MAKALAH
DASAR
DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
PENGEMBANGAN
POTENSI KOTA BLITAR MELALUI SEKTOR TERSIER
BAB
I
Pendahuluan
Latar
Belakang
RTRW Kota Blitar diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Blitar Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun
2011-2030. Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Kota Blitar sebagai kota
wisata kebangsaan yang didukung oleh sektor perdagangan dan jasa yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.Tujuan tersebut didasarkan pada potensi
dan karakteristik yang ada di wilayah Kota Blitar, diantaranya yaitu Kota
Blitar memiliki banyak lokasi pariwisata yang bersifat kebangsaan/kepahlawanan,
salah satunya yaitu adanya makam Sang Proklamator RI Presiden Soekarno serta
berkembangnya sektor perdagangan dan jasa terutama di pusat kota. Oleh karena
itu, Kota Blitar harus berusaha mempertahankan dan mengoptimalkan
potensi-potensi tersebut agar dapat sustain/ berkelanjutan. Jadi, pada
dasarnya, terdapat 4 (empat) kunci dalam tujuan di atas, yaitu:
1.
Wisata Kebangsaan; Kota Blitar disebut sebagai Kota Patria karena aspek
patriotik dan sejarah-sejarah kebangsaan dan kepahlawanan sangatlah kental di
kota ini. Peninggalan-peninggalan sejarah dan tapak tilas perjuangan para
pahlawanan banyak terdapat di Kota Blitar. Hal ini dimanfaatkan Kota Blitar
sebagai daerah wisata, selain guna mengenang jasa pahlawan juga untuk
menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepahlawanan dan kebangsaan, cinta tanah air
kepada masyarakat luas pada umumnya dan kepada para generasi bangsa terutama
pemuda pemudi Kota Blitar pada khususnya.
2.Pengembangan
sektor perdagangan dan jasa; adanya pengembangan dan peningkatan pariwisata di
Kota Blitar secara langsung akan berimbas pada sektor perdagangan dan jasa,
dimana sektor inilah yang akan mendukung pariwisata yang ada. Banyaknya
pengunjung tentu membutuhkan berbagai kebutuhan yang tentunya dapat disediakan
melalui adanya perdagangan dan jasa disekitar lokasi wisata tersebut; Untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang Kota Blitar, selanjutnya tujuan tersebut akan
dijabarkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan strategi pengembangan penataan
ruang kota. Kebijakan penataan ruang kota Kota Blitar meliputi:
a.
pengembangan wisata kebangsaan dan wisata lainnya;
b.
pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat hubungan antar
kawasan;
c.
peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan;
d.
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana lingku
ngan
permukiman;
e.
pelestarian kawasan cagar budaya;
f.
penetapan kawasan-kawasan strategis kota.
Sehingga
dengan adanya ruang tata rencana wilayah yang sedemikian rupa diharapkan, kota
Blitar terus berkembang dan tumbuh tingkat kesejahteraan masyarakatnya dari
hasil maksimal sektor sektor yang ada di kota Blitar.
Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria
dan Kota Proklamator secara legal formal didirikan pada tanggal 1 April 1906.
Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi
Kota Blitar. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah kota, tidak
serta-merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi
di kota-kota besar. Luas wilayahnyapun tidak mencerminkan sebuah kota yang
cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih
tergolong antara klasifikasi kota kecil dan kota besar. Namun dalam konteks
pengembangan kota, maka secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga
belum menjadi kota besar. Di kota ini tempat disemayamkan Bung Karno, Sang
Proklamator, Presiden Pertama RI, idiolog dan pemikir besar dunia yang dikagumi
baik oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kota Blitar juga
merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana sebelum
dicetuskannya Proklamasi ditempat ini telah diserukan kemerdekaan Indonesia
yang diikuti dengan pengibaran Sang Merah Putih yang kemudian berujung pada Pemberontakan
PETA oleh Sodanco Supriyadi.
