasil NDVI
a. Pilih
menu Overlay pada layer display untuk melakukan Overlay. Pilih menu
Annotation untuk melakukan Layout citra


b. Untuk
menambahkan skala Klik menu Object pada Annontations Text > Scale Bar

c. Untuk
menambahkan grid pada peta klik menu Overlay > Grid Lines ...

V.
HASIL PRAKTIKUM
a) Printscreen
NDVI slice


b) NDVI
range (5 class)

c) Layout
citra

VI.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan
5 nilai indeks hasil NDVI, terdapat beberapa objek
yang masuk kedalam masing-masing kelas tersebut
antara lain :
a) air , berdasarkan indeks hasil NDVI air
masuk dalam kelas indeks
hasil -0,9000 sampai -0,5730 yang ditunjukkan dengan warna merah
b) vegetasi jarang, berdasarkan
indeks hasil NDVI masuk
dalam kelas indeks hasil -0,5730 sampai -0,2461, yang
ditunjukkan dengan warna hijau.
c) permukiman, berdasarkan indeks hasil NDVI nilai indeks hasil -0,5730 sampai 0,0809 yang
ditunjukkan dengan warna warna biru,
d) lahan
terbuka, berdasarkan indeks hasil NDVI masuk dalam indeks hasil
0,0809 sampai 0,4078 yang ditunjukkan dengan warna kuning
e) vegetasi
rapat, berdasarkan indeks hasil NDVI termasuk dalam kelas indeks hasil 0,4078 sampai 0,7348 dengan warna
cyan.
Pada bagian utara semarang merupakan
laut jawa yang ditunjukan dengan warna merah serta daerah dengan vegetasi
jarang yang ditunjukkan dengan warna hijau, vegetasi pada dearah ini umumnya
didominasi oleh tanaman bakau. Pada daerah ini umumnya merupakan daereah yang pekumima yang ditunjukkan dengan
warna biru. Pada daerah bagian tengah merupakan permukiman padat atau daerah
perkotaan Semarang yang ditunjukkan dengan warna biru.
Berdasarkan tabel nilai indeks vegetasi
mulai terdeteksi pada indeks
0,4078 sampai 0,7348 dengan
warna cyan yang
menunjukkkan bahwa vegetasi
rapat
dan indeks -0,5730 sampai
-0,2461 yang ditunjukkan dengan
warna hijau. Persebaran vegetasi pada daerah Semarang yaitu ada bagian utara
umumnya didominasi vegetasi jarang dan pada daerah bagian tengah terdapat
beberapa wilayah dengan vegetasi rapat.
VII.
KESIMPULAN
Pengolahan
NDVI pada citra Landsat 7
ETM+ ditunjikan untuk mengetahui persebaran
vegetasi berdasarkan lewat zat klorofil yang dihasilkan tumbuhan. NDVI juga
dapat digunakan sebagai informasi
tentang tutupan lahan di permukaan bumi.
VIII.
DAFTAR
RUJUKAN
Purwanto.
2016. Modul penginderaan jauh. Universitas Negeri Malang: Malang (tidak
diterbitkan)
PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH
ACARA
9
KLASIFIKASI
MULTISPEKTRAL CITRA LANDSAT 7 ETM+
Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd,
M.Si

