Tuesday, 19 September 2017

HIDROMETEOROLOGI SMT5

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI
ACARA I
JARING PENGUKURAN HUJAN DAN HUJAN WILAYAH
Dosen Pengampu          : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
Nama mahasiswa             : Agustinus Slamet S
                                  NIM                                   : 150722605704
                                 Mata Kuliah                        : Hidrometeorologi
                                Offering                          : G
                                Tanggal Praktikum            :  8 September 2017
                                Asisten Praktikum             :  Dicky K




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017

I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode aritmatik.
2.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode thiesen.
3.Mahasiswa mampu melakukan perhitungan curah hujan wilayah metode isohyet.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.Pensil                                                                                     a.Kertas HVS
b.Penggaris                                                                               b.Milimeter Block
c.Penghapus
d.Kalkulator     

III.DASAR TEORI
 Hujan Daerah
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi hanya bersifat setempat. Hujan bersifat setempat artinya ketebalan hujan yang diukur darisuatu pos hujan belum tentu dapat mewakili hujan untuk seluruh kawasan yang lebihluas, kecuali hanya untuk lokasi di sekitar pos hujan itu. Peluang hujan padaintensitas tertentu dari suatu lokasi satu ke lokasi yang lain dapat berbeda–beda.Untuk lokasi pos hujan ditempat A mungkin nilai intensitas hujan tersebut padaperiode ulang 50 tahunan, tetapi untuk lokasi pos hujan ditempat B dengan intensitasyang sama mungkin hanya periode ulang 10 tahunan saja, meskipun kedua lokasi poshujan itu jaraknya tidak jauh.Menurut Soewarno (2000) dalam bukunya Hidrologi Operasional JilidKesatu, curah hujan yang diukur dari suatu pos hujan dapat mewakili karateristikhujan untuk daerah.
Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayahdaerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik(aljabar), metode poligon Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987)
Metode Perhitungan Curah Hujan Daerah
Variabilitas hujan umumnya sangat besar baik menurut ruang atau waktu,sedangkan untuk analisis hidrologi suatu Satuan Wilayah Sungai (SWS) atau DaerahPengaliran Sungai (DPS) diperlukan data hujan menurut ruang dan waktu. Datahujan yang terukur selalu dianggap mewakili kondisi bagian kawasan dari suatu SWS/DPS tersebut. Oleh karena itu semakin sedikit jumlah pos dan semakin luas SWS/DPS itu maka anggapan tersebut akan semakin besar kesalahannya. Beberapametode pendekatan yang dianggap dapat digunakan untuk menentukan tebal hujan rata rata (pada periode tertentu : setiap jam, harian, bulanan, tahunan) dari suatuDPS antara lain: a)Aritmatik b)Thiesen c)Isohyet.

Metode rata rata aritmatik merupakan meode yang paling sederhana. Tinggirata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arithmeticmean method ) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di dalam arealtersebut.Menurut Soewarno (2000) metode ini hanya disarankan untuk kondisi DPSdengan topografi pedataran (flat topography) dengan jumlah pos hujan cukup banyakdan lokasinya tersebar merata (uniformly distributed) pada lokasi yang terwakili.Apabila persyaratan itu tidak terpenuhi maka metode ini akan memberikan hasilperhitungan yang tidak teliti.
Pada penerapan metode poligon Thiessen ada suatu anggapan bahwa setiappos hujan dapat mewakili tebal hujan dari suatu daerah dengan luas tertenu. Luastertentu itu adalah luas daerah yang dibatasi garis tegak lurusyangm melalui dan membagi suatu bagian yang sama dari setiap garis lurus yang menguhubungkan setiapdua pos hujan yang berdekatan, sehingga bila digambar setiap pos hujan akanterletak didalam suatu polygon. Curah hujan rata rata dari suatu DPS dihiung dari jumlah hasil perkalian tebal hujan dengan luas polygonnya dibagi dengan luasseluruh DPS.Penerapan metode ini tidak mempertimbangkan bentuk topografi DPS,sehingga tidak disarankan digunakan pada DPS yang berbukit bukit atau bergunung gunung karena adanya pengaruh orografis terjadinya hujan. Disamping itu jika terjadi penambahan atau pengurangan jumlah pos atau pemindahan jumlahpos hujan akan mengubah luas jaringan poligon. Salah satu pos hujan tidak terukurdatanya karena misalnya rusak atau datanya meragukan maka jaringan poligon jugaakan berubah. Meskipun demikian metode ini dianggap lebih baik daripada metodearitmayik, karena telah mempertimbangkan luas daerah yang dianggap mewakili,sebagai bobot dalam perhitungan tebal hujan rata rata.
Menurut Soewarno (2000) Isohiet adalah garis yang menggambarkan tebalhujan yang sama besarnya. Penggambaran setiap garis isohiet dari suatu DPS harusmempertimbangkan faktor topografi dan faktor lainnya yang berpenfaruh terhadapssebaran hujan.Teknik ini dipandang paling baik, tapi bersifat subyektif dan tergantung padakeahlian, pengalaman, dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di daerahsetempat. Hasil penelitian juga menunnjukkan bahwa cara Isohyet lebih teliti, tetapicara perhitungannya memerlukan banyak waktu karena garis-garis isohyet yang baruperlu ditentukan untuk setiap curah hujan. Metode Isohyet terutama berguna untukmempelajari pengaruh curah hujan terhadap aliran sungai terutama di daerah dengantipe curah hujan orografik.Pada beberapa kasus, besarnya curah hujan di suatu tempat dapat diperkirakandari ketinggian tempat tersebut. Hal ini terutama lazim terjadi di daerah dengan tipecurah hujan orografik. Di daerah ini, interval garis kontur dapat digunakan untukmembantu memperkirakan posisi garis-garis dengan curah hujan yang sama besarnya(isohyet). Setelah penentuan garis isohyet, kemudian dapat dihitung besarnya curahhujan rata-rata untuk masing-masing fraksi isohyet, dan dengan demikian dapatdiperkirakan curah hujan rata-rata untuk seluruh DAS.
 IV.LANGKAH KERJA.
A.Perhitungan Aritmatik
1.Jumlahkan CH tahunan dalam stasiun hujan yang sama selama 25 tahun.
2.Jumlahkan rata rata CH pada 10 stasiun yang ada.
B.Polygon Thiesen
1.Hubungkan antar stasiun membentuk segitiga.
2.Beri titik berat pada setiap sumbu segitiga.
3.Lakukan perhitungan luas daerah yang mewakili tiap stasiun.
4.Kalikan curah hujan tiap stasiun dengan luas wilayah stasiun dibagi luas total wilayah.
C.Isohyet
1.Hubungkan wilayah yang memiliki CH hujan sama membentuk garis interpolasi.
2.Hitungan luas tiap daerah yang terpisah oleh garis.
3.Kalikan curah hujan tiap stasiun dengan luas wilayah garis dibagi luas wilayah total.

