Tuesday, 2 May 2017

DASAR PERENCANAAN WILAYAH SMT 4

MAKALAH
DASAR DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
PENGEMBANGAN POTENSI KOTA BLITAR MELALUI SEKTOR TERSIER


















BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
RTRW Kota Blitar diatur dalam Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2011-2030. Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Kota Blitar sebagai kota wisata kebangsaan yang didukung oleh sektor perdagangan dan jasa yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.Tujuan tersebut didasarkan pada potensi dan karakteristik yang ada di wilayah Kota Blitar, diantaranya yaitu Kota Blitar memiliki banyak lokasi pariwisata yang bersifat kebangsaan/kepahlawanan, salah satunya yaitu adanya makam Sang Proklamator RI Presiden Soekarno serta berkembangnya sektor perdagangan dan jasa terutama di pusat kota. Oleh karena itu, Kota Blitar harus berusaha mempertahankan dan mengoptimalkan potensi-potensi tersebut agar dapat sustain/ berkelanjutan. Jadi, pada dasarnya, terdapat 4 (empat) kunci dalam tujuan di atas, yaitu:

1. Wisata Kebangsaan; Kota Blitar disebut sebagai Kota Patria karena aspek patriotik dan sejarah-sejarah kebangsaan dan kepahlawanan sangatlah kental di kota ini. Peninggalan-peninggalan sejarah dan tapak tilas perjuangan para pahlawanan banyak terdapat di Kota Blitar. Hal ini dimanfaatkan Kota Blitar sebagai daerah wisata, selain guna mengenang jasa pahlawan juga untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepahlawanan dan kebangsaan, cinta tanah air kepada masyarakat luas pada umumnya dan kepada para generasi bangsa terutama pemuda pemudi Kota Blitar pada khususnya.

2.Pengembangan sektor perdagangan dan jasa; adanya pengembangan dan peningkatan pariwisata di Kota Blitar secara langsung akan berimbas pada sektor perdagangan dan jasa, dimana sektor inilah yang akan mendukung pariwisata yang ada. Banyaknya pengunjung tentu membutuhkan berbagai kebutuhan yang tentunya dapat disediakan melalui adanya perdagangan dan jasa disekitar lokasi wisata tersebut; Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kota Blitar, selanjutnya tujuan tersebut akan dijabarkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan strategi pengembangan penataan ruang kota. Kebijakan penataan ruang kota Kota Blitar meliputi:

a. pengembangan wisata kebangsaan dan wisata lainnya;
b. pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat hubungan antar
kawasan;
c. peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan;
d. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana lingku
ngan permukiman;
e. pelestarian kawasan cagar budaya;
f. penetapan kawasan-kawasan strategis kota.
Sehingga dengan adanya ruang tata rencana wilayah yang sedemikian rupa diharapkan, kota Blitar terus berkembang dan tumbuh tingkat kesejahteraan masyarakatnya dari hasil maksimal sektor sektor yang ada di kota Blitar.
Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria dan Kota Proklamator secara legal formal didirikan pada tanggal 1 April 1906. Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Blitar. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah kota, tidak serta-merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi di kota-kota besar. Luas wilayahnyapun tidak mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih tergolong antara klasifikasi kota kecil dan kota besar. Namun dalam konteks pengembangan kota, maka secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga belum menjadi kota besar. Di kota ini tempat disemayamkan Bung Karno, Sang Proklamator, Presiden Pertama RI, idiolog dan pemikir besar dunia yang dikagumi baik oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kota Blitar juga merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana sebelum dicetuskannya Proklamasi ditempat ini telah diserukan kemerdekaan Indonesia yang diikuti dengan pengibaran Sang Merah Putih yang kemudian berujung pada Pemberontakan PETA oleh Sodanco Supriyadi.


Masyarakat Kota Blitar sangat bangga sebagai pewaris Aryo Blitar, pewaris Soeprijadi dan pewaris Soekarno. Pemerintah Kota Blitar sadar akan hal inisehingga semangat itu dilestarikan dan dikobarkan, dimanfaatkan sebagi modal pembangunan ke depan. Akronim PATRIA tersusun dari kata PETA, yang diambil dari legenda Soedanco Soeprijadi yang memimpin pemberontakan satuan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar pada Jaman Penjajahan Jepang, serta dari kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Selain itu, kata PATRIA memang sengaja dipilih karena didalamnya mengandung makna "Cinta tanah air". Sehingga dengan menyebut kata PATRIA orang akan terbayang kobaran semangat nasionalisme yang telah ditunjukkan oleh para patriot bangsa yang ada di Kota Blitar melalui roh perjuangannya masing-masing.

