BENDUNGAN SUTAMI SEBAGAI SALAH
SATU BAGIAN PERUM JASA TIRTA I
Oleh : Agustinus Slamet Subekti
NIM : 150722605704
Email : slametan.sukses@gmail.com
ABSTRAK
Perum Jasa Tirta merupakan salah
satu Perum yang ada di Indonesia yang memiliki peran sebagai menyedia jasa dan
pelayanan dalam suatu pengelolaan sumber daya air. Salah satu dari wujud dari
pengelolaan tersebut ialah Bendungan Sutami yang berada di Karangkates dan
dikelola oleh Perum Jasa Tirta I. Dalam pengelolaan bendungan tentu memiliki
berbagai masalah, baik masalah sosial maupun masalah dari adanya pengelolaan
itu sendiri, salah satunya sedimentasi yang dapat mengurangi kemampuan
bendungan dalam menampung air. Oleh karena itu Jasa Tirta I sebagai pengelola
harus dapat mengatasi masalah masalah yang muncul tersebut, sedimentasi yang
terjadi pada bendungan harus tetap diawasi dan mendapat kontrol yang pada
setiap periode secara berkala dilakukan pengerukan dan pengglontoran. Bedungan
Sutami yang diharapkan bisa bertahan selama 100tahun dan sekarang ini berusia
30tahun tentu tetap harus dirawat dan dijaga agar fungsi dari adanya bendungan
Sutami tetap bisa bertahan dan bermanfaat seperti harapan sebelum pembangunan.
Keywords : perum jasa
tirta,bendungan sutami.
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masih banyak pihak
yang belum mengetahui apa sebenarnya Perum Jasa Tirta, baik peran dan fungsi
dari adanya Perum Jasa Tirta. Perum Jasa Tirta sebagai salah satu penyedia jasa
yaitu sebagai salah satu pengelola sumber daya air di Indonesia dengan salah
satu wujud pengelolaah sumber daya air berupa bendungan, sebagai contoh
bendungan Sutami yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I, yang diharapkan bisa
sebagai alat pendistribusian dan penyedia air yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan umum.
Pengelolaannya tentu
tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, selalu muncul masalah masalah
internal maupun eksternal yang mengganggu dari kinerja bendungan Sutami yang
dikelola oleh perum Jasa Tirta I. Masalah internal yang berasal dari adanya
pembangunan bendungan seperti sedimentasi menjadi salah satu faktor besar yang
mempengaruhi dari kemampuan tampungan air dari bendungan. Masalah sosial yang
muncul dari adanya pembangunan bendungan seperti masalah ganti rugi lahan
kepada pemilik lahan sebelumnya dan mungkin masalah sosial yang muncul akibat
pembagian atau pendistribusian air tidak bisa diterima oleh masyarakat penerima
air yang mungkin keberatan dengan ukuran bagian dari penerimaan bagian atau
jatah air. Sehingga hal ini sangat menarik untuk diulas agar semua pihak
mengetahui bagaimana peran dan fungsi dari Perum Jasa Tirta, dan mengetahui
bagaimana Perum Jasa Tirta mengatasi segala masalah dan kendala yang muncul
dari kegiatan yang dilakukan.
B.RUMUSAN MASALAH
a.Apa itu bendungan?
b.Bagaimana sistim kerja pada
bendungan sutami?
c.Apa fungsi dan peran bendungan
sutami?
d.Apa masalah yang muncul pada
bendungan sutami?
e.Bagaimana mengatasi masalah
yang muncul pada bendungan sutami?
C.TUJUAN
Dengan adanya tulisan
artikel ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui segala sesuatu tentang
Perum Jasa Tirta I khususya sebagai salah satu penyedia jasa layanan air.
