PENGEMBANGAN
POTENSI MELALUI KARAKTERISTIK DESA
ARTIKEL
ILMIAH
TUGAS
AKHIR MATA KULIAH
Geografi
Pedesaan
Yang
dibina oleh Bapak Drs.Djoko Soelistijo, M.Si
Oleh
:
Agustinus
Slamet Subekti
UNIVERISTAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
DESEMBER
2016
ABSTRACT
Proses
pemerataan pembangunan di Indonesia menjadikan setiap desa terdorong untuk
bertransformasi menjadi desa penyangga perekonomian. Proses transformasi ini
salah satunya adalah berubahnya suatu desa untuk berkembang menjadi desa
wisata. Desa Karanganyar, Kecamatan Nglegok ,Kabupaten blitar ini salah satunya
desa yang berkembang menjadi desa wisata. Adanya kebun kopi dan bangunan
belanda dengan arsitektur klasik menambahkan unsur menarik di lokasi ini. Adapun
masyarakat luar daerah rela berkunjung ke lokasi ini karena tertarik dengan
adanya kafe kopi dengan arsitektur belandanya. Hal ini tentu membuat berkembang
dan meningkatnya pendapatan masyarakat Karanganyar sejalan dengan perubahan
struktur sosial dan ekonomi masyarakat desa Karanganyar. Sehingga tulisan ini
diarahkan kepada suatu usaha agar wisata ini tetap terjaga dan semakin
berkembang.
PENDAHULUAN
Proses pembangunan di Indonesia dewasa ini lebih
mengarah pada proses pembangunan desa yang didorong untuk bertransformasi
menjadi penyangga perekonomian. Pembangunan sendiri dapat dikonseptualisasikan
sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau
sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih
manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu
yang belum ada. Pada hakekatnya pembangunan secara sederhana adalah terjadinya
perumbuhan ekonomi (Rustiadi et al., 2009: 119). Proses pembangunan
sebagai bentuk proses perbaikan atas masyarakat secara keseluruhan menuju
kehidupan yang lebih baik salah satunya dengan bertransformasi menjadi
penyangga perekonomian, dengan mengadakan atau membuat yang sebelumnya hanya
sebagai pendorong perekonomian secara makro namun menjadi penyangga
perekonomian. Upaya yang dilakukan dalam proses pembangunan ini adalah dengan
peningkatan pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia lebih
efektif dan efisien.
Perkebunan Kopi Karanganyar diam
diam menjadi fenomenon dan viral dikalangan para traveler. Semenjak perkebunan
yang dikelola oleh PT. Harta Mulia ini dibuka sebagai destinasi wisata pada
awal 2016, tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung. Banyak alasan yang
membuat perkebunan ini digandrungi para traveler, salah satunya karena
tempat ini memiliki spot-spot foto yang ikonik. Salah satu spot andalan di
Perkebunan Kopi Karanganyar adalah sebuah bangunan yang berbentuk menyerupai
benteng kuno. Bangunan yang menjadi makot Perkebunan Karanganyar ini ternyata
adalah sebuah café. Café tersebut benar-benar menarik.
Selain menyuguhkan keindahan
bangunan-bangunan klasik, Perkebunan Karanganyar juga memanjakan pengunjungnya
dengan unsur-unsur budaya. Pada sanggar yang terdapat di perkebunan ini, tampak
para nayaga menabuh gamelan sambil melantunkan tembang-tembang Jawa yang akan
mengiringi langkah para traveler. Perkebunan ini juga memiliki event budaya
tahunan yang tak boleh terlewatkan, yakni ritual petik kopi atau Manten
Kopi. Rutual ini diselenggarakan untuk menandai musim petik dan giling.
Dilaksanakan di sekitar area perkebunan hingga ke Makam / Punden Nitisari
Gadhung Melati dan mata air Kucur 35.
Perkebunan Kopi Karanganyar juga
dikembangkan museum purnabakti, museum pusaka, dan camping ground. Hingga
tulisan ini diterbitkan perkebunan ini masih terus berbenah dan mengembangkan
diri menjadi destinasi wisata yang lebih komperhensif.
Perkebunan Kopi Karanganyar secara
administratif terletak di Dusun Karanganyar, Desa Modangan, Nglegok, Kab.