Pengembangan wilayah dalam bentuk penambahan luasan wilayah sudah tidak memungkinkan. Namun demikian, potensi pengembangan wilayah bagi Kota Blitar dapat diartikan dengan pengembangan kemampuan wilayah. Hal ini mengingat dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, dan semakin banyaknya jenis kegiatan usaha baik dari segi perdagangan dan jasa, maupun industri pengolahan, akan menimbulkan tuntutan pengembangan wilayah yang juga semakin besar. Dorongan terhadap pengembangan wilayah tersebut merupakan bentuk-bentuk tuntutan dari kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan pelayanan baik dari sektor pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan dan jasa, komunikasi serta berbagai bentuk tuntutan pelayanan yang lainnya . Karena keterbatasan lahan, Kota Blitar tidak memiliki potensi sumber daya alam yang memadai. Penggerak ekonomi Kota Blitar tidak dari sektor primer, tetapi sektor tersier terutama perdagangan barang dan jasa sehingga pengembangan wilayah diarahkan pada pengembangan kawasan wisata dan kawasan perdagangan barang dan jasa. Potensi pengembangan wisata Kota Blitar relatif besar dengan keberadaan Makam Bung Karno sebagai icon wisata Kota Blitar. Setiap tahun banyak
wisatawan yang mengunjungi Kota Blitar terutama untuk mengunjungi makam Bung Karno.

Berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Kota Blitar diantaranya Makam Bung Karno, Perpustakaan Proklamator, Istana Gebang, Waterpark Sumber Udel dan Pemandian Herlingga Jaya mengalami kenaikan dari 1.200.465 pengunjung di tahun 2011 meningkat menjadi 2.162.455 pengunjung di tahun 2015. Berdasarkan potensi di atas , maka di RTRW Kota Blitar 2010-2030, kawasan wisata ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis. Ada 3 kawasan strategis yang akan dikembangkan meliputi kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya dan kawasan strategi aspek lingkungan. Khusus kawasan strategis sosial budaya terdiri dari kawasan wisata Makam Bung Karno dan Kawasan Wisata Perjuangan PETA.



1.2Rumusan Masalah
1.Apa yang menjadi sektor andalan Kota Blitar?
2.Dimana wilayah yang masih memperlukan pengembangan khusus?
3.Bagaimana kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini?

1.3Tujuan
1.Mengetahui sektor andalan Kota Blitar.
2.Mengetahui wilayah yang masih membutuhkan suatu pengembangan khusus.
3.Mengetahui kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini.