Pembaca juga diharapkan mengerti fungsi dan peranan dari adanya suatu
bendungan. Masalah masalah dan kendala kendala eksternal dan internal yang
dihadapi oleh Perum Jasa Tirta I sebagai penyedia jasa pengelolaan air bersih
juga dapat diketahui oleh pembaca dan masyarakat luas. Sehingga dengan semua
pihak yang mngerti akan peran dan fungsi Jasa Tirta sebagai pengelola bendungan
untuk pemanfaatan secara optimal air akan memudahkan kinerja dari Perum Jasa
Tirta untuk pengelolaan air dan bendungan yang dikelola akan terbebas dari
segala masalah dan kendala yang menggangu dari kinerja dari bendungan itu
sendiri.
II.PEMBAHASAN
Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang Bendungan, bahwa bendungan
adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan atau pasangan
batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun
untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur
sehingga terbentuk waduk. Bendungan atau waduk merupakan wadah buatan yang
terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Menurut Peraturan Menteri Nomor
72/PRT/1997, bendungan adalah setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan
atau jenis lainnya yang menampung air atau dapat menampung air, termasuk
pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya,
termasuk juga bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk bendung dan
tanggul.
Sebuah bendungan
berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air
sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk
keperluan, irigasi, air minum, industri atau yang lainnya. Dengan memiliki daya
tampung tersebut sejumlah besar air 7 sungai yang melebihi kebutuhan dapat
disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya
sesuai dengan kebutuhan pada saat diperlukan. Sebuah bendungan dapat dibuat
dari bahan bangunan urugan tanah campur batu berukuran kecil sampai besar atau
dari beton. Bila aliran sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air
yang dialirkan ke luar waduk sesuai dengan kebutuhan, maka isi waduk makin lama
makin penuh dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya, sehingga
permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhirnya melimpas. Untuk mencegah
terjadinya limpasan air pada sebuah bendungan, limpasan air itu dilokalisir
pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi topografi yang
terbaik. Panjang bangunan pelimpah dihitung menurut debit rencana sedemikian
rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik lebih tinggi dari pusat
bendungan dan bahkan biasanya direncanakan agar muka air waduk itu lebih rendah
dari puncak bendungan minimum 5 m. Beda tinggi bervariasi dari 5 - 20 m. Tinggi
bendungan bervariasi dari sekitar 15 m sampai ratusan meter. Disebut dengan
tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan dengan dasar
sungai lama.
Waduk Ir.
Sutami, disebut juga Bendungan Sutami, Waduk Karangkates, atau Bendungan Karangkates, merupakan bendungan yang menciptakan suatu waduk karena tertahannya aliran Sungai Brantas. Waduk ini terletak di Kecamatan
Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Bendungan ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta I. Air waduk ini berasal dari mata air di Gunung Arjuno dan ditambah air hujan.
Waduk Ir. Sutami mempunyai fungsi
sebagai:
1.Pengendali
banjir dengan kala ulang 50 tahun setara 1.650 m3/detik,
2.Pembangkit
listrik dengan
daya 3 x 35.000 kWh (488 juta kWh/tahun),
3Penyediaan
air irigasi 24 m³/dt pada musim kemarau (seluas 34.000 ha) melalui pengaliran
ke hilir,
4.Pariwisata dan perikanan
darat.
Pariwisata di waduk Ir
Sutami saat ini dikelola oleh PJB (PT Pembangkitan
Jawa-Bali) setelah sebelumnya dikelola oleh Perum Jasa Tirta I. Perikanan
disini dilakukan oleh warga setempat dengan menggunakan jaring terampung yang
biasa disebut kerramba (warga menyebut kerambak). Pemeliharaan ikan dengan
memanfaatkan perairan di waduk Ir Sutami ini terjadi semenjak era reformasi,
yang sebelumnya menangkap dan memelihara ikan di perairan ini dilarang oleh
pihak pemilik bendungan. Selain manfaat sebagai sarana pariwisata dan
perikanan, Bendungan Sutami yang juga biasa disebut "dam" oleh
masyarakat setempat ini juga memiliki manfaat lain, yaitu digunakan sebagai
akses oleh para pengentara motor untuk melintas pada siang hari dengan membayar
karcis. Waduk sutami memiliki luas
daerah pengumpulan air 2050 kilometer persegi, dan dengan luas permukaan air 15
kilometer persegi. Selain itu kedalaman maksimal Sutami sebesar 31` meter engan
volume air 343 juta kubik air yang memiliki ketinggian permukaan 297 meter.