Oleh:
Nama Mahasiswa : Agustinus
Slamet Subekti
NIM : 15072260574
Offering : G
Hari, Tanggal : Senin, 4
April
2016
Asisten : Muhamad Nurdiansa
Fatma Roisatin Nadhiroh
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Geografi
Program Studi S1 Geografi
April 2016
ACARA 9
Klasifikasi
Multispektral Citra Landsat 7 ETM+
I.
Tujuan
a. Mahasiswa mampu melakukan klasifikasi data supervised dan unsupervised pada
citra Lansat 7 ETM+
b. Mahasiswa mampu membandingkan data supervised dan unsupervised pada citra Lansat 7 ETM+
II.
Alat
dan Bahan
a. Laptop
b. Software ENVI 4.5
c. Citra Landsat 7 ETM+ wilayah Semarang
d. Microsoft Word
e. Modul Praktikum
III.
Dasar
Teori
Klasifikasi
Multispektral merupakan sebuah algoritma yang digunakan untuk memperoleh
informasi thematik dengan cara mengelompokkan suatu fenomena/ obyek berdasarkan
kriteria tertentu. Asumsi awal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
klasifikasi multispektral adalah bahwa tiap obyek dapat dikenali dan dibedakan
berdasarkan nilai spektralnya. Salah satu contoh hasil klasifikasi
multispektral adalah peta penutup lahan yang memberikan informasi mengenai
jenis penutup lahan ( vegetasi kerapatan tinggi yang berasosiasi dengan hutan,
semak belukar, tubuh air, vegetasi kerapatan rendah, lahan terbangun dan
lainnya).
1. Klasifikasi tidak
terbimbing (unsupervised classification)
Merupakan
metode yang memberikan mandat sepenuhnya kepada sistem/komputer untuk
mengelompokkan data raster berdasarkan nilai digitalnya masing-masing,
intervensi pengguna dalam hal ini diminimalisasi. Jenis metode ini digunakan
bila kualitas citra sangat tinggi dengan distorsi atmosferik dan tutupan awan
yang rendah. Namun, dalam banyak kasus, terlepas dari kondisi citra yang
bersangkutan, metode ini banyak digunakan untuk memberikan gambaran kasar/
informasi awal.
2. Klasifikasi
terbimbing (supervised classification)
Merupakan metode
yang dipandu dan dikendalikan sebagian besar atau sepenuhnya oleh pengguna
dalam proses pengklasifikasiannya. Intervensi pengguna dimulai sejak penentuan
training area hingga tahap pengklasterannya. Klasifikasi terbimbing dalam hal
ini mensyaratkan kemampuan pengguna dalam penguasaan informasi lahan terhadap
areal kajian.
Kelemahan dari klasifikasi citra tidak
terbimbing adalah karena analisis hanya memiliki sedikit kontrol terhadap kelas
citra yang menyebabkan kesulitan dalam perbandingan antar data. Selain itu,
penciri spektral selalu berubah sepanjang waktu, sehingga hubungan antara
respon spektral dengan kelas informasi tidak konstan. Hal itu menyebabkan
diperlukan pengetahuan sedetail mungkin mengenai spektral permukaan. Komposit
yang biasa digunakan pada klasifikasi tidak terbimbing diantaranya komposit
543, 542 dan 321. Nilai optimum index faktor pada band 543 sebesar 77.36, band
542 sebesar 68.53 dan band 321 sebesar 67.68. Semakin tinggi nilai optimum
index faktor, maka kombinasi band menghasilkan tampilan mendekati warna
sebenarnya, sehingga hasil citra dapat dibedakan dengan mudah.
Klasifikasi tidak terbimbing digunakan
apabila kualitas citra sangat tinggi dengan distorsi atmosferik dan tutupan
awan yang rendah. Namun, terlepas dari kondisi citra yang seperti itu,
metode ini banyak digunakan untuk memberikan gambaran kasar/informasi awal.
IV.
Langkah
Kerja
Klasifikasi
Unsupervised
a.
Buka
software ENVI 4.5, kemudian klik File > Open image > citra smg, kemudian Load Band
b.
Pada
menu bar utama ENVI 4.5 klik Classification
> Unsupervised > IsoData, kemudian pilih citra multispectral yang
> klik OK

c.
Setelah
muncul kotak dialog ISODATA Parameters,
pada bagian Maximum Iterations masukkan angka 3, pada bagian Minimum
#Pixel in Class masukkan angka 9. Simpan citra sebagai file, kemudian klik OK.