Masyarakat Kota Blitar sangat bangga sebagai pewaris
Aryo Blitar, pewaris Soeprijadi dan pewaris Soekarno. Pemerintah Kota Blitar
sadar akan hal inisehingga semangat itu dilestarikan dan dikobarkan, dimanfaatkan
sebagi modal pembangunan ke depan. Akronim PATRIA tersusun dari kata PETA, yang
diambil dari legenda Soedanco Soeprijadi yang memimpin pemberontakan satuan
Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar pada Jaman Penjajahan Jepang, serta dari
kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Selain itu, kata PATRIA memang sengaja dipilih
karena didalamnya mengandung makna "Cinta tanah air". Sehingga dengan
menyebut kata PATRIA orang akan terbayang kobaran semangat nasionalisme yang
telah ditunjukkan oleh para patriot bangsa yang ada di Kota Blitar melalui roh
perjuangannya masing-masing.
Pengembangan wilayah dalam bentuk penambahan luasan
wilayah sudah tidak memungkinkan. Namun demikian, potensi pengembangan wilayah
bagi Kota Blitar dapat diartikan dengan pengembangan kemampuan wilayah. Hal ini
mengingat dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, dan semakin banyaknya
jenis kegiatan usaha baik dari segi perdagangan dan jasa, maupun industri pengolahan,
akan menimbulkan tuntutan pengembangan wilayah yang juga semakin besar.
Dorongan terhadap pengembangan wilayah tersebut merupakan bentuk-bentuk
tuntutan dari kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan pelayanan baik dari
sektor pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan dan jasa, komunikasi serta
berbagai bentuk tuntutan pelayanan yang lainnya . Karena keterbatasan lahan,
Kota Blitar tidak memiliki potensi sumber daya alam yang memadai. Penggerak
ekonomi Kota Blitar tidak dari sektor primer, tetapi sektor tersier terutama
perdagangan barang dan jasa sehingga pengembangan wilayah diarahkan pada
pengembangan kawasan wisata dan kawasan perdagangan barang dan jasa. Potensi
pengembangan wisata Kota Blitar relatif besar dengan keberadaan Makam Bung
Karno sebagai icon wisata Kota Blitar. Setiap tahun banyak
wisatawan
yang mengunjungi Kota Blitar terutama untuk mengunjungi makam Bung Karno.
Berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
obyek wisata Kota Blitar diantaranya Makam Bung Karno, Perpustakaan
Proklamator, Istana Gebang, Waterpark Sumber Udel dan Pemandian Herlingga Jaya
mengalami kenaikan dari 1.200.465 pengunjung di tahun 2011 meningkat menjadi
2.162.455 pengunjung di tahun 2015. Berdasarkan potensi di atas , maka di RTRW
Kota Blitar 2010-2030, kawasan wisata ditetapkan sebagai salah satu kawasan
strategis. Ada 3 kawasan strategis yang akan dikembangkan meliputi kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya dan kawasan strategi aspek
lingkungan. Khusus kawasan strategis sosial budaya terdiri dari kawasan wisata
Makam Bung Karno dan Kawasan Wisata Perjuangan PETA.
1.2Rumusan
Masalah
1.Apa
yang menjadi sektor andalan Kota Blitar?
2.Dimana
wilayah yang masih memperlukan pengembangan khusus?
3.Bagaimana
kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini?
1.3Tujuan
1.Mengetahui
sektor andalan Kota Blitar.
2.Mengetahui
wilayah yang masih membutuhkan suatu pengembangan khusus.
3.Mengetahui
kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini.
BAB
II
ISI
Kota
Blitar merupakan kota yang menerapkan suatu strategi dalam sektor tersier
berupa industri dan pariwisata. Ada banyak sektor pariwisata saat ini seperti,
Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno, Pemandian Sumber Udel, Pemandian
Herlingga, dan Istana Gebang. Makan Bung Karno dan Perpustakaan Bung merupakan
suatu object kompleks yang berdekataan sehingga menjadi suatu paket wisata.
Makam Bung Karno selalu ramai dari kunjungan wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara. Selain itu dalam object wisata ini terdapat lapak lapak pedagang
yang menjual oleh oleh khas Kota Blitar. Ditunjang dengan sistim pemerintah
yang melakukan perekrutan pengayuh becak untuk menghantarkan wisatawan
berkeliling object wisata. Pengayuh becak ini hanya dapat dijumpai di kompleks
wisata Makam Bung Karno saja, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri
berkerjasama dengan pemerintah kota.