Blitar. Letak perkebunan ini cukup strategis karena berada tak jauh dari Kawasan
Wisata Penataran dan sejalur dengan
beberapa destinasi wisata Blitar utara lainnya.
PEMBAHASAN
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara
langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak
terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy
trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami
metamorphose dalam berbagai aspeknya. Di samping berbagai dampak yang dinilai
positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang
tidak diharapkan, seperti semakin buruknya kesenjangan pendapatan antara
kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan ekonomi, dan lain-lain.
Dampak-dampak negatif tersebut di atas disebabkan karena pengembangan
pariwisata semata-mata dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata
dipersepsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama oleh
bidang usaha swasta dan pemerintah. Sementara itu banyak pakar yang mengadari
bahwa pariwisata, meskipun membutuhkan lingkungan yang baik, namun bilamana
dalam pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kerentanan
lingkungan terhadap jumlah wisatawan akan menimbulkan dampak negatif. Dengan
tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based, pada satu sisi sangat
positif dan bermanfaat, akan tetapi pada sisi lain terlihat belum adanya
pendalaman terhadap fungsi lingkungan atau masih banyak masyarakat yang belum
sadar akan pentingnya “Nature Related Tourism”.
Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan
pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism
development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan
kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di
daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata
alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan
dalam bidang pariwisata. Ramuan utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup
dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga dipengaruhi keadaan ekonomi,
fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya,
kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta
pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan desa
wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas
daerah.
Ramuan penting lainnya dalam upaya pengembangan desa
wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat,
pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setepat.
Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan.
Unsurunsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas asli,
keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam
gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara khusus berkaitan dengan
prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal dan
berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut. Untuk alternatif yang dapat
memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki
prinsip prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan
prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3)
berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan
masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan
pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya
seperti antara lain:
1.
Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya
mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik
merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata.
2. Mendorong peningkatan pendapatan dari
sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya.
3.
Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan
keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan
penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan
pariwisata.
4.
Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu
dimasukkan dalam “prelemenay, planning” yaitu (1) meskipun berada di wilayah
pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata
dan (2) potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat
untuk bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan
pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata,
oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung, desa tersebut pada
hakikatnya harus memiliki hal yang penting, antara lain: 1. Keunikan, keaslian,
sifat khas 2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa 3.
Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik
minat pengunjung 4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana
dasar, maupun sarana lainnya. Perencanaan pariwisata di desa bukanlah tugas
yang mudah terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan alam dan budaya
yang peka.
Tujuan
Tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1)
Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai
penduduk setempat. 2) Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.
3)
Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan
keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya,
dan agar mereka, mendapat jaminan memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari
kegiatan pariwisata.
4) Mendorong kewirausahaan masyarakat
setempat.
5) Mengembangkan produk wisata desa.
Sasaran
1)
Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan / ramah lingkungan.
2) Memadukan pembangunan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis potensi yang ada, menentukan pola penataan
lanskap kawasan tapak, serta membuat kemungkinan alternatif pengembangannya.
3)
Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan sistem
zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga
keselamatan pengunjung.
4)
Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan arsitektur
bangunan rumah tradisional.
5)
Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara, menggali,
mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat, yang berguna bagi
kelengkapan atraksi
Konsep Kawasan Desa wisata Kebudayaan membuat
perkampungan dimulai sejak manusia merasa atau terpaksa oleh kebutuhan atas
rumah tempat berdiam, kebudayaan perkampungan di mulai sejak manusia mulai
menyusun kehidupan masyarakat. Perkampungan masyarakat Sunda memiliki
nilai-nilai keunikan, tidak saja karena bentuk fisik kampung yang ditunjang
oleh bentuk-bentuk rumah yang berciri khas dan mengandung banyak nilai filosofi
dari adat kebiasaan secara khusus. Selain dari rumah, juga tanah tempat rumah
itu dibangun (lahan) menjadi bahan perhatian yang tidak kurang pentingnya.
Sebagai contoh bumi menduduki tempat utama dalam pandangan hidup orang Sunda.