BAB II
ISI
Kota Blitar merupakan kota yang menerapkan suatu strategi dalam sektor tersier berupa industri dan pariwisata. Ada banyak sektor pariwisata saat ini seperti, Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno, Pemandian Sumber Udel, Pemandian Herlingga, dan Istana Gebang. Makan Bung Karno dan Perpustakaan Bung merupakan suatu object kompleks yang berdekataan sehingga menjadi suatu paket wisata. Makam Bung Karno selalu ramai dari kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Selain itu dalam object wisata ini terdapat lapak lapak pedagang yang menjual oleh oleh khas Kota Blitar. Ditunjang dengan sistim pemerintah yang melakukan perekrutan pengayuh becak untuk menghantarkan wisatawan berkeliling object wisata. Pengayuh becak ini hanya dapat dijumpai di kompleks wisata Makam Bung Karno saja, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri berkerjasama dengan pemerintah kota.
Selanjutnya adalah objek wisata Istana Gebang, daya tarik dari wisata ini adalah sejaranya, yang masih terikat kuat dengan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu, Ir.Soekarno. Istana Gebang adalah suatu rumah yang dulunya pernah menjadi rumah tempat tinggal Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Dinding dinding rumah terdapat foto foto presiden Ir.Soekarno, dan juga masih terawatnya kondisi meja, kursi, maupun ranjang tidur keluarga presiden Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Objek lainnya yang sedikit berbeda, objek wisata ini berupa kolam pemandian yaitu Sumber Udel dan Herlingga Jaya. Herlingga Jaya merupakan salah satu pemandian yang telah lama ada, namun untuk wisatawannya terbilang menurun, dan kini pemerintah Kota Blitar mencoba untuk melakukan renovasi guna menarik wisatawan. Pemandian kedua adalah kolam pemandian Sumber Udel, kolam pemandian ini sudah sangat lama keberadaannya, yang dulu merupakan kolam pemandian biasa, namun kini menjadi suatu kolam pemandian dengan berbagai fasilitas baru seperti, karaoke dan caffe yang bisa menambah daya tarik wisatawan. Seringkali dijumpai rombongan wisatawan dengan bus bus besar yang mampir pada objek wisata Sumber Udel. Hal ini tentu menjadi parameter bahwa Sumber Udel telah mampu menjadi salah satu objek wisata yang diminati.
            Di sisi lain dari sektor pariwisata, Kota Blitar juga banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau industri dengan bahan baku kayu.  Industri makanan beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing dan pembuatan wajik kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus bagi Kota Blitar terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di petik sendiri dari perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri menjadi keripik, sirup, dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri makanan kedua adalah wajik kletik, Industri makanan ini juga merupakan home industri dengan sistim padat karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh khas yang wajib dibawa apabila mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung ke Kota Blitar namun tidak membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home industri wajik ini cukup dengan dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup membutuhkan waktu 5 menit dengan jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya. Industri makanan wajik ini masih dalam satu kecamatan dengan wisata Makan Bung Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan Wetan.
            Industri lain berupa industri dengan bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul. Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe. Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
            Realitas yang terjadi di Kota Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi, dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini dikarenakan masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang dan pemerintah Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat penghasilan mereka menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu efektivitas yang lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat ini telah banyak hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti pembebasan biaya sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya SMA kembali lagi diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta kebijakan yang tepat telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak begitu banyak polemik yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang terus berkembang dari semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.













BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.

3.2Saran
1.Perlu dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.

2.Pemanfaatan SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang maksimal.MAKALAH
DASAR DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
PENGEMBANGAN POTENSI KOTA BLITAR MELALUI SEKTOR TERSIER


















BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
RTRW Kota Blitar diatur dalam Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2011-2030. Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Kota Blitar sebagai kota wisata kebangsaan yang didukung oleh sektor perdagangan dan jasa yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.Tujuan tersebut didasarkan pada potensi dan karakteristik yang ada di wilayah Kota Blitar, diantaranya yaitu Kota Blitar memiliki banyak lokasi pariwisata yang bersifat kebangsaan/kepahlawanan, salah satunya yaitu adanya makam Sang Proklamator RI Presiden Soekarno serta berkembangnya sektor perdagangan dan jasa terutama di pusat kota. Oleh karena itu, Kota Blitar harus berusaha mempertahankan dan mengoptimalkan potensi-potensi tersebut agar dapat sustain/ berkelanjutan. Jadi, pada dasarnya, terdapat 4 (empat) kunci dalam tujuan di atas, yaitu:

1. Wisata Kebangsaan; Kota Blitar disebut sebagai Kota Patria karena aspek patriotik dan sejarah-sejarah kebangsaan dan kepahlawanan sangatlah kental di kota ini. Peninggalan-peninggalan sejarah dan tapak tilas perjuangan para pahlawanan banyak terdapat di Kota Blitar. Hal ini dimanfaatkan Kota Blitar sebagai daerah wisata, selain guna mengenang jasa pahlawan juga untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepahlawanan dan kebangsaan, cinta tanah air kepada masyarakat luas pada umumnya dan kepada para generasi bangsa terutama pemuda pemudi Kota Blitar pada khususnya.

