Thursday, 11 May 2017

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SMT 4

LAPORAN AKHIR
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Dosen Pengampu :
Purwanto, S.Pd, M.Si


Description: C:\Users\SC\Pictures\me @UM\logo-um1.jpg
Oleh:
Nama mahasiswa     : Agustinus Slamet S
NIM                                    : 15072260570
 Asisten                    : Ahman Zaini Hasan
                                 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
2017


I.TUJUAN
1.Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometrik melalui ArcGis.
2.Mahasiswa mampu melakukan digitasi peta melalui ArcGis.
3.Mahasiswa mampu memasukkan nilai pada atribut tabel.
4.Mahasiswa mampu melakukan overlay peta.
5.Mahasiswa mampu menganalisa penggunaan lahan melalui peta.
6.Mahasiswa mampu melakukan proses buffer melalui arcgis
7.Mahasiswa mampu menilai tingkat kerawanan bencana.

II.ALAT dan BAHAN
A.ALAT                                                                                  B.BAHAN
a.Laptop                                                                                  a.Peta curah hujan Bondowoso
b.Pensil                                                                                    b.Peta jenis tanah Bondowoso
c.Penghapus                                                                             c.Peta administrasi Bondowoso
                                                                                                d.Peta topografi Bondowoso

III.DASAR TEORI                 
Data hasil rekaman sensor pada satelit maupun pesawat terbang merupakan representasi dari bentuk permukaan bumi yang tidak beraturan. Meskipun kelihatannya merupakan daerah yang datar, tetapi area yang direkam sesungguhnya mengandung kesalahan (distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh kelengkungan bumi dan atau oleh sensor itu sendiri.

Rektifikasi adalah suatu proses melakukan transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu transformasi geometric. Rektifikasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi suatu citra dengan menggunakan formula atau perhitungan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Rektifikasi citra terbagi atas 2 bagian, yaitu rektifikasi radiometric dan rektifikasi geometric. Rektifikasi radiometric mengacu pada tingkat kejelasan citra untuk dapat diinterpretasi dengan mengurangi haze dari atmosfer. Sedangkan koreksi geometric, merupakan kegiatan meletakan posisi citra di bumi dengan sistem proyeksi yang telah disepakati, misalnya: lambert, coniqian, equal-distance, dan berbagai sistem proyeksi lainnya. Pada kegiatan praktikum ini koreksi difokuskan pada koreksi geometric.

Koreksi geometric merupakan koreksi citra yang mengacu pada posisi absolut di muka bumi dengan sistem proyeksi tertentu. Untuk mendapatkan posisi absolut ini dapat mengacu pada peta dasar yang telah memiliki koordinat. Citra satelit generasi sekarag, umumnya telah dikoreksi dari vendornya, missal: Landsat 7 ETM+, IKONOS, Quick Bird, SPOT, ALOS, ASTER dan berbagai jenis citra lainnya.

Tingkat ketelitian dalam proses koreksi geometric banyak dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu karakteristik citra, ketelitian dan ketapan dalam penggunaan GPS, pengalaman, dan factor lainnya. Untuk menghasilkan tingkat ketelitian yang bagus maka perlu memperhatikan persamaan transformasi yang digunakan untuk melakukan interpolasi spasial dan banyaknya GCP (Ground Control Points). Persamaan ini umumnya berupa persamaan polinomial baik orde 1,2 maupun 3.
Ordo I              : disebut juga Affine      transformation (diperlukan        
   minimal 3  GCP).
            Ordo II            : memerlukan minimal 6 GCP
            Ordo III           : memerlukan minimal 10 GCP
Tingkat ketelitian koreksi geometric dapat diketahui dengan menghitung kesalahan (RMSE: root mean suared error) dari GCP yang terpilih. Umumnya tidak boleh lebih besar dari 0,5 piksel.

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. ObjekͲobjek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lainͲlain yang sebelumnya dalam format raster Pada sebuah citra satelit resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses digitasi. Metode Digitasi Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam: 1. Digitasi menggunakan digitizer Dalam proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer. 2. Digitasi onscreen di layar monitor Digitasi onscreen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan. 
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. 
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.

Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta) harus menghasilkan peta baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk dari 2 peta yang di-overlay. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya. Misalkan Peta Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta barunya akan menghasilkan poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan.

Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni union dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka union adalah gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi secara konsep overlay tidak.
Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun beda atributnya yaitu :

1.    Dissolve themes
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda

Peta input yang telah di digitasi masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang berdekatan dan memiliki warna yang sama masih terpisah oleh garis poligon

Kegunaan dissolve yaitu menghilangan garis-garis poligon tersebut dan menggabungkan poligon-poligon yang terpisah tersebut menjadi sebuah poligon besar dengan warna atau atribut yang sama.

2.    Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi 1 buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu sama lain.

3.    Clip One Themes
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau kecamatan.
Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan batas administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer dengan luas yang kecil beserta atributnya.

4.    Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input atau masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.

5.   Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas atribut.

6.    Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan atributnya

Interpretasi peta adalah kegiatan membaca peta atau menafsirkan atau memahami simbol-simbol yang ada pada peta. Penafsiran tersebut dapat dilakukan pada peta umum dan peta khusus.
  • Peta umum menggambarkan berbagai kenampakan umum permukaan bumi. Pada peta ini hal-hal yang ditafsirkan lebih bersifat fisik.
  • Peta khusus menggambarkan kenampakan yang bersifat khusus. Misalnya peta iklim, transportasi, tambang, dan sebagainya.
Menginterpretasi Peta Umum
Dari sebuah peta kita dapat mengetahui bentuk relief dari suatu tempat/wilayah, baik itu wilayah dasar laut maupun wilayah daratan.  Kenampakan di daratan ada yang tertutup perairan yaitu :
  • Samudra/Laut : Samudra adalah perairan yang sangat luas di muka bumi. Dalam peta, samudra/lautan digambarkan dengan warna biru (dari biru muda hingga biru tua). Semakin tua warna biru, menunjukkan bahwa laut tersebut semakin dalam. Misalnya: 1) biru sangat muda : kedalaman 0 – 200 m, 2). biru muda : kedalaman 200 – 2.000 m, 3). biru tua : kedalaman >2.000 m 
  • Sungai : Sungai adalah aliran air tawar di permukaan bumi dengan alur yang terbentuk secara alami. 
  • Danau : Danau adalah cekungan luas di daratan yang digenangi oleh air. Danau, meliputi danau alami dan danau buatan. Dalam peta, danau digambarkan dengan warna biru. 
  • Rawa : Rawa adalah dataran rendah yang selalu tegenang air (air hujan, air permukaan tanah, dan lainlain). Rawa dapat ditemui di tengah daratan ataupun di daerah pesisir pantai. Dalam peta, simbol rawa adalah beberapa baris garis putus-putus berwarna biru muda.
Kenampakan utama di daratan yang tidak tertutup oleh perairan adalah dataran, perbukitan, dan pegunungan.
  • Dataran : Dataran dapat berupa dataran rendah ataupun dataran tinggi (plateau/plato). Dataran rendah merupakan daerah luas, rendah, dan relatif datar.
  • Bukit/Perbukitan : Bukit adalah bagian permukaan bumi yang lebih tinggi dari dataran, tetapi lebih rendah dari gunung ( 200 – 300 m). Perbukitan adalah rangkaian bukit-bukit.
  • Pegunungan : Pegunungan adalah bagian permukaan bumi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari dataran sekitarnya
Disamping itu didasar lautpun terdapat bentuk-bentuk relief sebagai berikut :
  • Paparan/selasar benua : Paparan benua (continental shelf) merupakan kelanjutan wilayah benua (kontinen).
  • Dataran abisal : Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan mengarah ke laut lepas. Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua.
  • Punggung laut (ridge/rise) : Punggung laut atau punggung bukit lautan, adalah bentukan di dasar laut yang mirip tanggul raksasa. Panjangnya bisa ribuan kilometer. Punggung laut dibatasi oleh laut dalam di kanan kirinya.
  • Gunung laut : Gunung laut adalah bagian yang berdiri sendiri, dan kakinya mulai dari dasar laut. Puncak gunung dapat muncul ke permukaan air. Contohnya Gunung Krakatau di Selat Sunda.
  • Lubuk laut/Basin : Lubuk laut atau basin/bekken adalah cekungan di dasar laut berbentuk bulat atau lonjong (oval).
  • Trench/ trog/ palung : Palung adalah dasar laut sangat dalam dan berdinding curam, yang semakin ke dasar semakin menyempit. Palung sempit dan tidak terlalu curam disebut trench, sedangkan jika lebih lebar dan curam disebut trog.
Agar simbol-simbol yang terdapat di dalam peta dapat dipahami dengan benar, simbol-simbol itu harus dibuat secara standar. Simbol-simbol yang biasa digunakan dalam peta adalah sebagai berikut :
  • Warna Hijau : Warna hijau menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m.
  • Warna Hijau Muda : Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 200-400 m di atas permukaan laut.
  • Warna Kuning : Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 400-1000 m di atas permukaan laut.
  • Warna Coklat Muda : Warna coklat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara 1000-1500 m di atas permukaan air laut.
  • Warna Coklat : Warna coklat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di atas permukaan air laut.
  • Warna Biru Keputihan : Warna biru menunjukkan warna kenampakan perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari 200 m.
  • Warnan Biru Muda : Warna Biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman antara 200-2000 m.
  • Warna Biru Tua : Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m.
  • Segitiga Warna Merah : Segitiga warna merah menunjukkan lambang gunung berapi yang masih aktif. Di dekat segitiga tersebut terdapat nama gunung dan angka yang menunjukkan ketinggian tempat gunung tersebut.
  • Segitiga Warna Hitam : Segitiga warna hitam menunjukkan lambang gunung berapi yang tidak aktif. Di dekat segitiga tersebut terdapat nama gunung dan angka yang menunjukkan ketinggian tempat gunung tersebut.
  • Garis Warna Merah : Garis warna merah menunjukkan kenampakan buatan yang berupa jalan aspal. Ketebalan garis tergantung dari besar kecilnya jalan.
  • Garis Hitam Putus : Garis hitam putus-putus menunjukkan menjukkan kenampakan buatan yang berupa jalan kerata api.
  • Garis Lengkung Warna Biru : Garis berkelok-kelok dengan  warna biru menunjukkan kenampakan alam yang berupa sungai.
  • Gambar Jangkar atau kapal : Gambar jangkar atau kapal menunjukkan kenampakan buatan yang berupa pelabuhan.
  • Gambar Pesawat Terbang : Gambar pesawat erbang menunjukkan keampakan buatan yang berupa bandar udara
Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer atau penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya. Buffering dapat digunakan untuk menentukan jalur hijau, menggambarkan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), mengetahui daerah yang terjangkau BTS untuk telepon seluler, menentukan luas tumpahan minyak di laut dan menentukan lokasi pasar, toko atau outlet dengan memperhatikan lokasi konsumen dan toko atau outlet saingan.