V.HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)











VI.PEMBAHASAN
Praktikum hidrometeorologi kali ini dilakukan suatu perhitungan curah hujan wilayah menggunakan 3 metode yang berbeda. Adapun metode pertama yang dilakukan dengan menggunakan metode aritmatik, metode kedua adalah metode polygon thiesen, dan metode ketiga adalah metode isohyet.
Adapun hasil dari perhitungan metode arimatik di dapatkan curah hujan wilayah sebesar 2548,956, hasil dari perhitungan metode polygon thiesen sebesar 2449,102619, dan hasil terakhir yang di dapatkan menggunakan metode isohyet sebesar 2385,386819.
Adanya perbedaan hasil dari penggunaan ketiga metode yang dilakukan dimungkinkan karena adanya faktor faktor yang mungkin pada satu metode di pertimbangkan, namun pada metode lain tidak di pertimbangkan. Aritmatik hanya memperhitungkan curah hujan pada stasiun penakar hujan, tanpa memperhitungkan luas wilayahnya, sementara perhitungan dengan metode polygon thiesen curah hujan dengan luas wilayah diperhitungan begitu juga dengan metode isohyet luas wilayah menjadi suatu faktor yang di perhitungkan.
Apabila melihat hasil yang telah di dapatkan diatas, terdapat suatu perbedaan angka besaran dari perhitungan. Metode aritmatik dengan hasil perhitungan sedemikian rupa dimungkinkan hasil dari perhitungan ini belumlah teliti apa bila dibandingkan dengan metode polygon thiesen maupun metode perhitungan isohyet. Hasil dari perhitungan metode polygon thiesen sebesar 2449 dan hasil perhitungan isohyet sebesar 2385. Hal ini tentu bisa menjadi suatu bahan pertimbangan dan koreksi dalam pengukuran hujan wilayah dengan tingkat yang lebih teliti.
            Selanjutnya adalah pengukuran stasiun enakar hujan optimal. Diharapkan dengan perhitungan ini, setiap wilayah diketahui apakah keberadaan dari stasiun penakar hujannya telah mencapai angka optimum. Semakin sedikit jumlah stasiun penakar hujan maka data yang dihasilkan juga tidak akan optimum, namun apabila pada suatu wilayah jumlah stasiun penakar telah sesuai maka akan menjadi wilayah dengan stasiun penakar yang optimum dan bahkan maksimal. Setelah dilakukan perhitungan di dapatkan bahwa di daerah pada peta bahan praktikum masih perlu penambahan stasiun penakar hujan sebanayk 6 stasiiun. Jumlah ini muncul setelah dilakukan perhitungan yang mendapati bahwa nilai N sebesar 5,2. Sehingga masih dibutuhkan penambahan sebanyak 6 unit stasiun hujan.
Dikarenakan jumlah stasiun hujan dengan luas wilayah juga harus benar benar di pertimbangkan dengan matang. Semakin sempit luas wilayah maka akan semakin sedikit stasiun yang dibutuhkan, dan begitu sebaliknya semakin luas daerah atau wilayah jumlah stasiun penakar hujan yang dibutuhkan akan lebih banyak.



VII.KESIMPULAN
1.Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing.
2.Setiap metode dapat dibandingkan satu sama lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan koreksi.
3.Sedikit banyak jumlah stasiun penakar mempengaruhi daya ukur hujan wilayah.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Sosrodarsono, Suyono, (1985).Hidrologi untuk Pengairan,PT. PradnyaParamitha, Jakarta.2.Limantara, L.M. , (2010). Hidrologi Praktis , CV. Lubuk Agung, Bandung.












LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI
ACARA II
PERBAIKAN DATA HUJAN
Dosen Pengampu         : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
Nama mahasiswa             : Agustinus Slamet S
                                  NIM                                   : 150722605704
                                 Mata Kuliah                        : Hidrometeorologi
                                Offering                            : G
                                Tanggal Praktikum            :  15 September 2017
                                Asisten Praktikum             :  Dicky K
                                                                        Risky Pandu S




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2017

I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan perbaikan data hujan.
2.Mahasiswa mampu melakukan uji konsistensi data hujan.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.Pensil                                                                                    a.Kertas HVS
b.Penggaris                                                                             
c.Penghapus
d.Kalkulator    

