Tuesday, 9 May 2017

GEO PEDESAAN

PENGEMBANGAN POTENSI MELALUI KARAKTERISTIK DESA
ARTIKEL ILMIAH
TUGAS AKHIR MATA KULIAH
Geografi Pedesaan

Yang dibina oleh Bapak Drs.Djoko Soelistijo, M.Si





Oleh :
Agustinus Slamet Subekti








UNIVERISTAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
DESEMBER 2016
ABSTRACT
Proses pemerataan pembangunan di Indonesia menjadikan setiap desa terdorong untuk bertransformasi menjadi desa penyangga perekonomian. Proses transformasi ini salah satunya adalah berubahnya suatu desa untuk berkembang menjadi desa wisata. Desa Karanganyar, Kecamatan Nglegok ,Kabupaten blitar ini salah satunya desa yang berkembang menjadi desa wisata. Adanya kebun kopi dan bangunan belanda dengan arsitektur klasik menambahkan unsur menarik di lokasi ini. Adapun masyarakat luar daerah rela berkunjung ke lokasi ini karena tertarik dengan adanya kafe kopi dengan arsitektur belandanya. Hal ini tentu membuat berkembang dan meningkatnya pendapatan masyarakat Karanganyar sejalan dengan perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat desa Karanganyar. Sehingga tulisan ini diarahkan kepada suatu usaha agar wisata ini tetap terjaga dan semakin berkembang.


PENDAHULUAN
Proses pembangunan di Indonesia dewasa ini lebih mengarah pada proses pembangunan desa yang didorong untuk bertransformasi menjadi penyangga perekonomian. Pembangunan sendiri dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pada hakekatnya pembangunan secara sederhana adalah terjadinya perumbuhan ekonomi (Rustiadi et al., 2009: 119). Proses pembangunan sebagai bentuk proses perbaikan atas masyarakat secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik salah satunya dengan bertransformasi menjadi penyangga perekonomian, dengan mengadakan atau membuat yang sebelumnya hanya sebagai pendorong perekonomian secara makro namun menjadi penyangga perekonomian. Upaya yang dilakukan dalam proses pembangunan ini adalah dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia lebih efektif dan efisien.

Perkebunan Kopi Karanganyar diam diam menjadi fenomenon dan viral dikalangan para traveler. Semenjak perkebunan yang dikelola oleh PT. Harta Mulia ini dibuka sebagai destinasi wisata pada awal 2016, tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung.  Banyak alasan yang membuat perkebunan  ini digandrungi para traveler, salah satunya karena tempat ini memiliki spot-spot foto yang ikonik. Salah satu spot andalan di Perkebunan Kopi Karanganyar adalah sebuah bangunan yang berbentuk menyerupai benteng kuno. Bangunan yang menjadi makot Perkebunan Karanganyar ini ternyata adalah sebuah café. Café tersebut benar-benar menarik.

Selain menyuguhkan keindahan bangunan-bangunan klasik, Perkebunan Karanganyar juga memanjakan pengunjungnya dengan unsur-unsur budaya. Pada sanggar yang terdapat di perkebunan ini, tampak para nayaga menabuh gamelan sambil melantunkan tembang-tembang Jawa yang akan mengiringi langkah para traveler. Perkebunan ini juga memiliki event budaya tahunan yang tak boleh terlewatkan, yakni ritual petik kopi  atau Manten Kopi. Rutual ini diselenggarakan untuk menandai musim petik dan giling. Dilaksanakan di sekitar area perkebunan hingga ke Makam / Punden Nitisari Gadhung Melati dan mata air Kucur 35.

Perkebunan Kopi Karanganyar juga dikembangkan museum purnabakti, museum pusaka, dan camping ground. Hingga tulisan ini diterbitkan perkebunan ini masih terus berbenah dan mengembangkan diri menjadi destinasi  wisata yang lebih komperhensif.

Perkebunan Kopi Karanganyar secara administratif terletak di Dusun Karanganyar, Desa Modangan, Nglegok, Kab. Blitar. Letak perkebunan ini cukup strategis karena berada tak jauh dari Kawasan Wisata Penataran dan sejalur dengan beberapa destinasi wisata Blitar utara lainnya. 