2.Pengembangan sektor perdagangan dan jasa; adanya pengembangan dan peningkatan pariwisata di Kota Blitar secara langsung akan berimbas pada sektor perdagangan dan jasa, dimana sektor inilah yang akan mendukung pariwisata yang ada. Banyaknya pengunjung tentu membutuhkan berbagai kebutuhan yang tentunya dapat disediakan melalui adanya perdagangan dan jasa disekitar lokasi wisata tersebut; Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kota Blitar, selanjutnya tujuan tersebut akan dijabarkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan strategi pengembangan penataan ruang kota. Kebijakan penataan ruang kota Kota Blitar meliputi:

a. pengembangan wisata kebangsaan dan wisata lainnya;
b. pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat hubungan antar
kawasan;
c. peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan;
d. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana lingku
ngan permukiman;
e. pelestarian kawasan cagar budaya;
f. penetapan kawasan-kawasan strategis kota.
Sehingga dengan adanya ruang tata rencana wilayah yang sedemikian rupa diharapkan, kota Blitar terus berkembang dan tumbuh tingkat kesejahteraan masyarakatnya dari hasil maksimal sektor sektor yang ada di kota Blitar.
Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria dan Kota Proklamator secara legal formal didirikan pada tanggal 1 April 1906. Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Blitar. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah kota, tidak serta-merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi di kota-kota besar. Luas wilayahnyapun tidak mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih tergolong antara klasifikasi kota kecil dan kota besar. Namun dalam konteks pengembangan kota, maka secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga belum menjadi kota besar. Di kota ini tempat disemayamkan Bung Karno, Sang Proklamator, Presiden Pertama RI, idiolog dan pemikir besar dunia yang dikagumi baik oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kota Blitar juga merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana sebelum dicetuskannya Proklamasi ditempat ini telah diserukan kemerdekaan Indonesia yang diikuti dengan pengibaran Sang Merah Putih yang kemudian berujung pada Pemberontakan PETA oleh Sodanco Supriyadi.


Masyarakat Kota Blitar sangat bangga sebagai pewaris Aryo Blitar, pewaris Soeprijadi dan pewaris Soekarno. Pemerintah Kota Blitar sadar akan hal inisehingga semangat itu dilestarikan dan dikobarkan, dimanfaatkan sebagi modal pembangunan ke depan. Akronim PATRIA tersusun dari kata PETA, yang diambil dari legenda Soedanco Soeprijadi yang memimpin pemberontakan satuan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar pada Jaman Penjajahan Jepang, serta dari kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Selain itu, kata PATRIA memang sengaja dipilih karena didalamnya mengandung makna "Cinta tanah air". Sehingga dengan menyebut kata PATRIA orang akan terbayang kobaran semangat nasionalisme yang telah ditunjukkan oleh para patriot bangsa yang ada di Kota Blitar melalui roh perjuangannya masing-masing.

Pengembangan wilayah dalam bentuk penambahan luasan wilayah sudah tidak memungkinkan. Namun demikian, potensi pengembangan wilayah bagi Kota Blitar dapat diartikan dengan pengembangan kemampuan wilayah. Hal ini mengingat dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, dan semakin banyaknya jenis kegiatan usaha baik dari segi perdagangan dan jasa, maupun industri pengolahan, akan menimbulkan tuntutan pengembangan wilayah yang juga semakin besar. Dorongan terhadap pengembangan wilayah tersebut merupakan bentuk-bentuk tuntutan dari kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan pelayanan baik dari sektor pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan dan jasa, komunikasi serta berbagai bentuk tuntutan pelayanan yang lainnya . Karena keterbatasan lahan, Kota Blitar tidak memiliki potensi sumber daya alam yang memadai. Penggerak ekonomi Kota Blitar tidak dari sektor primer, tetapi sektor tersier terutama perdagangan barang dan jasa sehingga pengembangan wilayah diarahkan pada pengembangan kawasan wisata dan kawasan perdagangan barang dan jasa. Potensi pengembangan wisata Kota Blitar relatif besar dengan keberadaan Makam Bung Karno sebagai icon wisata Kota Blitar. Setiap tahun banyak
wisatawan yang mengunjungi Kota Blitar terutama untuk mengunjungi makam Bung Karno.

Berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Kota Blitar diantaranya Makam Bung Karno, Perpustakaan Proklamator, Istana Gebang, Waterpark Sumber Udel dan Pemandian Herlingga Jaya mengalami kenaikan dari 1.200.465 pengunjung di tahun 2011 meningkat menjadi 2.162.455 pengunjung di tahun 2015. Berdasarkan potensi di atas , maka di RTRW Kota Blitar 2010-2030, kawasan wisata ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis. Ada 3 kawasan strategis yang akan dikembangkan meliputi kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya dan kawasan strategi aspek lingkungan. Khusus kawasan strategis sosial budaya terdiri dari kawasan wisata Makam Bung Karno dan Kawasan Wisata Perjuangan PETA.