III.DASAR TEORI
Hujan/Presipitasi Persipitasi adalah peristiwa turunnya uap air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Ketika akan hujan udara semakin jenuh dan secara bersamaan terjadi proses pendinginan udara (sublimasi) atau penambahan uap air ke udara. Presipitasi terbentuk melalui benturan antara butir air atau es dengan awan. Jumlah hujan dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti temperatur, tekanan atmosfer dan angin. Ada dua syarat penting terjadinya hujan yaitu massa udara harus mengandung cukup uap air, dan massa udara harus naik ke udara sedemikian sehingga menjadi dingin. Jumlah air hujan yang jatuh dapat diukur dengan menggunakan alat penakar hujan di beberapa lokasi pada daerah yang ditinjau (Triatmodjo, 2008).
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater). Ada beberapa sifat hujan yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran, antara lain adalah intensitas curah hujan, lama waktu hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas daerah pengaruh hujan (Harto,1993).
Metode perbandingan normal perhitungan yang digunakan cukup sederhana yakni dengan memperhitungkan data curah hujan di stasiun hujan yang berdekatan untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang diperhitungkan pada metode ini adalah curah hujan harian di stasiun lain dan jumlah curah hujan 1 tahun pada stasiun lain tersebut. Rumus Metode Normal Ratio untuk mencari data curah hujan yang hilang sebagai berikut:

Keterangan :
Px = Hujan yang hilang di stasiun x
P1,P2,…,Pn = Data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Nx = Hujan tahunan di stasiun x
N1,N2,…,Nn = Hujan tahunan di stasiun sekitar x
n = Jumlah stasiun di sekitar x

Metode Inversed Square Distance atau Metode Resiprok perhitungan yang digunakan hampir sama dengan Metode Normal Ratio yakni memperhitungkan stasiun yang berdekatan untuk mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Jika pada Metode Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam 1 tahun, pada metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun terdekat dengan stasiun yang akan dicari data curah hujan yang hilang. Rumus Metode Inversed Square Distance untuk mencari data curah hujan yang hilang sebagai berikut:
Keterangan :
Px = Hujan yang hilang di stasiun x
Pi = Data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Li = Jarak antar stasiun

Uji konsistensi dapat dilakukan dengan teknik masa ganda (double mass curve), yaitu dengan membandingkan hujan rata-rata akumulatif dari stasiun yang dimaksud (sebagai sumbu Y) dengan rerata akumulatif stasiun-stasiun di sekitarnya (sebagai sumbu X) yang dianggap sebagai stasiun dasar. Stasiun-stasiun dasar tersebut dipilih dari tempat-tempat terdekat dengan stasiun yang akan diteliti konsistensinya. Dari garis masa ganda dapat diketahui konsistensi data stasiun yang diteliti. Jika garis yang dihasilkannya lurus maka disimpulkan bahwa datanya cukup baik, sebaliknya jika garis yang dihasilkannya tidak lurus maka menunjukkan bahwa data hujan dari stasiun tersebut mengalami penyimpangan.


 IV.LANGKAH KERJA.
A.Perhitungan Normal
1.Input data seluruh stasiun hujan.
2.Lakukan perhitungan dengan rumus metode normal pada setiap data.
B.Perhitungan Resiprok
1.Input data seluruh stasiun hujan
2.Perhitungkan jarak stasiun yang akan dicari dengan stasiun lain terdekat.
3.Lakukan perhitungan dengan rumus metode resiprok pada setiap data.
C.Uji Konsistensi
1.Input data seluruh stasiun.
2.Hitung nilai rerata stasiun, komulatif .
3.Buat kurva massa ganda.
V.HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)




VI.PEMBAHASAN
Praktikum hidrometeorologi kali ini dilakukan suatu perhitungan untuk mengkoreksi dan memperbaiki data curah hujan. Menggunakan 2 metode yang berbeda. Adapun metode pertama yang dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan normal, metode kedua adalah metode perhitungan resiprok. Selanjutnya juga harus dilakukan suatu uji konsistensi nilai data guna mendapatkan nilai hujan yang akurat. Adapun hasil dari perhitungan metode normal di dapatkan data bahwa nilai koreksi lebih besar, apabila dibandingkan dengan hasil dari perhitungan metode resiprok.
 Adanya perbedaan hasil dari penggunaan kedua metode yang dilakukan dimungkinkan karena adanya faktor faktor yang mungkin pada satu metode di pertimbangkan, namun pada metode lain tidak di pertimbangkan. Normal hanya memperhitungkan curah hujan pada stasiun penakar hujan, tanpa memperhitungkan jarak antar stasiun satu dengan yang lainnya. Sementara perhitungan dengan metode resiprok perhitungan perbaikan atau koreksi curah hujan dilakukan dengan mempertimbangkan jarak antar stasiun hujannya.
Perhitungan konsistensi berfungsi sebagai uji apakah data koreksi telah memenuhi dan bisa di pertanggung jawabkan. Melakukan uji konsistensi bisa memberitahukan perubahan data hujan sebelum dilakukan koreksi dan setelah dilakukan koreksi.
Apabila melihat hasil yang telah di dapatkan diatas, terdapat suatu perbedaan angka besaran dari perhitungan. Metode perhitungan normal dengan hasil perhitungan sedemikian rupa dimungkinkan hasil dari perhitungan ini belumlah teliti apa bila dibandingkan dengan metode perhitungan resiprok.
            Selanjutnya adalah pengkoreksian data nilai hujan pada stasiun penakar hujan optimal. Diharapkan dengan perhitungan ini, setiap wilayah diketahui apakah keberadaan data hujan telah benar adanya. Semakin sedikit jumlah stasiun penakar hujan maka data yang dihasilkan juga tidak akan optimum, namun apabila pada suatu wilayah jumlah stasiun penakar telah sesuai maka akan menjadi wilayah dengan stasiun penakar yang optimum dan bahkan maksimal. Setelah dilakukan perhitungan di dapatkan bahwa di daerah pada peta bahan praktikum masih perlu pengkoreksian data nilai hujan pada stasiun penakar hujan Jejeruk.
Semakin luas wilayah cakupan maka kemungkinan data yang di dapatkan akan cenderung tidak teliti, sementara apabila luas cakupan sempit maka data curah hujan yang dihasilkan akan lebih detail. Semakin banyak stasiun yang dijadikan pertimbangan juga akan menghasilkan nilai pengkoreksian yang optimal.