PEMBAHASAN
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan, seperti semakin buruknya kesenjangan pendapatan antara kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan ekonomi, dan lain-lain. Dampak-dampak negatif tersebut di atas disebabkan karena pengembangan pariwisata semata-mata dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata dipersepsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama oleh bidang usaha swasta dan pemerintah. Sementara itu banyak pakar yang mengadari bahwa pariwisata, meskipun membutuhkan lingkungan yang baik, namun bilamana dalam pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kerentanan lingkungan terhadap jumlah wisatawan akan menimbulkan dampak negatif. Dengan tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based, pada satu sisi sangat positif dan bermanfaat, akan tetapi pada sisi lain terlihat belum adanya pendalaman terhadap fungsi lingkungan atau masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya “Nature Related Tourism”.

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata. Ramuan utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah.

Ramuan penting lainnya dalam upaya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setepat. Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsurunsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut. Untuk alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain:
1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata.
 2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya.
3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan dalam “prelemenay, planning” yaitu (1) meskipun berada di wilayah pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata dan (2) potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting, antara lain: 1. Keunikan, keaslian, sifat khas 2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa 3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung 4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya. Perencanaan pariwisata di desa bukanlah tugas yang mudah terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan alam dan budaya yang peka.

Tujuan Tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1) Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai penduduk setempat. 2) Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.
3) Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya, dan agar mereka, mendapat jaminan memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
 4) Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.
 5) Mengembangkan produk wisata desa.

Sasaran
1) Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan / ramah lingkungan.
 2) Memadukan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta membuat kemungkinan alternatif pengembangannya.
3) Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga keselamatan pengunjung.
4) Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan arsitektur bangunan rumah tradisional.
5) Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara, menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat, yang berguna bagi kelengkapan atraksi

Konsep Kawasan Desa wisata Kebudayaan membuat perkampungan dimulai sejak manusia merasa atau terpaksa oleh kebutuhan atas rumah tempat berdiam, kebudayaan perkampungan di mulai sejak manusia mulai menyusun kehidupan masyarakat. Perkampungan masyarakat Sunda memiliki nilai-nilai keunikan, tidak saja karena bentuk fisik kampung yang ditunjang oleh bentuk-bentuk rumah yang berciri khas dan mengandung banyak nilai filosofi dari adat kebiasaan secara khusus. Selain dari rumah, juga tanah tempat rumah itu dibangun (lahan) menjadi bahan perhatian yang tidak kurang pentingnya. Sebagai contoh bumi menduduki tempat utama dalam pandangan hidup orang Sunda. Itulah sebabnya maka rumah (imah) dalam basa Sunda halus disebut Bumi, untuk menegaskan bahwa rumah sangat vital bagi kehidupan manusia. Pola perkampungan masyarakat mencerminkan satu kesatuan yang utuh yang satu sama lain ditampilkan melalui formasi dan komposisi rumah, rumah yang berdekatan, dengan memusat (bertitik pusat) kepada satu bangunan milik orang yang dipertuakan di kampung itu, orang itu disebutnya sesepuh. Pola kampung secara keseluruhan terdiri dari rumah-rumah yang berhubungan dengan berbagai fasilitas yang mencerminkan pola hidup harmonis dalam kesatuan lingkungan, sehingga merupakan perpaduan antara aspekaspek yang keramat (sacral) dan lingkungan yang tetap terpelihara dalam suasana silih asah, silih asih dan silih asuh sebagai satu konsep saling menyayangi di antara keluarga, kerabat dan paling utama adalah cerminan sikap gotong royong masyarakat dalam segala bentuk prilaku dan kehidupan. harmonisasi dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dan lingkungan dalam pola perkampungan yang memiliki kemampuan untuk memberikan penyesuaian dan harmonisasi antara religi dan kemajuan teknologi serta modernisasi.

Pendekatan Kawasan Desa wisata Pentingnya suatu pendekatan dalam proses pembangunan pemodelan agar dalam upaya pembangunan tetap berorientasi kepada kepentingan masyarakat setempat, lingkungan dan peletakan/pembagian zonasi yang tepat dan penataan. Lanskap yang didasarkan kepada kondisi, potensi alam serta karakter sosial, budaya serta ekonomi masyarakat setempat. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
 1. Pendekatan kualitas lingkungan masyarakat, dasar utama yang senantiasa harus dijaga keutuhannya, sehingga situasi konflik tidak akan timbul bila langkah-langkah pendekatan dengan segala kearifan untuk memenuhi fungsi-fungsi timbal balik, estetika, rekreatif, ilmiah dan konservasi. 2. Pendekatan perencanaan fisik yang meliputi daya tampung ruang, pemilihan daya tampung ruang, pemilihan lokasi yang tepat serta peletakan zonasi yang seimbang antara zona inti, zona penyangga, dan zona pelayanan, fisis, tanah, air dan iklim biotis.
 3. Pendekatan terhadap unsur-unsur pariwisata yang dapat dibangun dalam hubungan dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas bagi wisatawan.