1.2Rumusan Masalah
1.Apa yang menjadi sektor andalan Kota Blitar?
2.Dimana wilayah yang masih memperlukan pengembangan khusus?
3.Bagaimana kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini?

1.3Tujuan
1.Mengetahui sektor andalan Kota Blitar.
2.Mengetahui wilayah yang masih membutuhkan suatu pengembangan khusus.
3.Mengetahui kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini.



BAB II
ISI
Kota Blitar merupakan kota yang menerapkan suatu strategi dalam sektor tersier berupa industri dan pariwisata. Ada banyak sektor pariwisata saat ini seperti, Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno, Pemandian Sumber Udel, Pemandian Herlingga, dan Istana Gebang. Makan Bung Karno dan Perpustakaan Bung merupakan suatu object kompleks yang berdekataan sehingga menjadi suatu paket wisata. Makam Bung Karno selalu ramai dari kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Selain itu dalam object wisata ini terdapat lapak lapak pedagang yang menjual oleh oleh khas Kota Blitar. Ditunjang dengan sistim pemerintah yang melakukan perekrutan pengayuh becak untuk menghantarkan wisatawan berkeliling object wisata. Pengayuh becak ini hanya dapat dijumpai di kompleks wisata Makam Bung Karno saja, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri berkerjasama dengan pemerintah kota.
Selanjutnya adalah objek wisata Istana Gebang, daya tarik dari wisata ini adalah sejaranya, yang masih terikat kuat dengan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu, Ir.Soekarno. Istana Gebang adalah suatu rumah yang dulunya pernah menjadi rumah tempat tinggal Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Dinding dinding rumah terdapat foto foto presiden Ir.Soekarno, dan juga masih terawatnya kondisi meja, kursi, maupun ranjang tidur keluarga presiden Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Objek lainnya yang sedikit berbeda, objek wisata ini berupa kolam pemandian yaitu Sumber Udel dan Herlingga Jaya. Herlingga Jaya merupakan salah satu pemandian yang telah lama ada, namun untuk wisatawannya terbilang menurun, dan kini pemerintah Kota Blitar mencoba untuk melakukan renovasi guna menarik wisatawan. Pemandian kedua adalah kolam pemandian Sumber Udel, kolam pemandian ini sudah sangat lama keberadaannya, yang dulu merupakan kolam pemandian biasa, namun kini menjadi suatu kolam pemandian dengan berbagai fasilitas baru seperti, karaoke dan caffe yang bisa menambah daya tarik wisatawan. Seringkali dijumpai rombongan wisatawan dengan bus bus besar yang mampir pada objek wisata Sumber Udel. Hal ini tentu menjadi parameter bahwa Sumber Udel telah mampu menjadi salah satu objek wisata yang diminati.
            Di sisi lain dari sektor pariwisata, Kota Blitar juga banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau industri dengan bahan baku kayu.  Industri makanan beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing dan pembuatan wajik kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus bagi Kota Blitar terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di petik sendiri dari perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri menjadi keripik, sirup, dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri makanan kedua adalah wajik kletik, Industri makanan ini juga merupakan home industri dengan sistim padat karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh khas yang wajib dibawa apabila mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung ke Kota Blitar namun tidak membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home industri wajik ini cukup dengan dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup membutuhkan waktu 5 menit dengan jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya. Industri makanan wajik ini masih dalam satu kecamatan dengan wisata Makan Bung Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan Wetan.
            Industri lain berupa industri dengan bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul. Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe. Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
            Realitas yang terjadi di Kota Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi, dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini dikarenakan masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang dan pemerintah Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat penghasilan mereka menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu efektivitas yang lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat ini telah banyak hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti pembebasan biaya sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya SMA kembali lagi diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta kebijakan yang tepat telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak begitu banyak polemik yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang terus berkembang dari semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.













BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.

3.2Saran
1.Perlu dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.
2.Pemanfaatan SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang maksimal.

No comments:

Post a Comment