VII.KESIMPULAN
1.Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing.
2.Setiap metode dapat dibandingkan satu sama lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan koreksi.
3.Luas wilayah dan jarak antar stasiun banyak jumlah stasiun penakar membuat adanya perbedaan nilai koreksi.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
BR, Sri Harto. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Bambang Triatmodjo, 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.


















1.Metode Normal
2.Metode Resiprok





3.Uji Konsistensi










Kurva Koreksi
















Friday, 2 June 2017

Mulai Bisnis Pomade Murah

Yuuu, silahkan buat teman teman sekalian yang mungkin masih bingung mau cari kerja/mau numbuhin pendapatan 'BISNIS POMADE' bisa dicoba..

Bisnis ini dengan harga mulai 2xx.xxx temen temen ada dapet 1lusin(12 pcs ) Pomade Oil Base Netto 50gr. ( Sudah termasuk ongkir ). Selain Oild based, juga ada pomad warna, dan water based.




Nah variannya ada
Heavy : Bubblegum,Anggur,Apel
Medium : Coffe,Leci,Strawberry
Shine : Vanila,Orange,Tea.

Aromanya bisa pilih sendiri ya :))  Hanya berlaku untu blitar. Ingin tanya tanya silahkan invite D69A0548 .

Sunday, 21 May 2017

Video Animasi 3D Universitas Negeri Malang ArcGis 10.3

Monday, 15 May 2017

GEO STRUKTUR SMT3

LAPORAN GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSEES

ACARA I
PETA GEOLOGI
Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh S.Si, M.Si


Description: logo-um1


Oleh:
Nama               : Agustinus Slamet S
                               NIM                : 150722605704
                               Offering            : G
                               Tanggal            : 31 Agustus 2016
                               Asisten             : Hendra Agus P
                          Ahmad Adi Sucipto
                         


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
                       UNIVERSITAS NEGERI MALANG
AGUSTUS 2016
I. TUJUAN
  1. Mahasiswa mampu mengenali unsur unsur pada peta geologi
  2.Mahasiswa mampu menyadap informasi dari peta geologi
II. ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                          B.BAHAN
  1.Spidol OHP                                                  1.Peta Geologi lembar Malang
  2.Penggaris
  3.Pensil warna
  4.Bolpoin
III. DASAR TEORI
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifikasinya. Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal antara sipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang dirancang untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu: 1. Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta). 2. Atribut, informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang diperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang, Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang. 3. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka Bumi yang disajikan. 4. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.  (Sukandarrumidi,dkk.2011)
Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti. Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta dasar (peta topografi/rupabumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan. ( Sukandarrumidi,dkk.2011)
IV. LANGKAH KERJA
1. Salin ulang / deliniasi peta geologi pada mika dan kertas kalkir, pada area yang sudah di tetapkan
2. Observasilah berbagai elemen / keterangan dalam peta tersebut, dan beri gambaran / sketsa penjelas, berkaitan dengan hal hal berikut ini
            a. Nama peta
            b. Skala
            c. Para pemeta dan penelaah
            d. Nomor lembar
            e. Penerbit, tahun penerbit
            f. Simbol dan tanda litologi
            g. Skema kronostratigrafi
            h. Penampang melintang
            i. Sumber peta dasar
            j. Korelasi satuan peta
k. dll
3. Beri penjelasan dan analisis sementara mengenai kondisi geologi daerah yang telah disalin.
V. HASIL PRAKTIKUM
      Peta geologi pada mika dan kalkir (terlampir)
VI.PEMBAHASAN
            Praktikum geologi struktur dan proses kali ini dilakukan dengan melakukan deliniasi peta geologi pada plastik transparan seukuran A3, lalu dilanjutkan dengan menyalin pada kertas kalkir dan ditambahkan sentuhan warna, sehinggga terlihat menarik dan infomasi yang ingin disampaikan oleh pembuat peta benar benar dapat dipahami  secara detail dan menyeluruh. Pada peta geologi lembar Malang, Jawa Timur nomor lembar peta 1608-1 yang terletak pada 7°30’LS-8°00LS dan 112°30’-113°30”. banyak informasi yang diperoleh dari peta.
            Pada lembar malang dapat ditemukan susunan geologi yang berbeda pada suatu wilayah sempit khusunya daerah malang tenggara. Adanya variasi susunan geologi di daerah tenggara Malang terjadi karena di wilayah tenggara malang terdapat Gunung Bromo dan Barisan Pegunungan Tengger. Diwilayah tenggara terdapat pegunungan  yang terdiri dari Gunung Bromo,Gunung Kursi,Gunung Batok,Gunung Watangan,dan Gunung Widodaren. Seperti yang kita ketahui area ini dulunya berupa pegunungan api purba, yang sejak dulu memiliki aktivitas vulkan dan berlangsung hingga kini yang masih intensif yaitu aktivitas dari Gunung Bromo. Pada radius hingga 5 kilometer dari Gunung Bromo ditemukan batuan Gunung Bromo dan pasir material hasil dari gunung api tengger yang merupakan sedikit dominasi susunan geologi diwilayah Malang.
            Selanjutnya dapat ditemukan susunan geologi lainnya yang mendominasi wilayah Malang bagian tenggara yaitu susunan geologi berupa batuan gunung api kuarter bawah. Gunung Anjasmara,Gunung Jembangan,dan Gunung Gendis yang menjadi penyumbang atau penyupply material ini pada jaman dulu. Bahwa seperti yang kita ketahui bahwa ketiga gunung api diatas saat ini sudah tidak menunjukkan aktivitasnya. Sementara sebagai bukti bahwa terdapat perubahan susunan geologi dan semakin majunya dan berjalannya kehidupan di bumi, munculah susunan geologi berupa susunan batuan geologi kuarter tengah. Gunung gunung tersebut diantaranya , gunung Kawi-Butak,gunung Ringgit,peunungan Tengger dan bukit buring.
            Pada wilayah tenggara Malang, batuan gunung api tenggerlah yang menjadi batuan dominan dengan sedikit tuf malang seperti, batu apung,breksi,dan pasiran. Apabila kita melihat dari penampang melintang yang tergambar pada peta dari arah tenggara malang hingga tengah malang terdapat batuan gunung api kuarter bawah. Selanjutnya dengan berlangsungnya proses geologi bumi, batuan kuarter bawah tertutup dengan batuan kuarter tengah dan disusul dengan batuan gunung api tengger. Diwilayah sekitar  pegunungan tengger ditemui batuan gunung api bromo dan sedikit lbih jauh dari lokasi batuan gunung api bromo dijumpai pasir gunung api tengger yang berada pada lapisan teratas di wilayah tenggara malang.
            Adanya suatu variasi atau berbedaan  persebaran batuan ini dapat membuktikan bahwa letusan gunung pada masa lampau  sangat dahsyat sehingga materi letusan dari gunung tengger hingga menjangkau daerah tengah kota Malang. Semakin bumi menuju arah perkembangan gunung gunung maha dahsyat jaman  lampau berhenti beroperasi dan digantikan gunung gunung baru yang tersebar meski letusannya sulit untuk kembali menyamai letusan pada jaman dahulu. Dengan adanya gunung gunung yang tersebar selalu akau memunculkan suatu materi baru yang menumpuk atau  menindih materi lama. Dapat dimunculkan juga suatu hipotesa atau dugaan sementara , wilayah yang berada dekat dengan gunung api aktif akan memiliki potensi dengan kesuburan tanahnya.
            Aktivitas geologi pada bumi seperti ini tidak hanya melalui gunung api yang  membuat adanya lapisan lapisan materi geologi di bumi. Namun selama proses tersebut tidak lepas dari adanya suatu energi dan tenaga yang begitu kuat dari dalam bumi, sehingga dapat terjadi suatu pergeseran lokasi permukaan bumi yang dapat dilihat dengan jelas pada pegunungan tengger, yang seharusnya suatu ketinggian yang sama akan memiliki posisi yang sejalan , namun dipegunungan tengger terlihat adanya sesar yang membuat suatu pergeseran, sangat dimungkinkan munculnya batuan metamorf baru akibat adanya pergeseran lapisan.