Pengelolaan Desa wisata Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik masyarakat yang dikelola secara baik, degan mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam pengelolaan seperti; (1) aspek sumber daya manusia, (2) aspek keuangan, (3) aspek material, (4) aspek pengelolaan dan (4) aspek pasar. Dalam satu wadah organisasi masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang unsur-unsur pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan lebih mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.

Perencanaan Kawasan Desa wisata Hal yang sangat penting diketahui dalam setiap kerja sama individu dalam kelompok, ialah maksud dan tujuan kerja sama tersebut, dan harus jelas mengetahui metode pencapaiannya. Bila usaha kelompok itu ingin efektif, orang-orang dalam kelompok itu harus mengetahui apa yang diharapkan untuk menyelesaikannya, inilah yang dimaksud dengan fungsi perencanaan. Berdasarkan fungsi perencanaan tersebut, maka perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan datang, apa yang akan dilakukan, bilamana akan dilakukan dan siapa yang akan melakukan. Jelasnya perencanaan dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu dalam waktu yang akan datang, dan usaha/cara yang efektif untuk pencapaiannya. Oleh karena itu perencanaan adalah suatu keputusan apa yang diharapkan dalam waktu yang akan datang. Dalam penyusunan perencanaan kawasan desa wisata merupakan suatu proses kesinambungan. Sebagai satu proses dalam penyusunan perencanaan kawasan desa wisata dibutuhkan suatu tindakan pemeliharaan yang terbaik/menguntungkan dari berbagai alternatif dalam usaha pencapaian tujuan. Mengingat perencanaan kawasan desa wisata lebih banyak melibatkan peran, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, maka bentuk perencanaannya lebih menitik beratkan kepada Community Based Tourism. Pendekatan partisipatif merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat (people centred development). Strategi ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal dalam mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dengan atau oleh masyarakat desa yang dikenal sebagai satu pendekatan Participatory Planning dapat diartikan sebagai metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa membuat rencana dan bertindak. Desa wisata yang bertumpu pada masyarakat merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Perencanaan partisipatif dapat dilakukan jika praktisi pembangunan tidak berperan sebagai perencanaan untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat.

PENUTUP
Kesimpulan
Wisata pada suatu desa akan menjadikan suatu perubahan pada kehidupan masyarakat setempat. Namun untuk membangun desa wisata diperlukan suatu sinergi antara manusia dengan lingkungan alamnya. Hal ini guna kondisi alam tetap terjaga kelestariannya dan ciri khas atau karakter kuat dari wisata suatu desa tersebut tidak hilang.

Saran
Manusia harus tetap bersinergi terhadap lingkungan guna menjaga kelestarian alam.
Karakter lingkungan sebagai ciri khas suatu desa harus tetap dipertahankan guna menjaga daya tarik masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN


Abe, Alexander. 2001. Perencanaan Daerah: Memperkuat Prakarsa Rakyat dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.


Identitas :
Judul : Pedoman Umum Desa Wisata
Uploaded : C. Daru Setiawan
Isi :
Disini dijelaskan bagaimana untuk membentuk suatu desa wisata, pada buku ini penulis mencoba menaikkan sebuah ide bagaimana untuk menjadikan Desa Cirangkong Kab.Subang pada tahun 2012 menjadi sebuah desa wisata. Untuk membentuk atau membangun desa wisata ini tentu harus elihat bagaimana potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang ada sebagai pensukses terbentuknya desa wisata disana.
Kegiatan wisata pedesaan dapat memanfaatkan Desa Nelayan,Pertanian,Pertanian.
Komponen desa wisata seperti atraksi,akomondasi,fasilitas dan pengembangan umum.
Antraksi disini dimaksudkan adalah suatu atraksi sajian yang tidak biasa dan khas daerah tersebut, sehingga dengan adanya pertunjukkan ,tontonan atau atraksi yang tidak biasa akan menarik perhatian dan minat wisatawan untuk berkunjung. Akomodasi mencaku fasilitas bagi wisatawan seperti transportasi dan penginipan. Sehingga dengan adanya suatu akomodasi khusus bagi wisatawan akan membuat wisatawan tertarik karena lebih mudah tidak perlu mencari alat transportasi dan penginapan sendiri. Fasilitas disini seerti fasilitas untuk bisa mendapatkan sebuah pengalaman baru, semisal fasilitas untuk bisa belajar bahasa daerah atau tarian daerah desa tersebut. Disisi pengembangan umum terdapat banyak faktor semisal faktor keterjangkauan desa untuk bisa dicapai, bagaimana kondisi jalan dan lain lainnya.
Disini juga dituliskan manfaat yang diperoleh wisatawan maupun warga desa tersebut apabila ada suatu desa wisata. Manfaat  antara lain menambah pengalaman wisatawan,menambah citra desa,menciptakan lingkungkan yang baik.
Penjelasan dalam buku ini didalamnya juga sangat detail hingga pada tahan penentuan harga harga fasilitas yang disediakan juga skema bagaimana wisata di desa tersebut akan berjalan.
Tanggapan : Buku ini sangat baik untuk dibaca sebagai penambah suatu wawasan akan desa wisata, tidak hanya itu karena tingkat kedetailan pembahasan dari buku ini menjadikan buku ini bisa menjadi salah satu referensi untuk membantu membentuk suatu desa wiata.