Itulah sebabnya maka rumah (imah) dalam basa Sunda halus disebut Bumi, untuk
menegaskan bahwa rumah sangat vital bagi kehidupan manusia. Pola perkampungan
masyarakat mencerminkan satu kesatuan yang utuh yang satu sama lain ditampilkan
melalui formasi dan komposisi rumah, rumah yang berdekatan, dengan memusat
(bertitik pusat) kepada satu bangunan milik orang yang dipertuakan di kampung
itu, orang itu disebutnya sesepuh. Pola kampung secara keseluruhan terdiri dari
rumah-rumah yang berhubungan dengan berbagai fasilitas yang mencerminkan pola
hidup harmonis dalam kesatuan lingkungan, sehingga merupakan perpaduan antara
aspekaspek yang keramat (sacral) dan lingkungan yang tetap terpelihara dalam
suasana silih asah, silih asih dan silih asuh sebagai satu konsep saling
menyayangi di antara keluarga, kerabat dan paling utama adalah cerminan sikap
gotong royong masyarakat dalam segala bentuk prilaku dan kehidupan. harmonisasi
dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dan lingkungan dalam pola
perkampungan yang memiliki kemampuan untuk memberikan penyesuaian dan
harmonisasi antara religi dan kemajuan teknologi serta modernisasi.
Pendekatan Kawasan Desa wisata Pentingnya suatu
pendekatan dalam proses pembangunan pemodelan agar dalam upaya pembangunan
tetap berorientasi kepada kepentingan masyarakat setempat, lingkungan dan
peletakan/pembagian zonasi yang tepat dan penataan. Lanskap yang didasarkan
kepada kondisi, potensi alam serta karakter sosial, budaya serta ekonomi
masyarakat setempat. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan kualitas lingkungan masyarakat,
dasar utama yang senantiasa harus dijaga keutuhannya, sehingga situasi konflik
tidak akan timbul bila langkah-langkah pendekatan dengan segala kearifan untuk
memenuhi fungsi-fungsi timbal balik, estetika, rekreatif, ilmiah dan
konservasi. 2. Pendekatan perencanaan fisik yang meliputi daya tampung ruang,
pemilihan daya tampung ruang, pemilihan lokasi yang tepat serta peletakan
zonasi yang seimbang antara zona inti, zona penyangga, dan zona pelayanan,
fisis, tanah, air dan iklim biotis.
3. Pendekatan terhadap unsur-unsur pariwisata
yang dapat dibangun dalam hubungan dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas bagi
wisatawan.
Pengelolaan Desa wisata Bentuk pengelolaan desa
wisata pada dasarnya adalah milik masyarakat yang dikelola secara baik, degan
mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam pengelolaan seperti; (1) aspek
sumber daya manusia, (2) aspek keuangan, (3) aspek material, (4) aspek
pengelolaan dan (4) aspek pasar. Dalam satu wadah organisasi masyarakat yang berbentuk
kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang
unsur-unsur pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan
lebih mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang pendidikan
atau keterampilan yang dibutuhkan.
Perencanaan Kawasan Desa wisata Hal yang sangat
penting diketahui dalam setiap kerja sama individu dalam kelompok, ialah maksud
dan tujuan kerja sama tersebut, dan harus jelas mengetahui metode
pencapaiannya. Bila usaha kelompok itu ingin efektif, orang-orang dalam
kelompok itu harus mengetahui apa yang diharapkan untuk menyelesaikannya,
inilah yang dimaksud dengan fungsi perencanaan. Berdasarkan fungsi perencanaan
tersebut, maka perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan datang, apa
yang akan dilakukan, bilamana akan dilakukan dan siapa yang akan melakukan.
Jelasnya perencanaan dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu dalam waktu yang akan
datang, dan usaha/cara yang efektif untuk pencapaiannya. Oleh karena itu
perencanaan adalah suatu keputusan apa yang diharapkan dalam waktu yang akan
datang. Dalam penyusunan perencanaan kawasan desa wisata merupakan suatu proses
kesinambungan. Sebagai satu proses dalam penyusunan perencanaan kawasan desa
wisata dibutuhkan suatu tindakan pemeliharaan yang terbaik/menguntungkan dari
berbagai alternatif dalam usaha pencapaian tujuan. Mengingat perencanaan
kawasan desa wisata lebih banyak melibatkan peran, partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, maka bentuk perencanaannya lebih menitik beratkan kepada Community
Based Tourism. Pendekatan partisipatif merupakan strategi dalam paradigma
pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat (people centred development).