Bendungan Sutami merupakan
bendungan tahunan yang memanfaatkan musim penghujaan sebagai sumber dari
ketersediaan jumlah air pada bendungan. Sama halnya seperti bendungan yang lain
bendungan Sutami memiliki pintu pintu dengan ketinggian maksimal tertentu yang
berguna sebagai pintu keluarnya air apabila telah mencapai jumlah volume air
tertetu agar tidak mengalami luapan yang dapat membahayakan dari bendungan
Sutami sendiri. Bendungan Sutami juga memiliki pintu pintu air sebagai pintu
keluarnya air yang diatur oleh petugas untuk mengalirkan air ke suatu tujuan
pada saat pendistribusian air ke wilayah atau daerah selanjutnya, tidak hanya
itu pintu ini juga dibuka pada saat dilakukan pengglontoran air untuk
mengurangi sedimen yang terjadi di bendungan. Namun untuk bendungan Sutami
sendiri tingkat sedimen masih rendah sehingga sampai saat ini belum pernah
dilakukan pengglontoran. Hal ini tentu berbeda dengan bendungan harian
dibawahnya yakni bendungan Wlingi dan Lodoyo yang beberapa waktu lalu dilakukan
penggelontoran untuk mengurangi sedimen yang terjadi.
Peran dan fungsi bendungan
Sutami menurut Perum Jasa Tirta I sebagai alat pengendalian banjir. Dengan
adanya bendungan Sutami juga berperan sebagai penampung air untuk selanjutnya
di distribusikan di wilayah Blitar dan Malang sebagai penunjang kebutuhan air
untuk kehidupan masyarakat. Air yang ditampung juga dimanfaatkan oleh PJB (
Pembangkit listrik Jawa-Bali ) sebagai sumber tenaga pembangkit listrik yang
memiliki peran besar dalam pemenuhan kebutuhan listrik yang sangat besar arti
keberadaanya. Air yang ada juga diolah untuk medapatkan suatu kualitas agar
bisa memenuhi baku mutu sebagai air yang baik untuk diminum, hal ini dilakukan
oleh Perum Jasa Tirta yang pada akhirnya dari adanya air ini membuat produk air
minum kemasan ‘ASA’.
Pada kegiatan yang dilakukan
seperti ini tidak terlepas dari adanya kendala dan masalah yang dihadapi secara
internal maupun eksternal. Masalah eksternal yang mungkin dihadapi adalah
pembagian air pada musim kemarau yang terkadang tidak bisa memenuhi kebutuhan
air yang diperlukan disetiap wilayah, sehingga wilayah tertentu yang seharusnya
bisa mendapatkan bagian air dengan jumlah tertentu tidak mendapatkan
pendistribusian secara penuh dan maksimal yang akhirnya menimbulkan polemik di
tengah masyarakat. Masalah seperti sengketa lahan dengan masyarakat setempat
juga sering dialami pada saat akan dilakukan pembangunan bendungan. Selain
masalah eksternal masalah internal pada bendungan Sutami sendiri juga menjadi
masalah berat yang harus dihadapi, seperti sedimentasi yang berupa tanah liat
yang sangat mengganggu dan mempengaruhi bendungan khususnya pada bendungan
Sutami. Selain material liat juga muncul sampah sampah,dan mungkin adanya unsur
unsur kimia pada bendungan Sutami yang tentunya menimbulkan pencemaran air yang
mengganggu ekosistem air di bendungan Sutami. Sampah sampah dan limbah kimia
tertentu yang ada tentunya muncul akibat aktifitas masyarakat yang membuang
sampah dan adanya aktifitas pertanian di daerah daerah aliran sungai yang
mengalir menuju bendungan Sutami.
