Tuesday, 19 September 2017

HIDROMETEOROLOGI SMT5

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI
ACARA I
JARING PENGUKURAN HUJAN DAN HUJAN WILAYAH
Dosen Pengampu          : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
Nama mahasiswa             : Agustinus Slamet S
                                  NIM                                   : 150722605704
                                 Mata Kuliah                        : Hidrometeorologi
                                Offering                          : G
                                Tanggal Praktikum            :  8 September 2017
                                Asisten Praktikum             :  Dicky K




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017

I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode aritmatik.
2.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode thiesen.
3.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode isohyet.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.Pensil                                                                                     a.Kertas HVS
b.Penggaris                                                                               b.Milimeter Block
c.Penghapus
d.Kalkulator     

III.DASAR TEORI
 Hujan Daerah
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi hanya bersifat setempat. Hujan bersifat setempat artinya ketebalan hujan yang diukur darisuatu pos hujan belum tentu dapat mewakili hujan untuk seluruh kawasan yang lebihluas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos hujan itu. Peluang hujan padaintensitas tertentu dari suatu lokasi satu ke lokasi yang lain dapat berbeda–beda.Untuk lokasi pos hujan ditempat A mungkin nilai intensitas hujan tersebut padaperiode ulang 50 tahunan, tetapi untuk lokasi pos hujan ditempat B dengan intensitasyang sama mungkin hanya periode ulang 10 tahunan saja, meskipun kedua lokasi poshujan itu jaraknya tidak jauh.Menurut Soewarno (2000) dalam bukunya Hidrologi Operasional JilidKesatu, curah hujan yang diukur dari suatu pos hujan dapat mewakili karateristikhujan untuk daerah.
Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayahdaerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik(aljabar), metode poligon Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987)
Metode Perhitungan Curah Hujan Daerah
Variabilitas hujan umumnya sangat besar baik menurut ruang atau waktu,sedangkan untuk analisis hidrologi suatu Satuan Wilayah Sungai (SWS) atau DaerahPengaliran Sungai (DPS) diperlukan data hujan menurut ruang dan waktu. Datahujan yang terukur selalu dianggap mewakili kondisi bagian kawasan dari suatu SWS/DPS tersebut. Oleh karena itu semakin sedikit jumlah pos dan semakin luas SWS/DPS itu maka anggapan tersebut akan semakin besar kesalahannya. Beberapametode pendekatan yang dianggap dapat digunakan untuk menentukan tebal hujan rata rata (pada periode tertentu : setiap jam, harian, bulanan, tahunan) dari suatuDPS antara lain: a)Aritmatik b)Thiesen c)Isohyet.