Strategi ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal dalam mempelajari kondisi dan kehidupan
pedesaan dari dengan atau oleh masyarakat desa yang dikenal sebagai satu
pendekatan Participatory Planning dapat diartikan sebagai metode yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa membuat
rencana dan bertindak. Desa wisata yang bertumpu pada masyarakat merupakan
suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Perencanaan partisipatif dapat dilakukan jika praktisi pembangunan
tidak berperan sebagai perencanaan untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping
dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Wisata pada
suatu desa akan menjadikan suatu perubahan pada kehidupan masyarakat setempat.
Namun untuk membangun desa wisata diperlukan suatu sinergi antara manusia
dengan lingkungan alamnya. Hal ini guna kondisi alam tetap terjaga
kelestariannya dan ciri khas atau karakter kuat dari wisata suatu desa tersebut
tidak hilang.
Saran
Manusia harus
tetap bersinergi terhadap lingkungan guna menjaga kelestarian alam.
Karakter
lingkungan sebagai ciri khas suatu desa harus tetap dipertahankan guna menjaga
daya tarik masyarakat.
DAFTAR
RUJUKAN
Abe,
Alexander. 2001. Perencanaan Daerah: Memperkuat Prakarsa Rakyat dalam Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Identitas :
Judul : Pedoman Umum
Desa Wisata
Uploaded : C. Daru
Setiawan
Isi :
Disini dijelaskan
bagaimana untuk membentuk suatu desa wisata, pada buku ini penulis mencoba
menaikkan sebuah ide bagaimana untuk menjadikan Desa Cirangkong Kab.Subang pada
tahun 2012 menjadi sebuah desa wisata. Untuk membentuk atau membangun desa
wisata ini tentu harus elihat bagaimana potensi sumber daya alam dan potensi
sumber daya manusia yang ada sebagai pensukses terbentuknya desa wisata disana.
Kegiatan wisata
pedesaan dapat memanfaatkan Desa Nelayan,Pertanian,Pertanian.
Komponen desa wisata
seperti atraksi,akomondasi,fasilitas dan pengembangan umum.
Antraksi
disini dimaksudkan adalah suatu atraksi sajian yang tidak biasa dan khas daerah
tersebut, sehingga dengan adanya pertunjukkan ,tontonan atau atraksi yang tidak
biasa akan menarik perhatian dan minat wisatawan untuk berkunjung. Akomodasi
mencaku fasilitas bagi wisatawan seperti transportasi dan penginipan. Sehingga
dengan adanya suatu akomodasi khusus bagi wisatawan akan membuat wisatawan
tertarik karena lebih mudah tidak perlu mencari alat transportasi dan
penginapan sendiri. Fasilitas disini seerti fasilitas untuk bisa mendapatkan
sebuah pengalaman baru, semisal fasilitas untuk bisa belajar bahasa daerah atau
tarian daerah desa tersebut. Disisi pengembangan umum terdapat banyak faktor
semisal faktor keterjangkauan desa untuk bisa dicapai, bagaimana kondisi jalan
dan lain lainnya.
Disini juga dituliskan
manfaat yang diperoleh wisatawan maupun warga desa tersebut apabila ada suatu
desa wisata. Manfaat antara lain
menambah pengalaman wisatawan,menambah citra desa,menciptakan lingkungkan yang
baik.
Penjelasan dalam buku
ini didalamnya juga sangat detail hingga pada tahan penentuan harga harga
fasilitas yang disediakan juga skema bagaimana wisata di desa tersebut akan
berjalan.
Tanggapan : Buku ini
sangat baik untuk dibaca sebagai penambah suatu wawasan akan desa wisata, tidak
hanya itu karena tingkat kedetailan pembahasan dari buku ini menjadikan buku
ini bisa menjadi salah satu referensi untuk membantu membentuk suatu desa
wiata.
BERUBAHNYA
KEARIFAN RAMAH LINGKUNGAN PADA ERA MODERNISASI
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Geografi
Pedesaan
Yang
dibina oleh Bapak Drs.Djoko Soelistijo, M.Si

Oleh
:
Agustinus
Slamet Subekti
M.Luthfi Bahruddin
UNIVERISTAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
NOVEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas karunia serta kuasanya tugas makalah mata kuliah Geografi
Pedesaan telah terselesaikan.