VII.KESIMPULAN
            Lapisan batuan dibumi tersusun dari batuan kuarter bawah,tengah,dan atas. Batuan ini selanjutnya akan kembali tenggelam karena tertutup oleh batuan akibat proses atau aktivitas gunung vulkanik pada jaman sekarang. Proses geologi ini tidak hanya membuat atau membentuk lapisan batuan bumi, akan  tetapi juga memunculkan suatu fenomena seperti penggesran lempeng. Wilayah yang berada dengan gunung vulkanik kondisi tanahnya akan tetap terjaga karena unsur hara tanah kembali dipulihkan dari hasil letusan gunung vulkanik.

VIII.DAFTAR RUJUKAN
Sukandarrumidi,dkk.  2011. Pemetaan Geologi. Yogyakarta.Universitas Gadjah
Mada..


LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES
ACARA II
KONTUR TOPOGRAFI DAN BLOK DIAGRAM
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.

Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Geologi Struktur dan Proses
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        : 7 September 2016


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2016

ACARA II
KONTUR TOPOGRAFI DAN BLOK DIAGRAM
I.                   TUJUAN
1.      Mahasiswa mampumengetahui sebaran titik elevasi pada Peta Sebagaian DAS Bogowonto
2.      Mahasiwa mampu membuat peta kontur topografi pada Peta Sebagian DAS Bogowonto
3.      Mahasiswa mampu membuat diagram blok Peta Sebagian DAS Bogowonto

II.                ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
·        Alat tulis
·        Laptop
2.      Bahan
·        Kertas kalkir
·        Millimeter Block ukuran A3
·        Peta Sebaran Titik Elevasi Sebagian DAS Bogowoto

III.                  DASAR TEORI
Menurut Purwaamijaya (2008), garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu di atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Penarikan garis kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief.  Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta. Purwaamijaya (2008),
       
   Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil (Hendrik, 2012). Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu, misalnya setiap 10 m atau yang lainnya. Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah: Interval Kontur = 1/2000 x skala peta Berikut disajikan tabel interval dan indeks kontur Menurut Purwaamijaya (2008)

Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta tofografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu. Purwaamijaya (2008),

IV.              LANGKAH KERJA
Cara membuat peta kontur ketinggian :
1.      Buatlah garis yang menghubungkan 2 titik ketinggian!
2.      Hitunglah ketinggian antara 2 titik ketinggian tersebut sesuai dengan kontur interval yang sudah ditetapkan!
3.      Hitunglah dengan garis titik – titik yang mempunyai nilai ketinggian sama!
Cara membuat Blok Diagram
1.      Beri grid dengan ukuran tertentu (missal 1 x 1) pada peta kontur yang telah dibuat. Beri kode pada setiap garis grid sebagai kode bantu dalam pengamatan blok diagram!
2.      Buatlah bidang orthografis dengan sumbu x, y, dan z pada kertas milimeter dengan posisi sumbu z pada sudut 45° dari sumbu x atau y!
3.      Salinlah peta kontur yang telah diberi grid bantu pada bidang orthografis x,y dan z!
4.      Perbesar elevasi padda sumbu z dengan Vertical Exaggeneration sesuai kebutuhan, misal : VE=2!
5.      Hubungan titik – titik yang mempunyai nilai z sama!