                       


IV.LANGKAH KERJA
1.      Langkah georefencing
a.       Buka apllikasi arcmap 10.3
b.      Akan muncul tampilan seperti dibawah ini.
c.       Pilih dan klik pada toolbar, selanjutnya klik tombol Add Data, pilih data yang ingin dikeluarkan lalu klik OK.







d.      Akan muncul tampilan seperti dibawah ini
e.       Pilih toolbar georefencing      add control Point        dalam tabel enter coordinates isi coordinat pada dalam peta tersebut        klik OK       

f.        Ikuti langkah sebelumnya sampai mendapatkan 4 titik point.





2.      Langkah Digitasi
a.       Buka aplikasi arcgis Ruang kerja ArcMap akan muncul. Pada toolbar Standard, klik tombol Add Data . Selanjutnya akan muncul jendela Add Data. Pada bagian Look in, arahkan ke folder: Data source for training.

b.      Double klik folder “peta administrasi”, pilih file “citra satelit.tif”. Klik tombol Add

c.       Akan muncul tampilan seperti dibawah ini

d.      Buka arc catalog untuk pembuatan new SHP, arc catalog- klik kanan pada folder yang dipilih, akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

e.       Pada dialog create new shapefile, ketikkan nama shapefile, pilih feature type polygon- atur koordinat UTM seperti tampilan dibawah ini. Klik OK









f.        Selanjutnya mulai digitasi, pilih toolbar editor        straight segmen     
Mulai mendigitasi peta tersebut        hasil digitasi seperti tampilan dibawah ini.