Berbagai masalah internal
dan eksternal yang muncul tentu memerlukan suatu penanganan. Masalah eksternal
atau masalah yang timbul dari pihak luar seperti sengketa lahan pada
pembangunan bendungan Sutami sendiri tidak terjadi seperti masalah yang mungkin
muncul pada saat pembangunan yang dilakukan di daerah lain. Hal ini diatasi
dengan adanya transmigrasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah untuk
menyediakan lahan pengganti di Kalimantan sebagai kompensasi dari adanya
rencanan pembangunan bendungan Sutami seperti yang dituturkan oleh Pak Aman
selaku Kepala Divisi Bendungan Sutami.
Masalah yang muncul pada
bendungan seperti sedimentasi diatasi dengan adanya upaya pengerukan dengan
eskavator maupun penggelontoran untuk menghilangkan sedimentasi yang terjadi di
bendungan, pada bendungan Sutami sendiri untuk penggelontoran sedimentasi belum
pernah dilakukan hanya saja dilakukan pengerukan dengan alat berat mengingat
sedimentasi yang terjadi pada bendungan Sutami belum terlalu besar, selain hal
ini tindakan preventif juga dilakukan dengan penanaman pohon akar kuat yang
dilakukan di daerah pinggiran sungai guna mengurangi erosi.
Hal ini dilakukan dengan
melakukan kerja sama dengan pihak pihak terkait. Masalah sampah sampah yang ada
di sungai diatasi dengan penggiatan kegiatan dengan siswa siswa SMP hingga SMA
pada suatu waktu tertentu terjun kesungai untuk membersihkan aliran sungai dari
sampah sampah. Selain itu kegiatan terjun langsung ke sungai juga dilakukan
untuk mengecek secara langsung kondisi aliran dan kualitas air sungai. Kondisi
ekosistem air sungai dapat dinilai dengan melihat keadaan sungai secara
langsung. Beberapa indikatornya adalah kejernihan air, dan adanya hewan hewan
air seperti anggang-anggang yang hidup diatas permukaan air.
Masalah blooming yang muncul
karena adanya unsur unsur kimia seperti pupuk pupuk kimia karena aktfitas
pertanian. Blooming atau ledakan populasi ini pada umumnya berupa ledakan
populasi dari eceng gondok yang juga menyebabkan macetnya aliran air. Hal
seperti ini diatasi dengan menebar ikan pemakan eceng gondok agar eceng gondok
berkurang. Karena apabila dibiarkan keberadaan dari eceng gondok yang meledak
akan membuat ketidakseimbangan ekosistem dan bahkan karena banyaknya eceng gondok
yang hidup juga membuat banyak eceng gondok yang mati sehingga menimbulkan bau
yang tidak sedap hingga radius beberapa kilometer tutur Kepala Bagian
Komunikasi Perum Jasa Tirta I.
III.PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Bendungan Sutami merupakan salah satu bangunan
bendungan yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I.
2.Bendungan Sutami memiliki peran penting bagi pemenuhan
kebutuhan air masyarakat dan sebagai salah satu penyumbang besar akan kebutuhan
listrik Jawa-Bali.
3.Aktifitas dari kinerja bendungan tidak terlepas dari
berbagai masalah baik internal maupun eksternal.
4..Masalah eksternal merupakan masalah yang muncul dari
luar proses kerja bendungan.
5..Masalah internal bendungan merupakan masalah yang
muncul dari proses kinerja bendungan seperti sedimen.
B.SARAN
1.Sosialisasi akan penggunaan pupuk kimia dan larangan
membuang sampah di sungai harus digiatkan untuk mengurangi kadar kimia dan
pencemaran berlebih pada air.
2.Sosialisasi akan peran dan fungsi bendungan yang
dikelola oleh jasa Tirta harus digiatkan.
3.Usaha konservasi lahan daerah tepian sungai dengan
penanaman pohon-pohon harus dilakukan oleh semua pihak.
No comments:
Post a Comment