d.
Tampilkan
citra dan kelas yang sudah dibuat. Untuk lebih lanjutnya lakukan overlay pada
peta dengan cara mengklik Overlay pada display > Anotation, pada kotak
dialog Annotation pilih Object > Map Key, kemudian klik Edit Map Key Item,
hitung dan lakukan pengubahan label dari kelas yang dihasilkan.

e.
Kemudian
tampilkan citra komposit pada display yang lain dan bandingkan dengan citra
hasil unsupervised. Untuk lebih
memudahkan dalam membandingkan citra sebelum dan sesudah pemrosesan, lakukan
link display dari kedua display yang dibuat.

f.
Kemudian
coba metode K-Means dengan mengklik metode Classification
> Unsupervised > K-Means. Gunakan citra yang sama dan parameternya,
kemudian simpan hasil tersebut dalam bentuk file.
g.
Kemudian
lakukan pembandingan antara kedua metode klasifikasi tersebut.
Klasifikasi
Supervised
Dalam
klasifikasi supervised, area yang training
sebelumnya telah dipelajari/ dikenali
selama proses klasifikasi. Area training yang dipilih, didasarkan pola
pantulan objek pada tiap saluran.
a.
Tampilkan
citra satelit dalam bentuk komposit
b.
Pilih
area yang training atau sampelnya (Region
of Interest/ROI) untuk setiap
tutupan lahan objek.

Yang harus di ingat ketika memilih area training
adalah sebagai berikut :
§
Area
training haruslah homogen, dengan sekitar + 100 piksel pada tiap kelas.
Homogenitas area training dapat diidentifikasi dengan meng-gunakan warna objek
yang familiar pada citra komposit.
§
Berikan
nama pada aera training berdasarakan interpretasi yang telah dilakukan dan
berikan warna yang spesifik. Sebagai contohnya, sebuah kelas dari tutupan lahan
dapat dibedakan menjadi beberapa sub kelas, sebagai contoh vegetation1,
vegetation 2, dan vegetation 3 untuk kelas vegetasi.
§
Pilih
area trining selengkap mungkin jika memungkinkan; semua kelas tutupan lahan
harus disampelkan (training area)
§
Gunakan
kurva pantulan spektral untuk membantu proses identifikasi objek
c.
Simpan
ROI, berikan nama yang unik sehingga mudah untuk diingat. Jangan tutup jendela
ROI dulu.
Performing Supervised Classification
a.
Pada
menu utama ENVI 4.5 klik Classification > Supervised > pilih salah satu
metode yang ada, yang pertama coba pilih Parallelepiped
b.
Pilih
input file. Jika jendela ROI belum ditutup, wilayah training akan otomatis
muncul pada jendela Parallelepiped Parameter. Klik Select All Items. Simpan
output file dan aturannya, kemudian klik OK untuk melakukan eksekusi
klasifikasi.

c.
Tampilkan
hasil klasifikasi, jika ditemukan piksel dengan warna hitam hal tersebut
menunjukkan bahwa piksel tersebut belum teridentifikasi dalam salah satu ROI
yang dibuat. Kita dapat mengidentifikasi piksel tersebut berdasarkan nilai
komposit citra dengan menggunakan dasilitas link, tambahkan kelas ROI jika
dibutuhkan. Kemudian ulang klasifikasi sampai piksel yang belum terklasifikasi
menjadi berkurang.
d.
Kemudian
coba metode klasifikasi yang lainnya.
V.
Hasil
Praktikum
a.
Unsupervised
IsoData