g.       Ikuti langkah sebelumnya untuk mendigitasi peta kemiringan lereng, tanah dan curah hujan.
h.       Setelah mendigitasi isi attribute table,        pilih  klik kanan pada new Shapefile        pilih attribute tabel, seperti dibawah ini





g.       Isi attribute tabel dengan kecamtan, luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, seperti tampilan dibawah ini.
h.       Serta isi skoring setiap data yang telah digitasi



3.      Langkah Overlay
a.       Hasil proses digitasi pada langkah sebelum, di panggil di menu toolbar add data( digitasi adminitrasi, lereng, curah hujan, dan tanah, seperti tampilan dibawah ini

b.      Setelah data dipanggil, pilih toolbar arccatalog pilih analysis tools
         Overlay       intesect           masukkan semua data yang ingin digabungkan          OK
 
c.        Setelah di overlay maka tampilan seperti dibawah ini






d.      Dari hasil overlay dilihat masih kasaran, untuk memperhalus polyline pilih toolbar geoprocesing          dissolve         masukkan data         OK.





e.       Tampilan akan seperti dibawah ini.
f.setelah melakukan perhalusan data memberi simbology        properties        simbology          category         add value             kelas hutan          ok.






1.      Langkah kerja buffer sungai
a.       Pilih pada toolbar kemudian add data sph sungai jatim

b.      Maka akan keluar seperti tampilan dibawah ini






c.       Selanjutnya buat shp baru untuk melakukan intersect pada toolbar geoprosecing, tampilan akan seperti dibawah ini.


d.      Setelah sungai intersect melakukan buffer, analysis tool – proximity- multiple ring buffer- input data intersect dengan klasifikasi (200,400,600,800,dan 1000)- ok.




2.      Langkah buffer gunung
a.       Dalam toolbar pilih add data base map- buat shp titik- ok, tampilan akan seperti dibawah ini
b.      Add data kontur jatim- buat shp baru-geoprosecing-intersect-ok









c.       Pilih toolbar acrtolbox- analysis tool- promoxoty- multiple ring buffer-masukkan data input intersect dengan klasifikasi(5,10,15,20,25)- ok. tampilan akan seperti dibawah ini


d.      Selanjutnya melakukan proses gabungan data buffer yang telah dibuat sebelumnya, pilih toolbar geoprosecing- intersect- input data intersect sebelumnya- ok. maka tampilan akan seperi dibawah ini.



3.      Langkah kerja pembuatan triangulated irreguler network(TIN)
a.       Untuk membuat TIN digunakan Toolbar 3D analysis Tools – data manajement- TIN – Create TIN
b.      Klik Ok tunggu hingga proses selesai

8.Langkah membuat ( DEM ) Digital Elevasion Model
Add data > Pilih data yang ingin diolah > OK
Setelah data keluar > Pilih arc toolbox > 3D analyst > Conversion > TIN to Raster
Maka akan muncul tampilan sebagai berikut
Input data TIN > Pilih penyimpanan new data base > Buat nama hasil dari olahan
Tunggu proses sampai tampilan seperti berikut

Langkah berikutnya mengubah ke slope > Pilih arc toolbox > 3D analyst > Raster Surface > Pilih slope, hillsahde, aspect ( Input tintoraster ) Penyimpanan default ArcGis
Hasil sebagai berikut









V.HASIL PRAKTIKUM
Description: F:\Tugas\Sistem Informasi Geografi\LAHAN.jpg
Description: F:\Tugas\Sistem Informasi Geografi\BENCANA.jpg