V.                 HASIL PRAKTIKUM
(TERLAMPIR)


VI.              PEMBAHASAN
Praktikum geologi struktur dan proses acara da kali ini melakukan penggambaran garis kontur yang selanjutnya membuat blok diagram. Sehingga dari data titik titik elevasi kemudian dihubungkan menjadi suatu garis kontur tertentu, dan pada pembuatan blok diagram akan dapat diperoleh bagaimana gambaran atau bentukan kenampakan topografi tertentu.
            Hasil pada gambaran peta garis kontur yang telah dibuat, dapat ditemukan banyak informasi. Pada bagian tenggara peta garis kontur tidak begitu rapat, dan ketinggian titik berkisar antara 300-400 meter, karena adanya jarak antar garis kontur yang berbeda dan memiliki selisih begitu panjang,dengan interval 100 meter menjadikan daerah pada sisi timur merupakan daerah yang landai. Berbeda dengan arah barat daya peta garis kontur yang terlihat bahwa garis kontur semakin rapat dan ketinggian mencapai 1100 meter diatas permukaan laut. Derah barat yang garis antar konturnya sangat rapat dengan interval mencapai 100 meter menjadikan daerah barat merupakan daerah yang sangat curam, sehingga akan banyak dijumpai lereng lereng atau tebing tinggi, maupun jurang yang dalam.
            Melihat dari hasil tersebut, bahwa sebelah timur merupakan daerah dataran rendah dan sebelah barat merupakan dataran tinggi, bukan tidak mungkin sumber air atau hulu dari DAS Bogowonto berada di sebelah barat, karena sebelah timur lebih rendah, maka akan membuat aliran air mengarah menuju ke timur. Hal ini juga memunculkan dugaan bahwa sebelah timur menjadi daerah pemukiman , karena merupakan daerah subur karena dekat dengan aliran air. Sementara bagian barat merupakan daerah yang berbahaya untuk kehidupan manusia, karena begitu terjal dan rawan akan bencana. Dimana tingkat erosi begitu tinggi sehingga tanah longsor menjadi suatu proses yang akan terus berlangsung dibagian barat yang memiliki tingkat elevasi tinggi.
            Hasil praktikum berupa gambaran 3 dimensi dapat dijadikan suau data yang valid. Karena dengan bentuk 3 dimensi dari garis kontur yang diolah menjadi suatu gambar yang nyata, dengan gambaran dimensi lekukan jurang maupun tebing tebing yang terbentuk dapat muncul dan terlihat Topografi yang terbentuk membentuk suatu pegunungan dengan 3 titik puncak. Dengan melihat bentukan bentukan topografinya akan menjadikan ebih banyak informasi yang diperoleh. Kecuraman dari suatu titik tertentu akan terlihat sangat jelas. Titik yang banyak dijumpai lereng dengan topografi curam berada di bagian barat, dengan kerapatan kontur yang tinggi dan interval antar kontur yang mencapai 100meter. Sementara di daerah timur topografi lebih cenderung landai karena jarak antara kontur sangat panjang, sehingga dengan kontur interval yang mencapai 100m , topografi masih cenderung landai dan tidak membentuk suatu topografi yang curam. Struktur bagian barat dan timur juga memiliki perbedaan, wilayah barat tentu banyak ditemukan batuan yang telah habis lapisan atasnya karena mengalami proses erosi. Sementara pada bagian timur banyak ditemukan sedimen sedimen atau hasil endapan dari atas DA
S Bogowonto.


VII.           KESIMPULAN
Daerah DAS Bogownto memiliki elevasi yang beragam, mulai eveasi 300 dibagian timur hingga mencapai elevasi 1200 di bagian barat.Pada bagian barat yang merupakan titik tertinggi DAS yang memiliki tingkat kecuraman lereng sangat tinggi. Bagian timur merupakan daerah dimana topografi cenderung landai pada DAS Bogowonto. Dengan membuat garis kontur dan membuat gambaran 3 dimensinya analisis ataupun pencarian informasi yang berkaitan dengan topografi,geologi,dan morfologi dapat diketahui dengan lebih mudah.






VIII.        DAFTAR RUJUKAN
            Purmaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.




LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES
ACARA III
PENGGAMBARAN STRUKTUR GEOLOGI
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Geologi Struktur dan Proses
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  20 September 2016
                        Asisten Praktikum         :  Hendra Agus P
                                                               Ahmad Adi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2016

ACARA III

I.  Tujuan
1. Mahasiswa dapat menggambar kontur struktur geologi beserta daerah singkapan geologi, daerah yang tererosi, dan daerah yang terpendam.
2. Mahasiswa mampu menentukan besaran dip pada peta kontur struktur geologi

II.  Alat dan Bahan
1.      Alat
·        Alat tulis
·        Laptop
2.      Bahan
·        Kertas kalkir
·        Peta topografi