Metode rata rata aritmatik merupakan meode yang paling sederhana. Tinggirata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arithmeticmean method ) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di dalam arealtersebut.Menurut Soewarno (2000) metode ini hanya disarankan untuk kondisi DPSdengan topografi pedataran (flat topography) dengan jumlah pos hujan cukup banyakdan lokasinya tersebar merata (uniformly distributed) pada lokasi yang terwakili.Apabila persyaratan itu tidak terpenuhi maka metode ini akan memberikan hasilperhitungan yang tidak teliti.
Pada penerapan metode poligon Thiessen ada suatu anggapan bahwa setiappos hujan dapat mewakili tebal hujan dari suatu daerah dengan luas tertenu. Luastertentu itu adalah luas daerah yang dibatasi garis tegak lurusyangm melalui dan membagi suatu bagian yang sama dari setiap garis lurus yang menguhubungkan setiapdua pos hujan yang berdekatan, sehingga bila digambar setiap pos hujan akanterletak didalam suatu polygon. Curah hujan rata rata dari suatu DPS dihiung dari jumlah hasil perkalian tebal hujan dengan luas polygonnya dibagi dengan luasseluruh DPS.Penerapan metode ini tidak mempertimbangkan bentuk topografi DPS,sehingga tidak disarankan digunakan pada DPS yang berbukit bukit atau bergunung gunung karena adanya pengaruh orografis terjadinya hujan. Disamping itu jika terjadi penambahan atau pengurangan jumlah pos atau pemindahan jumlahpos hujan akan mengubah luas jaringan poligon. Salah satu pos hujan tidak terukurdatanya karena misalnya rusak atau datanya meragukan maka jaringan poligon jugaakan berubah. Meskipun demikian metode ini dianggap lebih baik daripada metodearitmayik, karena telah mempertimbangkan luas daerah yang dianggap mewakili,sebagai bobot dalam perhitungan tebal hujan rata rata.
Menurut Soewarno (2000) Isohiet adalah garis yang menggambarkan tebalhujan yang sama besarnya. Penggambaran setiap garis isohiet dari suatu DPS harusmempertimbangkan faktor topografi dan faktor lainnya yang berpenfaruh terhadapssebaran hujan.Teknik ini dipandang paling baik, tapi bersifat subyektif dan tergantung padakeahlian, pengalaman, dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di daerahsetempat. Hasil penelitian juga menunnjukkan bahwa cara Isohyet lebih teliti, tetapicara perhitungannya memerlukan banyak waktu karena garis-garis isohyet yang baruperlu ditentukan untuk setiap curah hujan. Metode Isohyet terutama berguna untukmempelajari pengaruh curah hujan terhadap aliran sungai terutama di daerah dengantipe curah hujan orografik.Pada beberapa kasus, besarnya curah hujan di suatu tempat dapat diperkirakandari ketinggian tempat tersebut. Hal ini terutama lazim terjadi di daerah dengan tipecurah hujan orografik. Di daerah ini, interval garis kontur dapat digunakan untukmembantu memperkirakan posisi garis-garis dengan curah hujan yang sama besarnya(isohyet). Setelah penentuan garis isohyet, kemudian dapat dihitung besarnya curahhujan rata-rata untuk masing-masing fraksi isohyet, dan dengan demikian dapatdiperkirakan curah hujan rata-rata untuk seluruh DAS.
 IV.LANGKAH KERJA.
A.Perhitungan Aritmatik
1.Jumlahkan CH tahunan dalam stasiun hujan yang sama selama 25 tahun.
2.Jumlahkan rata rata CH pada 10 stasiun yang ada.
B.Polygon Thiesen
1.Hubungkan antar stasiun membentuk segitiga.
2.Beri titik berat pada setiap sumbu segitiga.
3.Lakukan perhitungan luas daerah yang mewakili tiap stasiun.
4.Kalikan curah hujan tiap stasiun dengan luas wilayah stasiun dibagi luas total wilayah.
C.Isohyet
1.Hubungkan wilayah yang memiliki CH hujan sama membentuk garis interpolasi.
2.Hitungan luas tiap daerah yang terpisah oleh garis.
3.Kalikan curah hujan tiap stasiun dengan luas wilayah garis dibagi luas wilayah total.

V.HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)











VI.PEMBAHASAN
Praktikum hidrometeorologi kali ini dilakukan suatu perhitungan curah hujan wilayah menggunakan 3 metode yang berbeda. Adapun metode pertama yang dilakukan dengan menggunakan metode aritmatik, metode kedua adalah metode polygon thiesen, dan metode ketiga adalah metode isohyet.
Adapun hasil dari perhitungan metode arimatik di dapatkan curah hujan wilayah sebesar 2548,956, hasil dari perhitungan metode polygon thiesen sebesar 2449,102619, dan hasil terakhir yang di dapatkan menggunakan metode isohyet sebesar 2385,386819.
Adanya perbedaan hasil dari penggunaan ketiga metode yang dilakukan dimungkinkan karena adanya faktor faktor yang mungkin pada satu metode di pertimbangkan, namun pada metode lain tidak di pertimbangkan. Aritmatik hanya memperhitungkan curah hujan pada stasiun penakar hujan, tanpa memperhitungkan luas wilayahnya, sementara perhitungan dengan metode polygon thiesen curah hujan dengan luas wilayah diperhitungan begitu juga dengan metode isohyet luas wilayah menjadi suatu faktor yang di perhitungkan.
Apabila melihat hasil yang telah di dapatkan diatas, terdapat suatu perbedaan angka besaran dari perhitungan. Metode aritmatik dengan hasil perhitungan sedemikian rupa dimungkinkan hasil dari perhitungan ini belumlah teliti apa bila dibandingkan dengan metode polygon thiesen maupun metode perhitungan isohyet. Hasil dari perhitungan metode polygon thiesen sebesar 2449 dan hasil perhitungan isohyet sebesar 2385. Hal ini tentu bisa menjadi suatu bahan pertimbangan dan koreksi dalam pengukuran hujan wilayah dengan tingkat yang lebih teliti.
            Selanjutnya adalah pengukuran stasiun enakar hujan optimal. Diharapkan dengan perhitungan ini, setiap wilayah diketahui apakah keberadaan dari stasiun penakar hujannya telah mencapai angka optimum. Semakin sedikit jumlah stasiun penakar hujan maka data yang dihasilkan juga tidak akan optimum, namun apabila pada suatu wilayah jumlah stasiun penakar telah sesuai maka akan menjadi wilayah dengan stasiun penakar yang optimum dan bahkan maksimal. Setelah dilakukan perhitungan di dapatkan bahwa di daerah pada peta bahan praktikum masih perlu penambahan stasiun penakar hujan sebanayk 6 stasiiun. Jumlah ini muncul setelah dilakukan perhitungan yang mendapati bahwa nilai N sebesar 5,2. Sehingga masih dibutuhkan penambahan sebanyak 6 unit stasiun hujan.
Dikarenakan jumlah stasiun hujan dengan luas wilayah juga harus benar benar di pertimbangkan dengan matang. Semakin sempit luas wilayah maka akan semakin sedikit stasiun yang dibutuhkan, dan begitu sebaliknya semakin luas daerah atau wilayah jumlah stasiun penakar hujan yang dibutuhkan akan lebih banyak.