Selanjutnya
adalah objek wisata Istana Gebang, daya tarik dari wisata ini adalah sejaranya,
yang masih terikat kuat dengan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu,
Ir.Soekarno. Istana Gebang adalah suatu rumah yang dulunya pernah menjadi rumah
tempat tinggal Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Dinding dinding rumah terdapat
foto foto presiden Ir.Soekarno, dan juga masih terawatnya kondisi meja, kursi,
maupun ranjang tidur keluarga presiden Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Objek
lainnya yang sedikit berbeda, objek wisata ini berupa kolam pemandian yaitu
Sumber Udel dan Herlingga Jaya. Herlingga Jaya merupakan salah satu pemandian
yang telah lama ada, namun untuk wisatawannya terbilang menurun, dan kini
pemerintah Kota Blitar mencoba untuk melakukan renovasi guna menarik wisatawan.
Pemandian kedua adalah kolam pemandian Sumber Udel, kolam pemandian ini sudah
sangat lama keberadaannya, yang dulu merupakan kolam pemandian biasa, namun
kini menjadi suatu kolam pemandian dengan berbagai fasilitas baru seperti,
karaoke dan caffe yang bisa menambah daya tarik wisatawan. Seringkali dijumpai
rombongan wisatawan dengan bus bus besar yang mampir pada objek wisata Sumber
Udel. Hal ini tentu menjadi parameter bahwa Sumber Udel telah mampu menjadi
salah satu objek wisata yang diminati.
Di sisi lain dari sektor pariwisata,
Kota Blitar juga banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau
industri dengan bahan baku kayu.
Industri makanan beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing
dan pembuatan wajik kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus
bagi Kota Blitar terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di
petik sendiri dari perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri
menjadi keripik, sirup, dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri
makanan kedua adalah wajik kletik, Industri makanan ini juga merupakan home
industri dengan sistim padat karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh
khas yang wajib dibawa apabila mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung
ke Kota Blitar namun tidak membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home
industri wajik ini cukup dengan dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup
membutuhkan waktu 5 menit dengan jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya.
Industri makanan wajik ini masih dalam satu kecamatan dengan wisata Makan Bung
Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan Wetan.
Industri lain berupa industri dengan
bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul.
Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa
satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe.
Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu
menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini
sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada
produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
Realitas yang terjadi di Kota
Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan
adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung
didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi,
dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan
penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang
perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios
baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini dikarenakan
masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang dan pemerintah
Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat penghasilan mereka
menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu efektivitas yang
lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat ini telah banyak
hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti pembebasan biaya
sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya SMA kembali lagi
diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta kebijakan yang tepat
telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak begitu banyak polemik
yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang terus berkembang dari
semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber
daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber
daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.
3.2Saran
1.Perlu
dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.
2.Pemanfaatan
SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang
maksimal. MAKALAH
DASAR
DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
PENGEMBANGAN
POTENSI KOTA BLITAR MELALUI SEKTOR TERSIER
BAB
I
Pendahuluan
Latar
Belakang
RTRW Kota Blitar diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Blitar Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun
2011-2030. Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Kota Blitar sebagai kota
wisata kebangsaan yang didukung oleh sektor perdagangan dan jasa yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.Tujuan tersebut didasarkan pada potensi
dan karakteristik yang ada di wilayah Kota Blitar, diantaranya yaitu Kota
Blitar memiliki banyak lokasi pariwisata yang bersifat kebangsaan/kepahlawanan,
salah satunya yaitu adanya makam Sang Proklamator RI Presiden Soekarno serta
berkembangnya sektor perdagangan dan jasa terutama di pusat kota. Oleh karena
itu, Kota Blitar harus berusaha mempertahankan dan mengoptimalkan
potensi-potensi tersebut agar dapat sustain/ berkelanjutan. Jadi, pada
dasarnya, terdapat 4 (empat) kunci dalam tujuan di atas, yaitu:
1.