Tugas makalah ini yang bertema mengenai perubahan
masyarakat karena adanya suatu modernisasi. Bersumber dari data sekunder media
massa yang ada dibuatlah tulisan yang ditungkan pada makalah ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan
maupun materi makalah ini. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan
karena keterbatasan kami dan kami mengharapkan adanya kritik dan serta saran
untuk memberikan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya dan bagi semua pihak.
Malang , April 2016
Tim Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar belakang
Pada era modernisasi saat ini, segala
sesuatu dituntut untuk dilakukan dengan cepat dan maksimal. Oleh karena itu,
pada saat ini muncul tekhnologi tekhnologi yang ditawarkan kepada manusia untuk
mempermudah pekerjaannya. Tekhnologi yang ditawarkan pun juga memiliki harga
yang cukup terjangkau.
Indonesia merupakan negara yang memiliki
harapan besar dalam sektor maritim, komoditas ekspor berupa hasil laut digenjot
untuk dapat dijual pada pasar internasional. Indonesia dalam hal ini juga
memang telah mengantongi nilai tambah, bahwa di laut indonesia hidup
beranekaragam hewan laut yang hampir terdapat diseluruh dunia. Tidak hanya itu,
pada laut indonesia juga memiliki kehidupan laut khas yang hanya dapat
ditemukan di perairan Indonesia.
Fakta pada kehidupan Indonesia saat ini,
masih banyak masyarakat pesisir yang jauh dari pusat kota saat ini masih belum
tersentuh dengan adanya modernisasi seperi ini. Dalam halnya untuk melaut
mereka menggunakan perahu yang didayung dengan tenaga manusia, saat menangkap
ikan masih menggunakan jala sederhana. Namun bagi masyarakat pesisir yang
berada dekat dengan kota hal seperti itu tidaklah berlaku. Masyarakat disana
telah mengenal tekhnologi mesin sebagai tenaga perahunya.
Adapun karena tuntutan ekspor maritim
yang begitu besar, masyarakat yang telah mengenal mesin sebagai modernisasi
justru berlebihan dalam menanggapinya. Masyarakat yang sebelumnya masih ramah
terhadap lingkungan,khususnya ekosistem laut kini menjadi brutal. Alat seperti
sengat listrik dan bom digunakan untuk mehasilkan ikan tangkapan lebih banyak.
Hal
ini tentu telah memunculkan suatu perubahan kehidupan masyarakat. Masih
terdapat masyarakat belum mengenal atau tersentuh modernisasi, dan masyarakat
yang telah mengenal modernisasi kini menjadi brutal terhadap lingkungan.
1.2
Rumusan Masalah
1.Apa
penyebab modernisasi belum dirasakan oleh masyarakat pesisir yang jauh dari
pusat kota?
2.Bagaimana
modernisasi masuk kedalam masyarakat pesisir yang tinggal dengan dekat kota?
3.Mengapa
modernisasi merubah seseorang menjadi brutal terhadap lingkungan?
1.3
Tujuan
1.Mengetahui
penyebab masyarakat pesisir yang jauh dari kota hingga saat ini belum merasakan
moderninasi.
2.Mengetahui
proses modernisasi masuk kedalam masyarakat pesisir yang tinggal dekat dengan
pusat kota.
3.Mengetahui
mengapa modernisasi menjadikan seseorang menjadi brutal terhadap lingkungan.
BAB II
Landasan Teori
1. Menurut
Koentjaraningrat, Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan
zaman dan konstelasi duni sekarang.
2. Menurut
Soerjono Soekanto, Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan
sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) dan
didasarkan suatu perencanaan (social palnning).
3. Menurut
Wijoyo Nitisastro, Modernisasi adalah suatu proses transformasi total
dari kehidupan bersama yang bersifat tradisional (pramodern) dalam arti
teknologi suatu organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politis.
4. Menurut
Abdul Syam, Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat.
5. Menurut
Astrid S. Susanto, Modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang
memberikan kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.
6. Menurut
Wibert E. Moore, Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke
arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat
yang telah stabil.
7. Menurut Ougburn dan Nimkoff, Modernisasi adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri kemasa depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.
8. Menurut
Schoorl, Modernisasi adalah penggantian teknik produksi dari cara-cara
tradisional ke cara-cara yang tertampung dalam pengertian Revolusi Industri.