III.Dasar Teori
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifikasinya. Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal antara sipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang dirancang untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu: 1. Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta). 2. Atribut, informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang diperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang, Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang. 3. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka Bumi yang disajikan. 4. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.  (Sukandarrumidi,dkk.2011)
            Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari struktur-struktur individual (kerak bumi) seperti antiklin-antiklin, sesar sungkup(thrust), sesar- sesar, liniasi dan lainnya dalam suatu unit tektonik. (Bagdly, 1965)
            Geologi struktur adalah meliputi struktur primer dan sekunder Ò Struktur primer adalah struktur yang terbentuk saat pembentukkan batuan , misalnya struktur sedimen pada batuan sedimen, struktur aliran pada batuan beku dan struktur foliasi pada batuan metamorf.  Struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan terutama akibat adanya tegasan eksternal yang bekerja selama ataupun setelah pembentukan batuan. Contoh struktur sekunder adalah kekar, sesar dan lipatan. Bagian terbesar dari geologi struktur terutama mempelajari struktur sekunder ini. (Spenser, 1977)
IV.  Langkah Kerja
A. Menggambar kontur struktur geologi dan menentukan singkapan geologi
1. Menentukan perkiraan arah garis strike.
2. Menentukan titik ketinggian kontur struktur dengan pendekatan three point problem antara titik-titik singkapan yang sudah diketahui ketinggiannya sebagai dasar penggambaran struktur geologi
3. Menghubungkan titik-titik struktur yang sudah diketahui secara perpendicullar melalui spasi kontur sama.
4. Memperkirakan titik singkapan geologi dengan menentukan titik-titik kontur struktur yang sama dengan titik kontur topografi
5. Menghubungkan titik-titik singkapan sehingga diketahui batas litologinya.
B. Menentukan besar sudut Dip
1. Membuat penampang melintang pada garis kontur struktur geologi (Pada kertas milimeter)
2. Mengukur sudut kemiringan penampang dengan formula
            Tan (sudut dip) = kontur interval / jarak antar kontur

V.  Hasil Praktikum
            a. Peta kontur struktur geologi (terlampir)
            b. Peta kontur struktur geologi pada kertas kalkir (terlampir)
            c. Perhitungan besaran dip pada peta kontur geologi (terlampir)
VI. Pembahasan
Praktikum Geologi Struktur dan Proses acara 3 kali ini digunakan peta topografi dengan skala 1:5000, yang didalamnya terdapat susunan batuan yaitu lempung dan breksi. Breksi berada pada lapisan bawah dikarenakan batuan breksi berasal dari magma yang membeku dan waktu pembentukannya atau munculnya relatif lebih dahulu. Sementara mudstone merupakan batuan sedimen yang tentu saja pembentukannya berada di akhir, karena harus menunggu ada suatu material dasar pembentuk lempung tersebut muncul, sehingga menjadikan lapisan lempung berada di atas batuan breksi.
Peta struktur geologi dibuat dengan menghubungkan titik yang memiliki dip, dihubungan dengan suatu garis lurus. Garis lurus dan sejajar sebagai acuan interval per struktur geologinya. Titik dimana terjadi perpotongan antara titik struktur geologi dan topografi yang sama menjadi acuan penggambaran garis pembatas litologi. Sehingga dapat ditentukan apakah terpendam,berada di permukaan atau tererosi.
 Diketahui dari hasil penggambaran terdapat batuan breksi dan mudstone atau lempung. Pada sisi bagian selatan didominasi oleh batuan breknya masih terpendam karena garis topografinya masih lebih tinggi,. Sementara disisi bagian utara masih nampak mudstone yang berada dipermukaan,karena selisih antara garis topografi dan struktur geologinya masih relatif sama. Pada daerah dengan topografi yang lebih rapat, singkapan dari breksi lebih cenderung telah tererosi karena selisih struktur geologinya lebih tinggi dari garis topografi.
Analisis lanjutan dari hal diatas dapa diartikan bahwa pada daerah selatan batuan breksi masih terpendam cukup dalam di bawah permukaan tanah. Apabila melangkah lebih jauh ke utara maka ditemukan mudstone yang posisinya relatif sama dengan topografi, sehingga bukan tidak mungkin didaerah tengah permukaan tanah berupa tanah lempung. Pada daerah sisi utara dengan topografi rapat, lapisan breksi telah nampak dan bahkan telah tererosi. Hal ini disebabkan karena pada topografi rapat yang curam tentu meningkatkan laju erosi, sehingga lapisan tanah diatas akan terangkat dan memunculkan lapisan tanah bawah, yaitu batuan breksi. Untuk bagian selatan erosi akan lambat kerena toografinya cenderung landai, sehingga batuan breksi yang masih tependam akan memakan waktu relatif lama untuk muncul di permukaan. Sementara dip diperoleh nilai sebesar 33°, dan arah jurus atau strike E 30° S, atau cenderung mengarah ke tenggara.

VII.  Kesimpulan
1.Kerapatan dari topografi mempengaruhi cepat atau lambatnya erosi yang terjadi
2.Dengan adanya erosi lapisan atas maka akan memunculkan lapisan tanah       selanjutnya yang berada dibawah.
VIII.Daftar Rujukan
Sukandarrumidi,dkk.  2011. Pemetaan Geologi. Yogyakarta.Universitas Gadjah
Mada..


 LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES
ACARA IV
PENGUKURAN STRATIGRAFI
Dosen Pengampu       : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg

Oleh:
                                    Nama mahasiswa          : Agustinus Slamet S
                                    NIM                            : 150722605704
                                    Mata Kuliah                 : Geologi Struktur dan Proses
                                    Offering                        : G
                                    Tanggal Praktikum        :  28 September 2016
                        Asisten Praktikum         :  Hendra Agus P
                                                               Ahmad Adi


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2016

ACARA IV

I.TUJUAN
Mahasiswa mampu membuat peta isobat.
Mahasiswa mampu menghitung ketebalan lapisan batuan.