Wisata Kebangsaan; Kota Blitar disebut sebagai Kota Patria karena aspek
patriotik dan sejarah-sejarah kebangsaan dan kepahlawanan sangatlah kental di
kota ini. Peninggalan-peninggalan sejarah dan tapak tilas perjuangan para
pahlawanan banyak terdapat di Kota Blitar. Hal ini dimanfaatkan Kota Blitar
sebagai daerah wisata, selain guna mengenang jasa pahlawan juga untuk
menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepahlawanan dan kebangsaan, cinta tanah air
kepada masyarakat luas pada umumnya dan kepada para generasi bangsa terutama
pemuda pemudi Kota Blitar pada khususnya.
2.Pengembangan
sektor perdagangan dan jasa; adanya pengembangan dan peningkatan pariwisata di
Kota Blitar secara langsung akan berimbas pada sektor perdagangan dan jasa,
dimana sektor inilah yang akan mendukung pariwisata yang ada. Banyaknya
pengunjung tentu membutuhkan berbagai kebutuhan yang tentunya dapat disediakan
melalui adanya perdagangan dan jasa disekitar lokasi wisata tersebut; Untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang Kota Blitar, selanjutnya tujuan tersebut akan
dijabarkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan strategi pengembangan penataan
ruang kota. Kebijakan penataan ruang kota Kota Blitar meliputi:
a.
pengembangan wisata kebangsaan dan wisata lainnya;
b.
pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat hubungan antar
kawasan;
c.
peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan;
d.
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana lingku
ngan
permukiman;
e.
pelestarian kawasan cagar budaya;
f.
penetapan kawasan-kawasan strategis kota.
Sehingga
dengan adanya ruang tata rencana wilayah yang sedemikian rupa diharapkan, kota
Blitar terus berkembang dan tumbuh tingkat kesejahteraan masyarakatnya dari
hasil maksimal sektor sektor yang ada di kota Blitar.
Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria
dan Kota Proklamator secara legal formal didirikan pada tanggal 1 April 1906.
Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi
Kota Blitar. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah kota, tidak
serta-merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi
di kota-kota besar. Luas wilayahnyapun tidak mencerminkan sebuah kota yang
cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih
tergolong antara klasifikasi kota kecil dan kota besar. Namun dalam konteks
pengembangan kota, maka secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga
belum menjadi kota besar. Di kota ini tempat disemayamkan Bung Karno, Sang
Proklamator, Presiden Pertama RI, idiolog dan pemikir besar dunia yang dikagumi
baik oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Kota Blitar juga
merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana sebelum
dicetuskannya Proklamasi ditempat ini telah diserukan kemerdekaan Indonesia
yang diikuti dengan pengibaran Sang Merah Putih yang kemudian berujung pada Pemberontakan
PETA oleh Sodanco Supriyadi.
Masyarakat Kota Blitar sangat bangga sebagai pewaris
Aryo Blitar, pewaris Soeprijadi dan pewaris Soekarno. Pemerintah Kota Blitar
sadar akan hal inisehingga semangat itu dilestarikan dan dikobarkan, dimanfaatkan
sebagi modal pembangunan ke depan. Akronim PATRIA tersusun dari kata PETA, yang
diambil dari legenda Soedanco Soeprijadi yang memimpin pemberontakan satuan
Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar pada Jaman Penjajahan Jepang, serta dari
kata Tertib, Rapi, Indah, dan Aman. Selain itu, kata PATRIA memang sengaja dipilih
karena didalamnya mengandung makna "Cinta tanah air". Sehingga dengan
menyebut kata PATRIA orang akan terbayang kobaran semangat nasionalisme yang
telah ditunjukkan oleh para patriot bangsa yang ada di Kota Blitar melalui roh
perjuangannya masing-masing.
Pengembangan wilayah dalam bentuk penambahan luasan
wilayah sudah tidak memungkinkan. Namun demikian, potensi pengembangan wilayah
bagi Kota Blitar dapat diartikan dengan pengembangan kemampuan wilayah. Hal ini
mengingat dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, dan semakin banyaknya
jenis kegiatan usaha baik dari segi perdagangan dan jasa, maupun industri pengolahan,
akan menimbulkan tuntutan pengembangan wilayah yang juga semakin besar.