9. Menurut Alex Thio,
Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial berupa perubahan masyarakat
pertanian menjadi masyarakat industri.
10. Menurut Harold Rosenberg,
Modernisasi adalah sebuah tradisi baru yang mengacu pada urbanisasi atau sampai
sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat
berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi
diantaranya:
- Adanya penemuan, perkembangan, serta penguasaan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Perkembangan dibidang politik dan ideologi
(demokratisasi).
- Kemajuan dibidang perekonomian dengan penerapan
sistem efisiensi dan produktivitas.
- Perkembangan dibidang pelaksanaan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Memajukan bidang industri dan pertanian.
- Terciptanya stabilitas nasional agar hidup
tentram, aman dan damai.
Agar modernisasi berjalan lancar perlu dukungan
kebudayaan masyarakat. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong
sekaligus penghambat proses modernisasi. Oleh karena itu, sikap mentaldan nilai
budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau ditolaknya suatu
perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat menjadi pendorong proses
modernisasi antara lain adalah rajin, tepat waktu dan berani mengambil resiko.
BAB III
Metodologi
3.1
Metode Penelitian
a.Jenis
Penelitian
Penulisan
makalah ini bukanlah makalah penelitian ilmiah, namun hanya bersifat data
analisis yang didapakan dari sumber sumber sekunder. Sumber sumber ini tentunya
harus berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir dan perubahan didalamnya
dalam era modernisasi seperti ini.
b.Sumber Data
1.Bahan sekunder yang meliputi :
Makalah, tulisan ilmiah dan situs
internet maupun media massa yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
diteliti dan hasil penelitian berupa definisi dan pendapat hukum.
Situs berita online
Hasil penelitian dan artikel
Jurnal terkait
c.Metode
Analisis
Metode
yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam
penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu sesuai dengan kualitas data yang
diperoleh melalui sumber data sekunder. Pengambilan suatu kesimpulan khusus
berdasarkan metode berfikir secara dedukatif. Pola pikir ini menarik kesimpulan
dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju pernyataan khusus dengan
menggunakan penalaran.
BAB
IV
Pembahasan
Pada
saat ini tentu sudah diketahui oleh semua orang bahwa negara Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah kekayaan
maritim, atau sumber daya hasil laut Indonesia. Kehidupan laut Indonesia hampir
dapat mewakili segala jenis kehidupan laut yang ada di bumi, dan hanya di
Indonesia juga ditemukan beberapa jenis ikan yang memang endemik di perairan
laut Indonesia.
Segi
pemerintah dalam pengelolaannya pun juga tegas. Dengan melihat potensi laut
Indonesia, pemerintah menguapayakan untuk meningkatkan komoditas ekspor negara
berupa hasil laut, seperti tuna,kepiting. Hal ini tentu langkah yang baik,
dengan memanfaatkan segala potensi yang ada guna memajukan kehidupan masyarakat
untuk lebih sejahtera.
Disisi
lain, niat baik ini tidak dapat diikuti oleh masyarakat pesisir yang berada
jauh dari pusat kota. Dimana masyarakat disini hanya mengenal moderninasi tanpa
bisa merasakan adanya dampak baik dari suatu modernisasi. Masyarakat disini
masih melaut dengan peralatan dan perlenkapan seadanya. Perahu yang digunakan
masihlah perahu dayung, proses menangkan ikanpun masih menggunakan jala atau
bahkan harus menombak dengan cara menyelam. Tentu dengan seperti ini hasil
tangkapan yang mereka peroleh tidaklah maksimal.
Bagi
masyarakat pesisir yang tinggal dekat dengan pusat kota, dampak modernisasi
tentu telah dikenal dan dirasakan. Masyarakat disini melaut dengan perahu yang
digerakkan dengan mesin, sehingga pada saat melaut mereka dapat dengan bebas
dan mudah mecari spot yang benar benar banyak ikan bergerombol. Sehingga dengan
adanya modernisasi ini memiliki dampak positif yang telah dapat dirasakan oleh
masyarakat peisisir yang ada dekat dengan pusat kota.