b.
Unsupervised
K-Means

c.
Supervised
Parallelepiped

d.
Supervised
Minimum Distance

e.
Supervised
Maximum Likehood

f.
![]() |
Supervised Mahalanois distance
VI.
Pembahasan
Identifikasi
dari suatu kelompok objek pda suatu wilaya tertentu dapat dilakukan melalui
suatu proses tertentu pada aplikasi Envi 4.5 . Dengan 2 cara pengklasifikasian
yang tergolong memiliki perbedaan mencolok dari proses pengolahannya dan hasil
atau output olahan yang dihasilkan.
Klasifikasi
ini terbagi menjadi :
1. Klasifikasi terbimbing (supervised classification)
Supervised classification dalam praktikum ini menghasilkan luaran (output) berupa gambaran dari citra yang
dikendalikan sebagian besar atau sepenuhnya oleh penggunan dalam proses
pengklasifikasiannya. Classificarion tools yang digunakan dalam praktikum kali
ini antara lain :
a. Parallelpiped
Digunakan untuk menampilkan
data berupa lahan , namun tidak memiliki keakurasian dan detail data yang
rendah, karena hanya berpacu dengan kemampuan rekaman dari sensor satelit,
sehingga memerlukan pengolahan kembali.
b. Minimum Distance
Klasifikasi
minimum distance menampilkan data dalam jarak minimum sehingga klasifikasi ini
memiliki keunggulan yaitu tampilan piksel yang terfokus di setiap segment nya. Minimum distance
menghasilkan fokus objek yang lebih kompleks walaupun nilai spektral yang
dipancarkan hampir sama dengan klasifikasi parallelpiped.
c. Maximum Likehood
Maximum
likehood menghasilkan saluran spectral yang lebih variatif dibandingkan dengan
klasifikasi parallelpiped dan minimum distance. Klasifikasi maximum likehood
dalam menampilkan objek perairan menampilkan dua jenis spectral yang membagi
perairan dangkal dan perairan dalam. Kawasan lahan terbangun dalam klasifikasi
maximum likehood juga terbagi menjadi dua spectral, maroon untuk kawasan
pemukiman dan sea green untuk kawasan industri. Perbedaan warna pantulan yang
dihasilkan disebabkan oleh nilai pantulan setiap objek terhadap sinar matahari
yang berbeda.
d. Mahalanois Distance
Mahalanois distance memiliki karakteristik tampilan yang hampir sama
dengan klasifikasi maximum likehood, namun pada beberapa objek seperti vegetasi
dan perairan memiliki detil yang lebih tinggi daripada klasifikasi maximum
likehood. Objek vegetasi dapat terklasifikasi menjadi beberapa bagian yaitu
vegetasi dengan kerapatan rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Namun
vegetasi kerapatan tinggi memiliki kesamaan spektral dengan perairan kedalaman
sedang dan juga kawasan tambak. Sedangkan pada wilayah perairan sendiri
klasifikasi lebih jelas yaitu perairan dalam, dangkal, hingga kawasan tambak di
pesisir.
2. Klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification)
Perbedaan
klasifikasi tidak terbimbing dengan klasifikasi terbimbing adalah pelaku pengolah
datanya, jika supervised classification data
sebagian/sepenuhnya diolah oleh manusia sedangkan unsupervised classification, diolah seluruhnya oleh sistem
komputer.
a. Isodata
Seperti
karakteristik unsupervised classification
pada umumnya, yaitu memiliki output yang
dengan raster piksel yang masih kasar dan juga saluran spektral yang terbatas,
tergantung dari proses yang dilakukan oleh sistem komputer. Hasil praktikum
diatas menunjukkan klasifikasi isodata menampilkan lahan terbangun dengan
pantulan spektral yang lebih beragam dan juga cukup sulit diklasifikasikan
sebab saluran yang dipantulkan cukup banyak. Serta objek perairan dalam
memantulkan spektral yang sama dengan perairan wilayah pesisir sehingga
pemberian anotasi cukup sulit.
b. K-Means
K-Means
menampilkan saluran spektral yang sama dengan klasifikasi isodata. Namun,
klasifikasi K-Means menampilkan tampilan objek yang lebih fokus daripada
isodata. Seperti wilayah perairan, seluruhnya memantulkan warna merah, begitu
juga dengan objek lainnya.
Sehingga dari suatu
pengolahan data satelite pada suatu wilayah dengan penampakan objek yang
berbeda beda, proses dan langkah kerja yang dilakukan dapat dilakukan sesuai
dengan kemampuan interpretasi interpreter dan hasil dari suatu pengolahan
sesuai yang dibutuhkan
VII.
Kesimpulan
Interpretasi dari suatu
wilayah dengan kondisi penampakan objek yang beragam dapat dilewati dengan
suatu proses tertentu dengan langkah kerja tertentu dan hasil dari pengolahan
data dapat disesuikan dengan kebutuhan pengguna data.