Dorongan terhadap pengembangan wilayah tersebut merupakan bentuk-bentuk
tuntutan dari kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan pelayanan baik dari
sektor pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan dan jasa, komunikasi serta
berbagai bentuk tuntutan pelayanan yang lainnya . Karena keterbatasan lahan,
Kota Blitar tidak memiliki potensi sumber daya alam yang memadai. Penggerak
ekonomi Kota Blitar tidak dari sektor primer, tetapi sektor tersier terutama
perdagangan barang dan jasa sehingga pengembangan wilayah diarahkan pada
pengembangan kawasan wisata dan kawasan perdagangan barang dan jasa. Potensi
pengembangan wisata Kota Blitar relatif besar dengan keberadaan Makam Bung
Karno sebagai icon wisata Kota Blitar. Setiap tahun banyak
wisatawan
yang mengunjungi Kota Blitar terutama untuk mengunjungi makam Bung Karno.
Berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
obyek wisata Kota Blitar diantaranya Makam Bung Karno, Perpustakaan
Proklamator, Istana Gebang, Waterpark Sumber Udel dan Pemandian Herlingga Jaya
mengalami kenaikan dari 1.200.465 pengunjung di tahun 2011 meningkat menjadi
2.162.455 pengunjung di tahun 2015. Berdasarkan potensi di atas , maka di RTRW
Kota Blitar 2010-2030, kawasan wisata ditetapkan sebagai salah satu kawasan
strategis. Ada 3 kawasan strategis yang akan dikembangkan meliputi kawasan strategis
pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya dan kawasan strategi aspek
lingkungan. Khusus kawasan strategis sosial budaya terdiri dari kawasan wisata
Makam Bung Karno dan Kawasan Wisata Perjuangan PETA.
1.2Rumusan
Masalah
1.Apa
yang menjadi sektor andalan Kota Blitar?
2.Dimana
wilayah yang masih memperlukan pengembangan khusus?
3.Bagaimana
kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini?
1.3Tujuan
1.Mengetahui
sektor andalan Kota Blitar.
2.Mengetahui
wilayah yang masih membutuhkan suatu pengembangan khusus.
3.Mengetahui
kondisi pengembangan wilayah yang ada saat ini.
BAB
II
ISI
Kota
Blitar merupakan kota yang menerapkan suatu strategi dalam sektor tersier
berupa industri dan pariwisata. Ada banyak sektor pariwisata saat ini seperti,
Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno, Pemandian Sumber Udel, Pemandian
Herlingga, dan Istana Gebang. Makan Bung Karno dan Perpustakaan Bung merupakan
suatu object kompleks yang berdekataan sehingga menjadi suatu paket wisata.
Makam Bung Karno selalu ramai dari kunjungan wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara. Selain itu dalam object wisata ini terdapat lapak lapak pedagang
yang menjual oleh oleh khas Kota Blitar. Ditunjang dengan sistim pemerintah
yang melakukan perekrutan pengayuh becak untuk menghantarkan wisatawan
berkeliling object wisata. Pengayuh becak ini hanya dapat dijumpai di kompleks
wisata Makam Bung Karno saja, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri
berkerjasama dengan pemerintah kota.
Selanjutnya
adalah objek wisata Istana Gebang, daya tarik dari wisata ini adalah sejaranya,
yang masih terikat kuat dengan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu,
Ir.Soekarno. Istana Gebang adalah suatu rumah yang dulunya pernah menjadi rumah
tempat tinggal Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Dinding dinding rumah terdapat
foto foto presiden Ir.Soekarno, dan juga masih terawatnya kondisi meja, kursi,
maupun ranjang tidur keluarga presiden Ir.Soekarno pada masa kecilnya. Objek
lainnya yang sedikit berbeda, objek wisata ini berupa kolam pemandian yaitu
Sumber Udel dan Herlingga Jaya. Herlingga Jaya merupakan salah satu pemandian
yang telah lama ada, namun untuk wisatawannya terbilang menurun, dan kini
pemerintah Kota Blitar mencoba untuk melakukan renovasi guna menarik wisatawan.
Pemandian kedua adalah kolam pemandian Sumber Udel, kolam pemandian ini sudah
sangat lama keberadaannya, yang dulu merupakan kolam pemandian biasa, namun
kini menjadi suatu kolam pemandian dengan berbagai fasilitas baru seperti,
karaoke dan caffe yang bisa menambah daya tarik wisatawan. Seringkali dijumpai
rombongan wisatawan dengan bus bus besar yang mampir pada objek wisata Sumber
Udel. Hal ini tentu menjadi parameter bahwa Sumber Udel telah mampu menjadi
salah satu objek wisata yang diminati.