VII.KESIMPULAN
1.Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing.
2.Setiap metode dapat dibandingkan satu sama lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan koreksi.
3.Sedikit banyak jumlah stasiun penakar mempengaruhi daya ukur hujan wilayah.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Sosrodarsono, Suyono, (1985).Hidrologi untuk Pengairan,PT. PradnyaParamitha, Jakarta.2.Limantara, L.M. , (2010). Hidrologi Praktis , CV. Lubuk Agung, Bandung.












LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI
ACARA II
PERBAIKAN DATA HUJAN
Dosen Pengampu         : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
Nama mahasiswa             : Agustinus Slamet S
                                  NIM                                   : 150722605704
                                 Mata Kuliah                        : Hidrometeorologi
                                Offering                            : G
                                Tanggal Praktikum            :  15 September 2017
                                Asisten Praktikum             :  Dicky K
                                                                        Risky Pandu S




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017

I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan perbaikan data hujan.
2.Mahasiswa mampu melakukan uji konsistensi data hujan.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.Pensil                                                                                    a.Kertas HVS
b.Penggaris                                                                             
c.Penghapus
d.Kalkulator    

III.DASAR TEORI
Hujan/Presipitasi Persipitasi adalah peristiwa turunnya uap air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Ketika akan hujan udara semakin jenuh dan secara bersamaan terjadi proses pendinginan udara (sublimasi) atau penambahan uap air ke udara. Presipitasi terbentuk melalui benturan antara butir air atau es dengan awan. Jumlah hujan dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti temperatur, tekanan atmosfer dan angin. Ada dua syarat penting terjadinya hujan yaitu massa udara harus mengandung cukup uap air, dan massa udara harus naik ke udara sedemikian sehingga menjadi dingin. Jumlah air hujan yang jatuh dapat diukur dengan menggunakan alat penakar hujan di beberapa lokasi pada daerah yang ditinjau (Triatmodjo, 2008).
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater). Ada beberapa sifat hujan yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran, antara lain adalah intensitas curah hujan, lama waktu hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas daerah pengaruh hujan (Harto,1993).
Metode perbandingan normal perhitungan yang digunakan cukup sederhana yakni dengan memperhitungkan data curah hujan di stasiun hujan yang berdekatan untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang diperhitungkan pada metode ini adalah curah hujan harian di stasiun lain dan jumlah curah hujan 1 tahun pada stasiun lain tersebut. Rumus Metode Normal Ratio untuk mencari data curah hujan yang hilang sebagai berikut:

Keterangan :
Px = Hujan yang hilang di stasiun x
P1,P2,…,Pn = Data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Nx = Hujan tahunan di stasiun x
N1,N2,…,Nn = Hujan tahunan di stasiun sekitar x
n = Jumlah stasiun di sekitar x

Metode Inversed Square Distance atau Metode Resiprok perhitungan yang digunakan hampir sama dengan Metode Normal Ratio yakni memperhitungkan stasiun yang berdekatan untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Jika pada Metode Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam 1 tahun, pada metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun terdekat dengan stasiun yang akan dicari data curah hujan yang hilang. Rumus Metode Inversed Square Distance untuk mencari data curah hujan yang hilang sebagai berikut:
Keterangan :
Px = Hujan yang hilang di stasiun x
Pi = Data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Li = Jarak antar stasiun

Uji konsistensi dapat dilakukan dengan teknik masa ganda (double mass curve), yaitu dengan membandingkan hujan rata-rata akumulatif dari stasiun yang dimaksud (sebagai sumbu Y) dengan rerata akumulatif stasiun-stasiun di sekitarnya (sebagai sumbu X) yang dianggap sebagai stasiun dasar. Stasiun-stasiun dasar tersebut dipilih dari tempat-tempat terdekat dengan stasiun yang akan diteliti konsistensinya. Dari garis masa ganda dapat diketahui konsistensi data stasiun yang diteliti. Jika garis yang dihasilkannya lurus maka disimpulkan bahwa datanya cukup baik, sebaliknya jika garis yang dihasilkannya tidak lurus maka menunjukkan bahwa data hujan dari stasiun tersebut mengalami penyimpangan.