VI.PEMBAHASAN
            Praktikum sistem informasi geografi kali ini dilakukan suatu kegiatan melalaui arcgis, yaitu proses koreksi geometrik, digitasi dan input data pada atribut tabel. Dalam hal ini perlu di ingat terdapat spesifikasi laptop atau komputer yang menunjang berjalannya aplikasi arcgis. Disisi lain ketersediaan data awal juga sangat diperlukan guna pemrosesan data lebih lanjut
            Pertama adalah koreksi geometrik, koreksi ini dilakukan guna menyesuaikan koordinat peta dengan koordinat pada aplikasi arcgis. Proses koreksi geomterik dapat dilakukan secara cepat dan mudah dengan suatu trick yang cukup sederhana. Setelah kita menentukan empat titik kontrol maka nilai RMS eror akan muncul, nah pada tabel RMS yang memiliki nilai eror tertinggi dapat dilakukan suatu upaya merubah posisi titik kontrol ke titik yang lebih tepat. Proses pemindahan ini dapat dilakukan dengan memberi tanda pada layar laptop atau komputer dengan jari, kemudian hapus lokasi titik kontrol awal dan rubah pada lokasi titik kontrol yang baru. Sehingga dengan hal dapat membantu mempercepat proses koreksi geometrik.
            Setelah proses koreksi geometrik dilakukan, maka proses selanjutnya adalah digitasi. Digitasi merupakan suatu proses pemotongan atau memeisahkan bagian bagian sesuai yang kita inginkan dan selaras dengan tujuan akhir. Pada tahapan digitasi kali ini, terdapat empat jenis peta yang berbeda dalam suatu area wilayah, yaitu Bondowoso. Empat peta tersebut diantaranya adalah peta curah hujan, peta topografi, peta jenis tanah dan peta administrasi Bondowoso. Perlu di ingat pada proses digitasi pada arcgis skala juga menjadi pertimbangan, dalam hal ini skala adalah tingkat zoom pada peta yanag kita lakukan. Saat kita bisa melakukan digitasi dengan zoom besar maka akurasi dari digitasi akan semakin besar dan peta yang dihasilkan akan rapi. Namun berbeda apabila proses digitasi tidak dilakukan dengan tingkat zoom yang sempurna dan baik, maka garis digitasi akan jelek dan terkesan kurang rapih.
            Tahap terakhir adalah proses input data pada atribut tabel aplikasi arcgis. Proses ini berkesinambungan dengan proses digitasi, pada saat kita membuat suatu digitas baru maka akan muncul kolom baru pada tabel atribut. Disinilah dilakukan penamaan akan hasil digitasi dan memasukkan atau input nilai pada atribut tabel. Input nilai ini bisa didapatkan dari legenda yang tertera pada peta atau referensi yang berkaitan lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan.  Pada input pada juga perlu diperhatikan jenis data yang akan dimasukkan atau juga biasa disebut dengan skala data. Terdapat data berupa teks yang berarti hanya dapat dilakukan input data dengan tulisan atau kata, adapun lainnya short dan long interger berupa tipe atribut tabel dengan data berupa angka.
            Sehingga pada akhirnya proses koreksi geometrik, digitasi dan input nilai pada tabel atribut tidak bisa dipisahkan, karena merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Apabila terdapat suatu pemrosesan yang kurang tepat pada suatu langkah maka tidak dapat dilakukukan pemrosesan lebih lanjut, dan harus menunggu hingga satu proses dinyatakan benar, baru dilakukan proses lebih lanjut.
            Setelah ketiga langkah ini usai dirampungkan, dan telah menjadi suatu peta baru dari hasil digitasi. Maka ke empat peta diantaranya jenis tanah,curah hujan,kemiringan lereng dan topografi dapat disatukan atau dilakukan proses intersect. Proses intersect ini bertujuan menjadikan ke empat yang telah diolah sebelumnya tadi menjadi satu peta utuh yang baru yang didalamnya memperhitungkan curah hujan, topografi, jenis tanah dan administrasi. Nilai atribut yang telah di inputkan pada peta sebelumnya, juga akhirnya nilai tersebut secara keseluruhan masuk menjadi satu dalam satu tabel atribut data.