VIII.
Daftar
Rujukan
Danoedoro, Projo.2012.Pengantar Penginderaan Jauh Digital.Yogyakarta
: Penerbit Andi
ACARA X
IDENTIFIKASI SUHU PERMUKAAN DARI CITRA LANDSAT 8
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan ekstrasi data suhu permukaan dari Citra
Landsat 8.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan suhu pada jenis objek yang
berbeda.
II. Alat dan Bahan
1.
Laptop
2.
ENVI 4.5
3.
Citra Landsat 8 (Band 10)
4.
Metadata Citra Landsat 8
III. Dasar Teori
Suhu Permukaan
Saluran thermal
merupakan saluran dengan resolusi spasial yang rendah (120 m pada citra Landsat
TM dan 60 m pada citra saluran Landsat ETM+), namun mempunyai keunggulan yaitu
sensitif terhadap radiasi pancaran. Oleh karena itu saluran thermal dapat
digunakan untuk menentukan sebaran suhu permukaan dan mengetahui distribusi
pulau bahang perkotaan (Short, 2003)
LST (Land Surface Temperature)
Salah satu sensor yang
dikembangkan dalam sistem penginderaan jauh adalah sensor inframerah thermal.
Kepekaan inframerah thermal terhadap suhu permukaan memungkinkan ekstraksi suhu
dari suatu citra penginderaan jauh. Ekstraksi ini secara garis besar melewati
dua tahapan, yaitu perhitungan pantulan spektral dan perhitungan suhu.
Temperatur
permukaan tanah atau Land Surface
Temperature (LST) adalah keadaan yang dikendalikan oleh keseimbangan energi permukaan,
atmosfer, sifat termal dari permukaan, dan media bawah permukaan tanah.
Temperatur permukaan suatu wilayah dapat didefinisikan dari
citra satelit landsat yang diekstrak dari band 6 thermal. Dalam penginderaan
jauh, temperatur permukaan tanah dapat didefinisikan sebagai suhu permukaan
rata – rata dari permukaan yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan
berbagai tiper permukaan yang berbeda.
Land Surface
Temperature (LST) merupakan faktor kunci dalam
studi iklim global yang dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk
mempelajari variasi temperatur yang berkaitan langsung dengan perubahan tutupan
lahan. Beberapa kota metropolitan memiliki rataan suhu permukaan yang lebih
tinggi dari wilayah sekitarnya yang diakibatkan oleh tingginya aktivitas
pembangunan fisik perkotaan. Aktivitas tersebut cenderung mengalami peningkatan
yang signifikan dari rentang pertengahan tahun 1990an sampai awal 2000an, yang
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah bangunan (bangunan komersil,
pemerintahan, pemukiman, dll) hingga meluasnya areal industri. Namun sebaliknya
luas areal vegetasi baik areal persawahan, perkebunan hingga wilayah konservasi
kehutanan menunjukkan grafik penurunan yang signifikan.
Landsat
8
Tanggal 11 Februari
2013, NASA melakukan peluncuran satelit Landsat Data Continuity Mission
(LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk citra open access sejak
tanggal 30 Mei 2013, menandai perkembangan baru dunia antariksa. NASA lalu
menyerahkan satelit LDCM kepada USGS sebagai pengguna data terhitung 30
Mei tersebut. Satelit ini kemudian lebih dikenal sebagai Landsat 8.
Pengelolaan arsip data citra masih ditangani oleh Earth Resources
Observation and Science (EROS) Center. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99
menit untuk mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area yang sama setiap 16
hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan landsat versi
sebelumnya.
Satelit landsat 8
terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas
170 km x 183 km (mirip dengan landsat versi sebelumnya). NASA sendiri
menargetkan satelit landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun
beroperasi (sensor OLI dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun). Tidak
menutup kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat lebih panjang dari umur yang
dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM) yang awalnya ditargetkan
hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun 2012 masih bisa berfungsi.
Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS)dengan
jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band
1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar
kanal memiliki spesifikasi mirip dengan landsat 7. Jenis kanal, panjang
gelombang dan resolusi spasial setiap band pada landsat 8 dibandingkan dengan
landsat 7 seperti tertera pada tabel di bawah ini :