II.ALAT DAN BAHAN

A.ALAT                                              B.BAHAN
1.Pensil                                                1.Kertas Kalkir
2.Penggaris                                           2.Kertas Milimeter blok
3.Penghapus                                         3.Peta topografi dan struktur

III.DASAR TEORI
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari struktur-struktur individual (kerak bumi) seperti antiklin-antiklin, sesar sungkup(thrust), sesar- sesar, liniasi dan lainnya dalam suatu unit tektonik. (Bagdly, 1965)
            Geologi struktur adalah meliputi struktur primer dan sekunder Ò Struktur primer adalah struktur yang terbentuk saat pembentukkan batuan , misalnya struktur sedimen pada batuan sedimen, struktur aliran pada batuan beku dan struktur foliasi pada batuan metamorf.  Struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan terutama akibat adanya tegasan eksternal yang bekerja selama ataupun setelah pembentukan batuan. Contoh struktur sekunder adalah kekar, sesar dan lipatan. Bagian terbesar dari geologi struktur terutama mempelajari struktur sekunder ini. (Spenser, 1977)
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokkan bersistem batuan menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut di atas dikenal sebagai Satuan Stratigrafi. Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas Satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berhimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain. ( IAGI, 1996 )

IV.LANGKAH KERJA
A. Membuat kontur struktur geologi
1. Menentukan titik- titik singkapan geologi / outcrop yang merupakan bidang kontak antar materi geologi, pada titik pertemuan antara batas / bidang kontak dengan kontur topografi.
2. Menentukan kontur struktur geologi berdasarkan titik singkapan / pertemuan dan beri indeks kontur (label)
B. Membuat kontur Isobath
1. Mencari titik pertemuan kontu topografi dan kontur struktur / titik singkapan lalu menentukan kedalaman dengan rumus (ketinggian kontru topografi – ketinggian kontru struktur.
2. Membuat kontur isobath dengan interval kontur 30, 60, 90 dan 120

C. Menentukan ketebalan sejati dan ketebalan vertikal
1. Menghitung ketebalan vertikal dengan cara menghitung selisih kontur topografi di antara 2 kontru struktur
            2. Menentukan besaran sudut Dip sebagaimana acara 3
            3. Menghitung ketebalan sejati / TT (True Thickness) dengan rumus :
                        TT = VT cos (dip).


V.HASIL PRAKTIKUM
a. Peta pada lembaran (terlampir)
b. Peta pada kertas kalkir
c.Perhitungan dip & ketebalan sejati


VI.PEMBAHASAN
Praktikum Geografi Struktur dan Proses kali ini adalah menggambar garis isobat, garis isobat dapat digunaan sebagai suatu acuan dalam analisis kedalaman dari suatu lapisan batuan dan tebal suatu lapisan. Untuk menggambarkan garis isobat ini diperlukan langkah langkah tertentu.
Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah menggambar garis lurus sebagai garis kontur struktur suatu lapisan batuan. Setalah itu didapatkanlah titik pertemuan antara garis kontur sturktur dengan garis kontur toografi, yang pada setiap pertemuan ini diberikan titik titik sebagai penanda. Hitung pada setiap titik selisih antara kontur struktur dengan kontur topografi. Dari langkah ini pada setia titik diperolehlah nilai nilai antara 30-120meter. Hubungkan titik titik yang memiliki nilai sama kemudian akan membentuk garis, garis inilah yang disebut dengan garis isobat. Dimana dapat diketahui kondisi letak dimana suatu lapisan batuan maupun analisis yang lebih dalam untuk mengukur tebal suatu lapisan.
Dalam peta struktur dan topografi terdapat lapisan Brithdir Beds dan lapisan Lymfi Beds. Pada sisi bagian barat peta dijumpai kontur topografi dengan jarak antar kontur yang rapat sehingga membuat lereng topografinya tergolong curam. Diketahui disana terdapat singkapan tererosi, hal ini diketahui bahwa ketinggian dari suatu lapisannya telah melebihi ketinggian dari kontur topografi. Sementara dibagian barat diketahui bahwa lapisan batuan yang ada masih terpendam. Hal ini dapat terjadi karena ketinggian topografi pada sebelah barat masih cenderung lebih tinggi dari kontur strukturnya.
Lapisan pada bagian dengan topografi yang tinggi dan rapat akan membuat lapisan batuan dibawahnya lebih cepat terlihat atau bahkan tereorosi, hal ini dikarenakan tingkat erosi didaerah dengan topografi tinggi dan rapat akan semakin tinggi. Dengan laju erosi yang tinggi maka lapisan yang ada dibagian atas akan berpindah ketempat lain yang lebih rendah, sehingga lapisan dibawahnya akan terlihat.
Singkapan yang terjadi pada peta kontur struktur dan topografi dalam praktikum kali ini diketahui memiliki sudut dip sebesar 7°, dan keberadaan lapisan batuan yang masih terpendam rata rata berada di kedalaman sekitar 30 meter dibawah permukaan tanah yang merupakan lapisan Lymfi Beds. Sementara hasil dari perhitungan ketebalan sejati dari lapisan Rhonda Beds diperoleh dan diketahui lapisannya memiliki ketebalan sejati sebesar 89 meter.




VII.KESIMPULAN
1.Garis isobat stratigrafi Rhonda Beds berada pada kedalaman dengan interval 30 hingga 90 meter.
2.Ketebalan lapisan Lymfi Beds mencapai 89 meter dengan besar sudut dip  mencapai 7°
VIII.DAFTAR PUSTAKA
Sukandarrumidi,dkk.  2011. Pemetaan Geologi. Yogyakarta.Universitas Gadjah
Mada.