            Proses selanjutnya menindak lanjuti proses overlay yang telah dilakukan adalah penilaian pada tabel atribut dengan menambah suatu kolom baru. Penilaian ini berdasarkan nilai klasifikasi yang tersedia seperti hutan lindung. Masing masing penamaan tentu harus memperhitungan peraturan penilaian yang telah ada sebelumnya. Hasil dari interpretasi peta, dapat dilihat bahwa pada wilayah Bondowoso kondisi hutan dengan vegetasi yang masih terjaga terletak pada lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung. Sementara pada daerah bahwa dilihat bahwa kondisi hutan vegetasinya telah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dimungkinkan karena terdapat suatu pengolahan hutan guna hutan produksi dan di sisi lain keberadaan hutan semakin menurun seiring meningkatnya penduduk. Selain adanya kondisi vegetasi yang berbeda ini juga dipengaruhi karena adanya dampak atau efek letusan gunung raung ataupun ijen. Di contohkan setelah terjadi letusan daerah di dekat kerucu tentu mengalami kerusakan vegetasi yang parah, namun dengan adanya letusan ini, efek yang ditimbulkan pasca letusan akan membuat kesuburan vegetasi meningkat sehingga kondisi vegetasi di daerah atas gunung lebih terjaga kondisinya.
            Langkah pemrosesan peta tidak berhenti pada titik ini, melainkan terus berlanjut pada analisa kerawanan bencana yang terjadi di wilayah Bondowoso. Pada langkah ini dalam interpretasi kerawanan bencana ini menggunakan sistem buffering peta. Hasil dari interpretasi peta yang dilakukan, didapatkan suatu keterangan bahwa pada Gunung Raung dan Gunung Ijen daerah yang sangat rawan terkena bencana ada pada jarak 0-2km dari kawah gunung, sementara titik atau wilayah yang tidak rawan ada pada jarak 6-10km dari kawah gunung. Proses buffer tidak hanya dilakukan untuk analisa bahaya pada gunung Ijen dan gunung Raung, melainkan juga pada aliran sungai. Pemrosesan ini menghasilkan adanya suatu data yang bisa melihat daerah rawan bencana disekitar aliran sungai. Semakin dekat dengan aliran sungai tentu memiliki tingkat kerawanan yang semakin tinggi, kerawanan ini diantara lain bencana banjir dan bencana yang lebih besar adalah banjir lahar dingin setelah ada letusan gunung berapi. Sehingga jarak terdekat dengan sungai yang dilalui lahar dimungkinkan akan terkena dampak yang signifikan, dalam tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Sementara untuk kerawanan pada letusan gunung wilayah situbondo terasuk daerah yang terkena dampak cukup signifikan, terlebih pada arah barat laut.
            Tahap akhir adalah pemrosesan menadji TIN, dalam tin sendiri bisa diperoleh aspect, hiilshade dan slope. Aspect dapat diberi pengertian sebagai arah hadap dari suatu bukit atau lereng, hillshade sebagai banyangan dari bukit yang ada. Sementara sloper merupakan tingkat kelerengan yang ada. Jadi disini slope bisa menggambarkan kondisi kelerengan yang ada. Semakin nilai slope maka tingkat kecuraman lereng atau topografi semakin curam. Sementara apabila nilai slope kecil maka kondisi lereng tebilang landai dan datar. Pada aspek dapat diketahui arah hadap seluruh sisi dari lereng atau bukit yang ada, kedetailan akan arah hadap lereng ini sekitar 15 derajat, dimulai dari 0-360. Sementara hillshade adalah bayangan yang terjadi dari hasil tutupan lereng bukit terhadap arah matahari. Sehingga datangnya matahari mempengaruhi adanya suatu perbedaan dari hillshade yang dihasilkan.







VII.KESIMPULAN
1.Pada pemrosesan peta dengan arcgis perlu diperhatikan spesifikasi akan perangkat yang digunakan.
2.Pemrosesan peta harus dilakukan secara bertahap tanpa meloncati satu proses pun.
3.Kondisi vegetasi yang ada dipengaruhi oleh fenomena alam sendiri dan juga bentuk pengoahan dari manusia.
4.Tingkat kerawanan bencana akan semakin naik apabila lokasi tersebut semakin dekat dengan sumber bencana, dan juga memiliki kehidupan yang kompleks.
5.Semakin tinggi daerah dan rapatnya kontur interval memungkinkan tingkat kecuraman atau keterjalan suat lereng akan semakin tinggi.



VIII.DAFTAR RUJUKAN
Danoedoro Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Petunjuk Praktikum Pemrosesan Citra Digital. 2009. Prodi Karotgrafi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM.
Purwadhi Sri Hardiyanti, Sanjoto Tjaturahono. 2009. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Semarang. Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN dan Jurusan Geografi UNS.


No comments:

Post a Comment