 IV.LANGKAH KERJA.
A.Perhitungan Normal
1.Input data seluruh stasiun hujan.
2.Lakukan perhitungan dengan rumus metode normal pada setiap data.
B.Perhitungan Resiprok
1.Input data seluruh stasiun hujan
2.Perhitungkan jarak stasiun yang akan dicari dengan stasiun lain terdekat.
3.Lakukan perhitungan dengan rumus metode resiprok pada setiap data.
C.Uji Konsistensi
1.Input data seluruh stasiun.
2.Hitung nilai rerata stasiun, komulatif .
3.Buat kurva massa ganda.
V.HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)




VI.PEMBAHASAN
Praktikum hidrometeorologi kali ini dilakukan suatu perhitungan untuk mengkoreksi dan memperbaiki data curah hujan. Menggunakan 2 metode yang berbeda. Adapun metode pertama yang dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan normal, metode kedua adalah metode perhitungan resiprok. Selanjutnya juga harus dilakukan suatu uji konsistensi nilai data guna mendapatkan nilai hujan yang akurat. Adapun hasil dari perhitungan metode normal di dapatkan data bahwa nilai koreksi lebih besar, apabila dibandingkan dengan hasil dari perhitungan metode resiprok.
 Adanya perbedaan hasil dari penggunaan kedua metode yang dilakukan dimungkinkan karena adanya faktor faktor yang mungkin pada satu metode di pertimbangkan, namun pada metode lain tidak di pertimbangkan. Normal hanya memperhitungkan curah hujan pada stasiun penakar hujan, tanpa memperhitungkan jarak antar stasiun satu dengan yang lainnya. Sementara perhitungan dengan metode resiprok perhitungan perbaikan atau koreksi curah hujan dilakukan dengan mempertimbangkan jarak antar stasiun hujannya.
Perhitungan konsistensi berfungsi sebagai uji apakah data koreksi telah memenuhi dan bisa di pertanggung jawabkan. Melakukan uji konsistensi bisa memberitahukan perubahan data hujan sebelum dilakukan koreksi dan setelah dilakukan koreksi.
Apabila melihat hasil yang telah di dapatkan diatas, terdapat suatu perbedaan angka besaran dari perhitungan. Metode perhitungan normal dengan hasil perhitungan sedemikian rupa dimungkinkan hasil dari perhitungan ini belumlah teliti apa bila dibandingkan dengan metode perhitungan resiprok.
            Selanjutnya adalah pengkoreksian data nilai hujan pada stasiun penakar hujan optimal. Diharapkan dengan perhitungan ini, setiap wilayah diketahui apakah keberadaan data hujan telah benar adanya. Semakin sedikit jumlah stasiun penakar hujan maka data yang dihasilkan juga tidak akan optimum, namun apabila pada suatu wilayah jumlah stasiun penakar telah sesuai maka akan menjadi wilayah dengan stasiun penakar yang optimum dan bahkan maksimal. Setelah dilakukan perhitungan di dapatkan bahwa di daerah pada peta bahan praktikum masih perlu pengkoreksian data nilai hujan pada stasiun penakar hujan Jejeruk.
Semakin luas wilayah cakupan maka kemungkinan data yang di dapatkan akan cenderung tidak teliti, sementara apabila luas cakupan sempit maka data curah hujan yang dihasilkan akan lebih detail. Semakin banyak stasiun yang dijadikan pertimbangan juga akan menghasilkan nilai pengkoreksian yang optimal.




VII.KESIMPULAN
1.Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing.
2.Setiap metode dapat dibandingkan satu sama lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan koreksi.
3.Luas wilayah dan jarak antar stasiun banyak jumlah stasiun penakar membuat adanya perbedaan nilai koreksi.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
BR, Sri Harto. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Bambang Triatmodjo, 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.


















1.Metode Normal
2.Metode Resiprok





3.Uji Konsistensi










Kurva Koreksi
















No comments:

Post a Comment