Gambar II‑1 Karakteristik landsat 8
IV. Langkah Kerja
1.
Klik
File > Open Image File > Pilih Citra LC8 ...._B10 > Load Band

2. Klik Basic Tools > Band Math > Isikan 3.3420E-04*float(B10)+0.10000
pada kotak Enter an Expression > OK.


3. Pada layer Variables to Bands Pairings > Letakkan
Kursor pada Variables used in expression > Klik LC8......_B10 > Klik
Choose untuk memilih tempat penyimpanan > OK

4. Klik Basic Tools > Band Math > Pada Kolom Enter an
espression isi (1321.08/alog((774.89/float(B10))+1))-273 > OK


5. Akan muncul layer Variables to Bands Pairings > Klik pada
Band Math (3.3420E-04 ....)

6. Pada layer display Klik Overlay > Density Slice

7. Setelah muncul Layer Density Slice > Options > Set
Number of Default Ranges... > Ubah ranges menjadi 5 > OK


8. Options > Apply Defaults Ranges

9. Klik Basic Tools > Region Of Interst > Band
Threshold to ROI > Klik Citra yang sudah diubah ke Celcius > OK


10. Isikan Min Thresh Value , Max. Thresh
Value, ROI Name, dan ROI Color sesuai tabel > OK.


Suhu (oC)
|
Klasifikasi
|
Warna
|
11 - 17
|
Sangat
Rendah
|
Green 3
|
17 - 23
|
Rendah
|
Green 1
|
23 - 29
|
Sedang
|
Yellow
|
29 – 35
|
Tinggi
|
Orange 1
|
35 - 41
|
Sangat
Tinggi
|
Red
|
11. Klik Classification > Create Class Image from ROIs
> pilih citra sebagai input > OK.