BERUBAHNYA KEARIFAN RAMAH LINGKUNGAN PADA ERA MODERNISASI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Geografi Pedesaan

Yang dibina oleh Bapak Drs.Djoko Soelistijo, M.Si


Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg


Oleh :
Agustinus Slamet Subekti
                                         M.Luthfi Bahruddin




UNIVERISTAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
NOVEMBER 2016


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia serta kuasanya tugas makalah mata kuliah Geografi Pedesaan telah terselesaikan.
Tugas makalah ini yang bertema mengenai perubahan masyarakat karena adanya suatu modernisasi. Bersumber dari data sekunder media massa yang ada dibuatlah tulisan yang ditungkan pada makalah ini.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan maupun materi makalah ini. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan karena keterbatasan kami dan kami mengharapkan adanya kritik dan serta saran untuk memberikan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi semua pihak.
Malang , April 2016
Tim Penulis










 BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Pada era modernisasi saat ini, segala sesuatu dituntut untuk dilakukan dengan cepat dan maksimal. Oleh karena itu, pada saat ini muncul tekhnologi tekhnologi yang ditawarkan kepada manusia untuk mempermudah pekerjaannya. Tekhnologi yang ditawarkan pun juga memiliki harga yang cukup terjangkau.
Indonesia merupakan negara yang memiliki harapan besar dalam sektor maritim, komoditas ekspor berupa hasil laut digenjot untuk dapat dijual pada pasar internasional. Indonesia dalam hal ini juga memang telah mengantongi nilai tambah, bahwa di laut indonesia hidup beranekaragam hewan laut yang hampir terdapat diseluruh dunia. Tidak hanya itu, pada laut indonesia juga memiliki kehidupan laut khas yang hanya dapat ditemukan di perairan Indonesia.
Fakta pada kehidupan Indonesia saat ini, masih banyak masyarakat pesisir yang jauh dari pusat kota saat ini masih belum tersentuh dengan adanya modernisasi seperi ini. Dalam halnya untuk melaut mereka menggunakan perahu yang didayung dengan tenaga manusia, saat menangkap ikan masih menggunakan jala sederhana. Namun bagi masyarakat pesisir yang berada dekat dengan kota hal seperti itu tidaklah berlaku. Masyarakat disana telah mengenal tekhnologi mesin sebagai tenaga perahunya.
Adapun karena tuntutan ekspor maritim yang begitu besar, masyarakat yang telah mengenal mesin sebagai modernisasi justru berlebihan dalam menanggapinya. Masyarakat yang sebelumnya masih ramah terhadap lingkungan,khususnya ekosistem laut kini menjadi brutal. Alat seperti sengat listrik dan bom digunakan untuk mehasilkan ikan tangkapan lebih banyak.
Hal ini tentu telah memunculkan suatu perubahan kehidupan masyarakat. Masih terdapat masyarakat belum mengenal atau tersentuh modernisasi, dan masyarakat yang telah mengenal modernisasi kini menjadi brutal terhadap lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa penyebab modernisasi belum dirasakan oleh masyarakat pesisir yang jauh dari pusat kota?
2.Bagaimana modernisasi masuk kedalam masyarakat pesisir yang tinggal dengan dekat kota?
3.Mengapa modernisasi merubah seseorang menjadi brutal terhadap lingkungan?


1.3 Tujuan
1.Mengetahui penyebab masyarakat pesisir yang jauh dari kota hingga saat ini belum merasakan moderninasi.
2.Mengetahui proses modernisasi masuk kedalam masyarakat pesisir yang tinggal dekat dengan pusat kota.
3.Mengetahui mengapa modernisasi menjadikan seseorang menjadi brutal terhadap lingkungan.