Di sisi lain dari sektor pariwisata,
Kota Blitar juga banyak dijumpai industri industri pengolahan makanan atau
industri dengan bahan baku kayu.
Industri makanan beberapa diantaranya adalah pengolaan buah belimbing
dan pembuatan wajik kletik. Buah belimbing telah menjadi suatu penjualan khusus
bagi Kota Blitar terutama bagi Kecamatan Sukorejo. Olahan buah belimbing di
petik sendiri dari perkebunan masyarakat sendiri, buah juga diolah sendiri
menjadi keripik, sirup, dan minuman dengan ekstrak buah belimbing. Industri
makanan kedua adalah wajik kletik, Industri makanan ini juga merupakan home
industri dengan sistim padat karya. Wajik kletik menjadi salah satu oleh oleh
khas yang wajib dibawa apabila mengunjungi Kota Blitar, tidak lengkap berkungjung
ke Kota Blitar namun tidak membeli oleh oleh wajik kletik ini. Lokasi home
industri wajik ini cukup dengan dengan kompleks wisata Makam Bung Karno, cukup
membutuhkan waktu 5 menit dengan jasa pengayuh becak untuk menjangkaunya.
Industri makanan wajik ini masih dalam satu kecamatan dengan wisata Makan Bung
Karno yaitu berada di Kecamatan Sanan Wetan.
Industri lain berupa industri dengan
bahan baku kayu, industri ini banyak tersebar di Kecamatan Kepanjen Kidul.
Industri dengan memanfaatkan bahan baku kayu ini memiliki hasil akhir berupa
satu set permainan catur, yoyo, dan yang lebih fantastis adalah gendang jimbe.
Gendang jimbe merupakan salah satu produksi yang berhasil karena telah mampu
menembus pasar internasional. Sehingga pendapatan dari produksi gendang ini
sangat menggiurkan, banyak pelajar pelajar yang juga bekerja part time pada
produksi gendang sebagai penambah uang sakunya.
Realitas yang terjadi di Kota
Blitar, Blitar terus berusaha menjaga suatu kearifan masyarakat lokal dengan
adanya regulasi yang melarang didirikannya supermarket besar, namun cenderung
didirikan pasar pasar tradisional yang bisa dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat Kota Blitar. Pasar pasar ini antara lain adalah pasar Wage,Pon,Legi,
dan pasar Templek. Selain pembangunan pasar, pemerintah juga malakukan
penertiban akan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima dilarang
perjualan pada sisi jalan jalan umum. Saat ini juga telah dibangun kios kios
baru untuk memindahkan para pedagang, namun belum sepenunya berjalan. Hal ini dikarenakan
masih belum dijumpai kesepakatan yang jelas antara pada pedagang dan pemerintah
Kota Blitar, para pedagang khawatir pemindahan ini membuat penghasilan mereka
menurun. Namun sebenarnya langkah ini akan menjadikan suatu efektivitas yang
lebih dari segi kerapian tata ruang Kota Blitar sendiri. Saat ini telah banyak
hal yang mampu diatasi oleh pemerintah Kota Blitar seperti pembebasan biaya
sekolah pada semua strata SD, SMP, dan SMA, sebelum akhirnya SMA kembali lagi
diambil oleh pemerintah Jawa Timur. Pembangunan serta kebijakan yang tepat
telah dirasa oleh masyarakat Kota Blitar sehingga tidak begitu banyak polemik
yang terjadi, dan harapan Kota Blitar menjadi kota yang terus berkembang dari
semua sektor, terutama sektor tersier dapat tercapai.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Sumber
daya alam menjadi potensi dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
2.Sumber
daya manusia menjadi faktor dominan dalam berkembangnya suatu wilayah.
3.2Saran
1.Perlu
dilakukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM.
2.Pemanfaatan
SDA secara optimal dan berkelanjutan akan menjadikan pengembangan wilayah yang
maksimal.
No comments:
Post a Comment