12. Pada layer Classification Image from ROIs > Select All
Items > OK. Maka tampilan akan seperti di bawah ini.


V.
Hasil Praktikum:
- Gambar Citra Landsat 8 yang sudah siklasifikasikan
berdasarkan suhu permukaan.

- Tabel identifikasi objek berdasarkan suhu permukaan.
Min. 10 Objek
No.
|
Suhu (oC)
|
Objek
|
1
|
11 – 17
|
Laut dalam
|
2
|
17-23
|
Perairan dangkal
|
3
|
23-29
|
Igir, vegetasi rapat, lautan pasir, lereng
|
4
|
29-35
|
Vegetasi sedang
|
5
|
35-41
|
Pemukiman, lahan terbuka
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada Praktikum ini dilakukan identifikasi suhu permukaan
di beberapa kota di Jawa Timur menggunakan citra landsat 8. Untuk
mengidentifikasi suhu permukaan pada praktikum kali ini menggunakan software
envi 4.5. sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi suhu permukaan
menggunakan sensor inframerah thermal. Sensor inframerah thermal mempunyai Kepekaan terhadap suhu permukaan yang memungkinkan ekstraksi
suhu dari suatu citra penginderaan jauh.
pada hasil praktikum suhu permukaan air laut merupakan
suhu yang paling rendah diantara objek-objek lainnya. Suhu laut yang rendah
disebabkan karena kedalaman laut yang dalam sehingga radiasi matahari tidak
dapat menjangkau kedalaman laut sehingga suhunya tidak tinggi. Pada peraira
yang dangkal suhu permukaannya tidak sampai dibawah 17°c karena cahaya matahari
masih menjangkau dasarnya sehingga suhunya masih tidak terlalu rendah.
Pada objek Igir, vegetasi rapat, lautan pasir, lereng
suhu udara termasuk kategori sedang dengan suhu berkisar 23-29°c. Daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga suhu tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Pada daerah igir ada daerah yang tertutupi bayangan
sehingga pada waktu tertntu tidak mendapat radiasi matahari secara maksimal
yang membuat suhunya tidak terlalu tinggi. Pada vegetasi yang rapat sinar
matahari diserap oleh tanaman untuk diubah menjadi oksigen sehingga suhunya
tidak terlalu tinggi dan pada vegetasi rapat banyak kanopi sehingga cahaya matahari
tidak dapat mencapai permukaan tanah akibat tertutup oleh kanopi. Sedangkan
pada lautan pasir yang terletak di sekitar gunung bromo terletak pada daerah
pegunungan sehingga suhunya tidak terlalu tinggi dan tetap mendapatkan sinar
matahari sehingga suhunya juga tidak terlalu rendah
Suhu pada objek vegetasi sedang berkisar 29-35°c, suhu
tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Pada objek vegetasi sedang tanaman
tidak terlalu banyak dan jarak antar tanaman tidak terlalu rapat sehingga sinar
matahari masih mampu menembus ke permukaan tanah yang menyebabkan suhu
permukaannya termasuk tinggi akan tetapi tidak mencapai sangat tinggi karena
masih ada vegetasi sehingga cahaya matahari diserap oleh tanaman dan
menghasilkan oksigen sehingga suhunya masih cukup sejuk.
Pada objek pemukiman dan lahan terbuka suhunya termasik
kategori sangat tinggi dengan suhunya yang berkisar 35-41°C. Hal tersebut
dikarenakan sangat sedikitnya vegetasi sehingga tidak adanya penyerapan sinar
yang diubah menjadi oksigen sehingga suhunya sangat tinggi dan padatnya
pemukiman. Selain itu sifat dari atap bangunan seperti genteng yang dapat
menyerap panas dan karena bahannya yang terbuat dari tanah dan warnanya yang
gelap. Pada atap bangunan yag terbuat dari seng juga menyebabkan suhunya sangat
tinggi karena sifat dari seng yang memantulkan panas.
Sehingga dari pengolahan data citra satelit melalui ENVI
4.5 juga dapat diolah data berupa peta mengenai persebaran atau distribusi suhu
permukaan bumi , dengan demikian dapat pula dikaitkan dengan kondisi fisik atau
lingkungan sekiar yang merupakan salah satu faktor pemengaruh dari adanya suatu
perbedaan suhu.
VII.KESIMPULAN
1.Pegolahan
citra satelit untuk data suhu permukaan dapat dilakukan melalui ENVI 4.5
2.Suhu
dari permukaan bumi berbeda beda terengaruh oleh kondisi yang ada disekitarnya
yang dapat menghalangi datangnya sinar matahari
VIII.DAFTAR
RUJUKAN
Purwanto. 2016. Modul
penginderaan jauh. Universitas Negeri Malang: Malang (tidak diterbitkan)
LAPORAN RAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH
ACARA X
IDENTIFIKASI SUHU PERMUKAAN
DARI CITRA LANDSAT 8
Dosen Pengampu: Purwanto, S.Pd, M.Si

Oleh:
Nama
mahasiswa : Agustinus Slamet Subekti
NIM : 150722605704
Offering
: G
Hari,Tanggal
: Senin, 12 April 2016
Asisten : Muhammad Nurdiansa
Fatma Rosiatin Nadhi
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
PROGRAM STUDI
S1 GEOGRAFI
2016