Dampak
lanjut dari modernisasi ini ternyata adalah dampak negatif, dimana masyarakat
tertentu memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi
dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain maupun memikirkan kehidupan
ekosistem laut. Dengan gencarnya ekspor hasil laut, memancing pihak tertentu
untuk bisa mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara menangkap ikan dengan
pengeboman di lokasi yang menjadi tempat berkembang biak ikan. Disisi lain
tentu hal ini bukanlah tindakan yang sesuai dengan kearifan lokal Indonesia
yang dikenal ramah terhadap lingkungan. Tentu hal seperti bisa menumbuhkan
pandangan bahwa adanya modernisasi dapat merubah suatu sifat pada masyarakat
atau perorangan tertentu guna mencapai hasil yang maksimal demi keuntungan
pribadi.
BAB V
Penutupan
5.1
Kesimpulan
Moderniasi
tentu akan memberikan dampak bagi kehidupan manusia, dampak yang muncul dapat
berupa dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak negatif yang muncul dapat
beruba kebrutalan dan keserakahan yang merubah sifat manusia baik dalam
lingkung masyarakat ataupun perserangan. Untuk menangkal dampak negatif dari
adanya modernisasi, kearifan lokal masyarakat yang ramah terhadap lingkungan
merupakan salah satu perisai ampuh.
5.2
Saran
Kearifan
lokal masyarakat yang ada harusnya dipertahankan untuk menangkal dampak negatif
dari adanya modernisasi.
Daftar
Rujukan
Lerner, Daniel, 1983. Memudarnya
Masyarakat Tradisional (terjemahan), Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Suwarsono dan Alvin Y.So, 1991.
Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Tjondronegoro,
Sediono,MP. 1991. Keping-keping Sosiologi dari Pedesaan.
Leibo, J., Sosiologi Pedesaan: Mencari
Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, Andi Offset;
Yogyakarta.
Perbedaan
Desa dan Kota
a. Pola
pemukiman = Pola pemukiman di desa biasanya mengikuti aliran sungai atau
berkumpul dengan sumber air, sementara di kota tempat pemukiman dikota tidak
lagi ditentukan seperti itu. Orang desa mendirikan rumah dekat dengan sumber
air untuk mendaatkan air lebih mudah, untuk kehidupan sehari hari dan mengairi
sawah karena orang desa masih banyak yang bekerja sebagai petani. Sementara
kehidupan dikota tidak bergantung terhadapt sumber air lagi karena adanya PDAM
sebagai salah satu fasilitas penyediaan air.
b. Strata
: Strata atau tingkat kehidupan di desa relatif sama, adapun orang si kaya dan
si miskin tidak membedakan satu sama lain dan antara si kaya dan si miskin
tidak begitu terlihat perbedaannya. Sementara suatu strata pada kehidupan kota
seperti si kaya dan si miskin sangatlah terlihat perbedaannya. Hal ini juga
dapat terlihat pada pola pemukiman rumah. Si kaya mengelompok pada perumahan
atau pemukiman elit, sementara si miskin cenderung hidup di bantaran sungai
yang dekat dengan lingkungan kumuh.
c. Modernisasi
: Di kota yang penuh dengan fasilitas dan sarana prasarana umum dan penuh akan
tekhnologi tentu akan dekat dengan suatu perubahan erutama pada arus
modernisasi. Sementara kehiduan di desa masih tergolong jauh dengan arus modernisasi
, karena fasilitas umum dan sarana prasarana yang masih minim. Kehidupan kota
yang hampir tidak ada lagi suatu adat menjadikan suatu moderninasi lebih bebas
masuk dan diterima pada kehidupan kota. Sementara kehidupan desa yang masih
sangat lekat dengan adat tentu saat ada suatu unsur baru yang masuk , mereka
akan memfilter sesuai tidaknya unsur tersebut untuk diterima.
d. Interaksi
: Kehidupan kota yang menjadi pusat destinasi atau tujuan masyarakat luas tentu
akan membuat kehidupan kota menjadi akan kaya akan perbedaan. Sehingga satu
sama lain akan sulit untuk dipertemukan dan membentuk satu pemikiran yang sama.
Sementara kehidupan di desa yang masyarakatnya relatif homogen tentu akan
membuat interaksi antar warga lebih intensif karena adanya suatu kesamaan.
Sehingga orang suatu desapun sampai mengenal seluruh desanya.
No comments:
Post a Comment