BAB II
Landasan Teori
1. Menurut Koentjaraningrat, Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi duni sekarang.
2. Menurut Soerjono Soekanto, Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) dan didasarkan suatu perencanaan (social palnning).
3. Menurut Wijoyo Nitisastro, Modernisasi adalah suatu proses transformasi total dari kehidupan bersama yang bersifat tradisional (pramodern) dalam arti teknologi suatu organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politis.
4. Menurut Abdul Syam, Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
5. Menurut Astrid S. Susanto, Modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang memberikan kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.
6. Menurut Wibert E. Moore, Modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.

7. Menurut Ougburn dan Nimkoff, Modernisasi adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri kemasa depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.
8. Menurut Schoorl, Modernisasi adalah penggantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang tertampung dalam pengertian Revolusi Industri.
9. Menurut Alex Thio, Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial berupa perubahan masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri.
10. Menurut Harold Rosenberg, Modernisasi adalah sebuah tradisi baru yang mengacu pada urbanisasi atau sampai sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi diantaranya:
  • Adanya penemuan, perkembangan, serta penguasaan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Perkembangan dibidang politik dan ideologi (demokratisasi).
  • Kemajuan dibidang perekonomian dengan penerapan sistem efisiensi dan produktivitas.
  • Perkembangan dibidang pelaksanaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  • Memajukan bidang industri dan pertanian.
  • Terciptanya stabilitas nasional agar hidup tentram, aman dan damai.
Agar modernisasi berjalan lancar perlu dukungan kebudayaan masyarakat. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong sekaligus penghambat proses modernisasi. Oleh karena itu, sikap mentaldan nilai budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat menjadi pendorong proses modernisasi antara lain adalah rajin, tepat waktu dan berani mengambil resiko.







BAB III
Metodologi
3.1 Metode Penelitian
a.Jenis Penelitian
Penulisan makalah ini bukanlah makalah penelitian ilmiah, namun hanya bersifat data analisis yang didapakan dari sumber sumber sekunder. Sumber sumber ini tentunya harus berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir dan perubahan didalamnya dalam era modernisasi seperti ini.
b.Sumber Data

1.Bahan sekunder yang meliputi :
 Makalah, tulisan ilmiah dan situs internet maupun media massa yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti dan hasil penelitian berupa definisi dan pendapat hukum.
 Situs berita online
 Hasil penelitian dan artikel
 Jurnal terkait

c.Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu sesuai dengan kualitas data yang diperoleh melalui sumber data sekunder. Pengambilan suatu kesimpulan khusus berdasarkan metode berfikir secara dedukatif. Pola pikir ini menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran.


BAB IV
                                          Pembahasan
Pada saat ini tentu sudah diketahui oleh semua orang bahwa negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah kekayaan maritim, atau sumber daya hasil laut Indonesia. Kehidupan laut Indonesia hampir dapat mewakili segala jenis kehidupan laut yang ada di bumi, dan hanya di Indonesia juga ditemukan beberapa jenis ikan yang memang endemik di perairan laut Indonesia.
Segi pemerintah dalam pengelolaannya pun juga tegas. Dengan melihat potensi laut Indonesia, pemerintah menguapayakan untuk meningkatkan komoditas ekspor negara berupa hasil laut, seperti tuna,kepiting. Hal ini tentu langkah yang baik, dengan memanfaatkan segala potensi yang ada guna memajukan kehidupan masyarakat untuk lebih sejahtera.
Disisi lain, niat baik ini tidak dapat diikuti oleh masyarakat pesisir yang berada jauh dari pusat kota. Dimana masyarakat disini hanya mengenal moderninasi tanpa bisa merasakan adanya dampak baik dari suatu modernisasi. Masyarakat disini masih melaut dengan peralatan dan perlenkapan seadanya. Perahu yang digunakan masihlah perahu dayung, proses menangkan ikanpun masih menggunakan jala atau bahkan harus menombak dengan cara menyelam. Tentu dengan seperti ini hasil tangkapan yang mereka peroleh tidaklah maksimal.
Bagi masyarakat pesisir yang tinggal dekat dengan pusat kota, dampak modernisasi tentu telah dikenal dan dirasakan. Masyarakat disini melaut dengan perahu yang digerakkan dengan mesin, sehingga pada saat melaut mereka dapat dengan bebas dan mudah mecari spot yang benar benar banyak ikan bergerombol. Sehingga dengan adanya modernisasi ini memiliki dampak positif yang telah dapat dirasakan oleh masyarakat peisisir yang ada dekat dengan pusat kota.
Dampak lanjut dari modernisasi ini ternyata adalah dampak negatif, dimana masyarakat tertentu memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain maupun memikirkan kehidupan ekosistem laut. Dengan gencarnya ekspor hasil laut, memancing pihak tertentu untuk bisa mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara menangkap ikan dengan pengeboman di lokasi yang menjadi tempat berkembang biak ikan. Disisi lain tentu hal ini bukanlah tindakan yang sesuai dengan kearifan lokal Indonesia yang dikenal ramah terhadap lingkungan. Tentu hal seperti bisa menumbuhkan pandangan bahwa adanya modernisasi dapat merubah suatu sifat pada masyarakat atau perorangan tertentu guna mencapai hasil yang maksimal demi keuntungan pribadi.
















BAB V
Penutupan
5.1 Kesimpulan
Moderniasi tentu akan memberikan dampak bagi kehidupan manusia, dampak yang muncul dapat berupa dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak negatif yang muncul dapat beruba kebrutalan dan keserakahan yang merubah sifat manusia baik dalam lingkung masyarakat ataupun perserangan. Untuk menangkal dampak negatif dari adanya modernisasi, kearifan lokal masyarakat yang ramah terhadap lingkungan merupakan salah satu perisai ampuh.
5.2 Saran
Kearifan lokal masyarakat yang ada harusnya dipertahankan untuk menangkal dampak negatif dari adanya modernisasi.

Daftar Rujukan
Lerner, Daniel, 1983. Memudarnya Masyarakat Tradisional (terjemahan), Gajah    Mada University Press, Yogyakarta.
Suwarsono dan Alvin Y.So, 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Tjondronegoro, Sediono,MP. 1991. Keping-keping Sosiologi dari Pedesaan.
Leibo, J., Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, Andi Offset; Yogyakarta.


Perbedaan Desa dan Kota
a.       Pola pemukiman = Pola pemukiman di desa biasanya mengikuti aliran sungai atau berkumpul dengan sumber air, sementara di kota tempat pemukiman dikota tidak lagi ditentukan seperti itu. Orang desa mendirikan rumah dekat dengan sumber air untuk mendaatkan air lebih mudah, untuk kehidupan sehari hari dan mengairi sawah karena orang desa masih banyak yang bekerja sebagai petani. Sementara kehidupan dikota tidak bergantung terhadapt sumber air lagi karena adanya PDAM sebagai salah satu fasilitas penyediaan air.
b.      Strata : Strata atau tingkat kehidupan di desa relatif sama, adapun orang si kaya dan si miskin tidak membedakan satu sama lain dan antara si kaya dan si miskin tidak begitu terlihat perbedaannya. Sementara suatu strata pada kehidupan kota seperti si kaya dan si miskin sangatlah terlihat perbedaannya. Hal ini juga dapat terlihat pada pola pemukiman rumah. Si kaya mengelompok pada perumahan atau pemukiman elit, sementara si miskin cenderung hidup di bantaran sungai yang dekat dengan lingkungan kumuh.
c.       Modernisasi : Di kota yang penuh dengan fasilitas dan sarana prasarana umum dan penuh akan tekhnologi tentu akan dekat dengan suatu perubahan erutama pada arus modernisasi. Sementara kehiduan di desa masih tergolong jauh dengan arus modernisasi , karena fasilitas umum dan sarana prasarana yang masih minim. Kehidupan kota yang hampir tidak ada lagi suatu adat menjadikan suatu moderninasi lebih bebas masuk dan diterima pada kehidupan kota. Sementara kehidupan desa yang masih sangat lekat dengan adat tentu saat ada suatu unsur baru yang masuk , mereka akan memfilter sesuai tidaknya unsur tersebut untuk diterima.
d.      Interaksi : Kehidupan kota yang menjadi pusat destinasi atau tujuan masyarakat luas tentu akan membuat kehidupan kota menjadi akan kaya akan perbedaan. Sehingga satu sama lain akan sulit untuk dipertemukan dan membentuk satu pemikiran yang sama. Sementara kehidupan di desa yang masyarakatnya relatif homogen tentu akan membuat interaksi antar warga lebih intensif karena adanya suatu kesamaan. Sehingga orang suatu desapun sampai mengenal seluruh desanya.



No comments:

Post a Comment